Mohon tunggu...
Faiz Ismail
Faiz Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Hanyalah Seorang Pelajar

Hanyalah Seorang Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Belajar dari Inflasi Tahun 2018

12 Desember 2020   16:40 Diperbarui: 12 Desember 2020   16:41 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Wikipedia atau inflasi harga adalah kenaikan umum dalam tingkat harga relatif terhadap barang-barang yang tersedia yang mengakibatkan penurunan daya beli yang substansial dan berkelanjutan dalam suatu perekonomian selama periode waktu tertentu. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar, sampai juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Yang perlu ditekankan adalah inflasi bukan faktor penentu negara tersebut terjadi krisis ekonomi atau tidak. Adapun negara yang memanfaatkan kondisi inflasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Hampir semua negara yang pernah mengalami inflasi pada tahun 2018 sebut saja Indonesia, Venezuela, Turki hingga Jepang. Ada banyak faktor pembeda dari inflasi mereka seperti perbedaan penyebab, proses, hingga dampak ke masyarakat. Berikut penjelasannya

  • Indonesia
    Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan laju inflasi pada tahun 2018 mencapai 3,13 persen. Penyebab inflasi 2018 secara umum karena (kenaikan harga) bensin, beras, rokok kretek filter," ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (2/1). Sedangkan Desember, menurut dia, kenaikan harga dialami telur ayam ras, daging ayam ras, serta bawang merah, beras, seiring meningkatnya kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Kelompok bahan makanan pada Desember mengalami inflasi sebesar 1,45 persen dan turut andil 0,29 persen secara keseluruhan.
    Kepala BPS Suhariyanto mengatakan inflasi pada 2018 masih lebih kecil dari kondisi di tahun 2017 yang menembus 3,61 persen. Di samping itu, inflasi pada tahun 2018 masih berada di dalam rentang target Bank Indonesia yaitu antara 2,5 persen – 4,5 persen. “Angka inflasi tahunan 2018 mencapai 3,13 persen. Sudah lebih kecil dibanding inflasi tahunan 2017 yang sebesar 3,61 persen,” ucap dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta. Suhariyanto mengklaim tingkat inflasi pada 2018 yang lebih kecil dari 2017 menunjukkan bahwa pemerintah telah berhasil mendorong penurunan harga barang. Menurut dia, inflasi pada 2014 tercatat masih di level 8,36 dan kemudian turun menjadi 3,35 persen pada 2015. Dengan demikian, kata dia, tren penurunan inflasi bisa tetap dijaga meski sempat kembali naik pada 2017 lalu. Sehingga dampak dari inflasi yang begitu kecil ini hampir tak dirasakan dampaknya oleh masyarakat luas.
  • Venezuela
    Pada Juli 2018 Venezuela diprediksikan akan inflasi 1.000.000% sepanjang tahun 2018 tulis pejabat Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF), Senin (23/7/2018). Ya benar, Anda tidak salah baca satu juta persen. Sebagai contoh jika harga satu apel pada mulanya 10 Bolivar (mata uang Venezuela) saat 2018 akan menjadi 10.000.000 Bolivar. Ini membuat Venezuela sebagai negara yang mengalami inflasi terbesar dalam sejarah di abad ke 21.
    Hal ini disebabkan banyak hal seperti harga konsumen telah meroket 46.305% tahun ini, menurut dewan legislatif yang dikendalikan oposisi. Oposisi juga menyebutkan hasil dari kebijakan yang buruk, termasuk perluasan pasokan uang dan kontrol mata uang yang tidak terkendali yang membuat bisnis tidak dapat mengimpor bahan baku dan suku cadang mesin menjadikan inflasi Venezuela tidak terkendali. Rendahnya harga minyak juga menjadi salah satu penyebab eksternal.
    Inflasi yang sangat tinggi tentu sangat mempengaruhi kehidupan di Venezuela. Jumlah angka yang sangat besar tidak bisa terbaca oleh mesin penghitungan lama. Hiperinflasi membuat hidup rakyat Venezuela menjadi sangat nyaman dan sulit menjalankan bisnis. Kondisi ini menyebabkan banyak sekali warganya yang mengungsi ke negara tetangga seperti Kolombia, Guyana, dan Brazil.
  • Jepang
    Negara matahari terbit, Jepang juga mengalami inflasi pada tahun 2018. Meski inflasinya tergolong kecil hanya 0.9% tetapi pemerintah Jepang tidak puas dengan angka tersebut. Ini disebabkan karena beberapa tahun sebelum 2018 jepang mengalami deflasi. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi yaitu penurunan mata uang. Ini membuat warga yang terimbas deflasi akan sangat senang apabila menyimpan uang tunai kemudian membelanjakannya nanti ketika harga barang turun. Memang terdengar menguntungkan dimana setiap saat harga barang turun, tetapi bayangkan Anda pemimpin perusahaan Anda akan lebih suka menyimpan uang dalam deposito dibandingkan melebarkan sayap perusahaan. Ini membuat perusahaan Anda akan kalah dengan perusahaan asing lainnya. Ini yang Jepang khawatirkan di masa mendatang perusahaan akan kurang ekspansi dan pendapatan negara akan menurun.
    Banyak faktor yang menyebabkan inflasi Jepang yang rendah. Yang pertama meningkatnya perang dagang antara AS-RRT yang merupakan teman dagang Jepang selama bertahun-tahun. Ini merusak kebijakan-kebijakan yang mendorong perekonomian Jepang. Yang kedua, ada yang membeberkan masalah perekonomian Jepang adalah Brexit yang dilakukan Inggris, yang juga mitra dagang Jepang, tetapi banyak yang meragukannya. Yang ketiga penurunan harga minyak dunia, ini diyakini sebagai masalah utama bagi perekonomian Jepang.
    Dampak ke masyarakat, pemerintah jepang menerapkan suku bunga negatif. Langkah ini dibuat agar masyarakat tidak lama-lama menyimpan uang di Bank, agar uangnya dapat dibelanjakan untuk membuat daya beli masyarakat tinggi sehingga nilai inflasi akan naik.
  • Turki
    Pada awal tahun 2018 Lira (Mata Uang Turki) telah mengalami penurunan 40%. Anjloknya Lira menyebabkan inflasi 25% terhadap perekonomian Turki. Hal ini disebabkan yang seharusnya Bank Sentral itu bersifat independen yang artinya bebas intervensi dari negara malah dikontrol oleh Pemimpin Turki Recep Tayyip Erdoğan. Ditambah hubungan antara Turki dengan AS yang membuat kedua negara tidak bisa melakukan kerjasama bisnis.
    Apa dampaknya?, dampaknya adalah mendorong harga mulai dari makanan hingga bahan bakar sekaligus mengikis kepercayaan investor terhadap pasar Negara Turki. Yang kedua adalah inflasi satu digit pada mata uang Lira di tahun berikutnya. Ini membuat harga barang disana juga ikut naik satu digit, yang menyebabkan krisis di negara Turki.

Diolah dari berbagai sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun