Mohon tunggu...
Faiz Ismail
Faiz Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Hanyalah Seorang Pelajar

Hanyalah Seorang Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Limbah Medis pada Masa Pandemi Meningkat, Dampak dan Solusi Kedepannya

14 April 2021   18:38 Diperbarui: 14 April 2021   18:40 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak dunia dan Indonesia pada khususnya menghadapi pandemi COVID-19, kita diharuskan untuk melakukan 3M yang salah satunya merupakan memakai masker. Ada dua jenis masker yang dianjurkan pemerintah untuk dikenakan yakni masker kain dan masker medis. 

Namun, dari organisasi kesehatan dunia atau biasa disebut WHO (World Health Organization) sangat menganjurkan masker medis sebagai media pencegahan penularan COVID-19. 

Seiring dengan meningkatnya orang yang terpapar virus corona ini juga berkorelasi dengan meningkatnya limbah medis seperti masker dan APD (Alat Pelindung Diri).

Memang penggunaan masker ini sangat penting karena penularan virus corona itu melalui droplet orang yang sudah terinfeksi sebelumnya. Seperti kita ketahui droplet merupakan cairan atau cipratan liur yang dikeluarkan seseorang bisa dari hidung atau mulut dan biasanya keluar saat orang tersebut bersin, batuk, dan berbicara. 

Sehingga penggunaan masker ini menjadi wajib hukumnya ketika kita akan berinteraksi secara langsung dengan seseorang agar terhindar dari penularan COVID-19.

Penggunaan APD juga sangat diwajibkan karena ini sangat penting bagi tenaga medis yang menangani pasien yang terpapar. Ini agar tidak menimbulkan cluster baru di dalam rumah sakit, yang bukan sepatutnya tempat yang seharusnya mengobati ini malah menularkan virus.

Maka penggunaan masker medis dan APD pada masa pandemi ini tak bisa dihindarkan. Maka limbah medis yang ‘baru’ tersebut harus di kelola dengan baik. Adapun dampak-dampaknya yang dihasilkan jika tidak dikelola dengan baik.

Pada artikel ini saya lebih membahas dampaknya pada lingkungan. Yang pertama, yang paling terlihat dengan mata yakni penurunan kenyamanan dan estetika dalam lingkungan. 

Ini biasanya terjadi di fasilitas kesehatan (faskes) yang akan menyebabkan penampilan faskes terlihat tidak higenis dan menimbulkan kesan faskes kurang memadai untuk pemakai jasa.

Yang kedua, limbah medis bisa juga menyebabkan kualitas bangunan di sekitar ‘pembuangan’ limbah medis. Ini dikarenakan oleh garam yang terlarut yang bersifat korosif dan menyebabkan karat yang bercampur dengan air berlumpur.

Yang terakhir jika limbah medis tetap saja dibiarkan dalam suatu tempat, maka tempat tersebut akan menyebabkan kerusakan pada tanaman dan binatang yang hidup dalam lingkungan tersebut. Ini disebabkan senyawa nitrat, bahan kimia, disinfektan, logam nutrient tertentu dan fosfor.

Kemudian timbul pertanyaan bagaimana kita mengelola limbah medis ini? Yang pertama APD, karena ini bersifat bukan komersial maksudnya hanya dipergunakan di faskes bukan masyarakat sehingga pengelolaan limbah APD sepenuhnya dikelola faskes baik di bawah naungan pemerintah dan swasta. Kita sebagai masyarakat umum bisa mengelola limbah medis kita yang berupa masker medis kita. 

Dari anjuran Kemenkes juga sudah diberi tahapan-tahapan cara mengelola masker medis, yang pertama kumpulkan masker bekas pakai, kemudian didesinfeksi dengan disinfektan atau klorin dan pemutih, yang ketiga rubah bentuk dengan cara merobek masker medis yang telah dipakai, yang terakhir buang ke tempat sampah domestik. Dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelah membuang masker medis tersebut.

Referensi:

  • Depkes. (2004) Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Dirjen P2M & PL.
  • Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI (kemkes.go.id)
  • Limbah Masker Sekali Pakai Berpotensi Menularkan Virus Corona, Begini Cara Membuangnya (kompas.com)
  • WHO. (2005) Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, EGC, Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun