Mohon tunggu...
Faiz Manshur
Faiz Manshur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Jika kamu tak tentram dengan angan-angan, sikap realistis menyediakanmu untuk bahagia.\r\nhttp://faizmanshur.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Utomo Dananjaya dan Pembelajaran Aktif

3 Agustus 2010   02:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TIDAK semua pekerjaan mengedit naskah itu menyenangkan. Tetapi kalau kita mendapatkan naskah yang bermutu baik dan itu membuat kita mendapatkan ilmu yang bagus tentu menjadi lain urusannya. Sejak draf buku Media Pembelajaran Aktif diperlihatkan kepada saya oleh penulisnya, Pak Tom (Utomo Dananjaya, 74 Tahun), seorang tokoh pendidikan Indonesia yang aktif di Yayasan Paramadina Mulya itu, saya langsung merasa tertarik untuk ikut menyelami dengan cara membantu mengoreksi. Ya, lebih tepatnya koreksi, bukan editing. Bagi saya, karya sekaliber Pak Tom tidak perlu diedit. Sebab saya yakin paling-paling tingkat kelemahannya hanya pada soal ejaan atau huruf yang salah ketik. Dan benarlah itu yang terjadi selama perjalanan membaca naskah dari awal hingga akhir. Selebihnya saya justru mendapatkan manfaat dengan cara belajar seperti itu. Karena membaca berulang disertai dengan ketelitian, jadilah banyak hal yang saya serap secara sungguh-sungguh.

Utomo Dananjaya, Istri dan cucu-cucunya. Sariwangi Bandung.(foto asmel)

Media Pembelajaran Aktif adalah cara Pak Tom untuk membagi kiat kepada para guru dan aktivis pendidik agar memperhatikan kegiatan belajar sebagai sesuatu yang penting diperhatikan.

Apa yang perlu diperhatikan?

Dalam buku ini minimal ada 3 hal utama, yakni kemajemukan individu, kebebasan/pembebasan dan kemandirian.

Membaca Media Pembelajaran Aktif itu saya menyimpulkan dalam sebentuk paragraph bahwa pendidikan menurut Pak Tom mestinya memperhatikan;…. selalu berpikir bahwa setiap individu yang hidup dalam lingkungan tertentu, di era tertentu dan memiliki arah tujuan (hidup) tertentu mestinya menempati ruang tertentu dan mendapatkan perlakuan tertentu yang sesuai keadaan para siswanya supaya mereka mampu mengembangkan kepribadiannya secara utuh…

Hadirnya buku ini buat saya sangat penting buat para guru, mulai dari guru TK, SD, SMP hingga SMA dan juga sangat penting menjadi pegangan para aktivis pendidikan luar sekolah.

Di atas problematika dunia pendidikan Indonesia yang sangat banyak problem ini, Pak Tom mengajak kita bertindak, melakukan gerakan strategis guna memberikan kontribusi bagi perubahan melalui pembaruan sikap, pemikiran dan tindakan para guru.

Melalui buku ini Pak Tom menunjukkan kepada kita tentang dua hal. Pertama, bagaimanapun juga keringat hidup bernama pengalaman itu sulit digantikan oleh sekedar kecerdasan intelektual ala kaum akademisi. Di manapun, karya yang baik selalu berbasis kombinasi antara riset tekstual (karena itu akan menjamin wawasan yang luas) dan pengalaman pribadi penulisnya.

Inilah yang membuat buku ini lebih hidup, lebih praktis tanpa kehilangan visi cerdas dan wawasan yang luas. Dan lebih penting dari itu adalah aspek nasionalismenya yang kuat karena memang ditulis oleh orang asli Indonesia . Kita bisa membandingkan buku how to yang sejenis dengan ini dengan buku terjemahan dari penulis luar negeri.

Kedua, kematangan hidup Pak Tom menjadikan karya ini bermutu, dalam artian memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Sebagai orang tua yang memiliki perhatian pada generasi bangsa, Pak Tom telah memberikan hati, bahkan mungkin sepenggal ruh kehidupan keprihatinannya untuk kita semua. Sangatlah merugi manakala para pengajar tidak memegang buku ini. Sebab dengan buku inilah saripati pengalaman panjang Pak Tom bisa kita serap secara efektif langsung praktik.

Dunia pendidikan dalam konstruksi pemikiran Pak Tom bukan sekedar mencerdaskan masyarakat, melainkan juga memiliki visi yang kuat sebagai basis pembangunan kebudayaan. Semangat pendidikan kebudayaan Pak Tom serupa gairah lagu Pakatuan Pakalawiren yang didendangkan Remy Silado yang energik itu; “….Katakan yang keras, ayo anak-anak/Bahwa kita sangat terbuka/Berilah yang baik kepada semua/Yang baik, yang juga manfaat/Ayolah semua kita bilang/Sepakat membangun budaya/Dasarnya adalah cinta-kasih/Itulah budaya abadi….” (faiz Manshur)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun