Mohon tunggu...
Faiz Ismail
Faiz Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Hanyalah Seorang Pelajar

Hanyalah Seorang Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semua Anak (Mampu) Cerdas

22 Agustus 2020   20:26 Diperbarui: 22 Agustus 2020   20:28 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita adalah makhluk hidup yang sama, manusia. Kita diciptakan oleh Allah Swt dengan bahan dasar yang sama, tanah. Kita sama-sama memiliki akal dan nafsu. Dan sama-sama memiliki alat pemikiran yang sama, otak. Tapi bagaimana kita memiliki kecerdasan yang berbeda-beda?, bagaimana siswa dari sekolah yang sama memiliki kecerdasan yang berbeda-beda?

Kecerdasan ini sangat erat dipengaruhi oleh mindset dan usaha yang dimiliki oleh anak tersebut. Mindset yang sehat akan mengantarkan anak untuk tetap berusaha walaupun gagal terus menerus. Namun, mindset yang kurang sehat akan mengendorkan semangat anak untuk tetap berusaha.

Mindset yang Sehat

Yang saya maksud mindset yang sehat adalah pemikiran yang percaya bahwa kecerdasan itu dapat ditingkatkan terus menerus. Dengan ini orang akan yakin dengan usaha yang keras akan mendapatkan hasil yang seimbang. Sehingga orang yang gagal akan terus menerus belajar dari kesalahan yang ia buat dan akan terus mampu mengembagkan dirinya. Bukan hanya terpengaruhi oleh bakat.

Kita ambil contoh, ketika anak mendapatkan nilai C dalam ujian matematika di sekolah. Orang yang memiliki mindset yang kurang sehat akan menilai bahwa ia sama sekali tidak berbakat dalam matematika, ia akan menghindar terus menerus dari matematika, padahal belum tentu anak ini tidak memiliki kesempatan sukses dalam bidang matematika.

 Sedangkan anak dengan mindset sehat akan bertanya kepada dirinya mengapa saya mendapatkan nilai C, apa yang salah dengan cara belajar saya?, apa yang bisa saya tingkatkan dalam proses belajar? Anak ini akan menganggap bahwa kegagalan bukan sesuatu yang menakutkan tetapi menjadi motivasi untuk terus menerus meningkat.

Peran orang tua dan guru sangat penting dalam momen-momen seperti ini. Bila anak yang mengalami "kegagalan" biasanya orang tua dan guru akan mengecap anak ini tidak memiliki bakat dalam bidang tertentu. Dan biasanya membanding-bandingkan dengan kakaknya yang lebih pintar. Padahal belum tentu kakaknya selalu mendapatkan nilai A dalam ujian.

Bakat bukanlah segalanya

Memang kecerdasan di olahraga dengan akademik tidak dapat disamakan. Tetapi saya disini lebih fokus ke bagaimana mindset seorang olahragawan yang bisa menang padahal tidak memiliki bakat sebagaimana lawannya yang memiliki bakat yang cemerlang

Olahragawan ini bernama Muhammad Ali. Muhammad Ali dalam pakar olahraga tinju tidak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan atlet tinju lainnya. Bahkan ia tidak memiliki kekuatan tinju yang luar biasa. Hingga ia dpertemukan oleh Sonny Liston seorang petinju dengan bakat, tubuh yang sesuai, dan pukulan yang keras.

Tetapi kehebatan Ali bukan terletak pada tubuhnya melainkan dalam pikirannya. Ia sebelum pertandingan mempelajari bagaimana Liston bertanding, bagaimana cara ia memukul, apa kelemahan dan kelebihan Linston. Ia akhirnya memanfaatkan itu semua dan akhirnya keluar sebagai pemenang. Kemenagan Ali ini menjadi sejarah tersendiri dalam dunia tinju tak ada yang menyangkanya. Quotes dari Ali ialah "Your hand can't hit, something that can't be seen" (tanganmu tidak dapat memukul, sesuatu yang tak nampak).

Usaha, usaha, dan usaha

Tapi bagaimana anak yang memang kedua orang tuanya sangat cerdas sehingga ia memiliki anak yang begitu cerdas tanpa perlu berkerja keras seperti yang lainnya?. Ini memang tidak adil bagi sebagian orang tetapi kita tidak boleh mengelak dari kenyataan ini. Terdapat anak yang pandai matematika yang memang anak dari professor. Terdapat anak yang pandai sekali menggambar yang memang orang tuanya arsitek.

Saya akan membahas kemahiran dalam menggambar/melukis. Saya akui bahwa kemahiran menggambar/melukis terdengar seperti bakat alami yang tidak diberikan sembarang orang. Seperti van Gogh, dan banyak pelukis terkenal lainnya, salah satunya ialah Jackson Pollock. Pollock dianggap memiliki sedikit bakat oleh para pakar lukisan. Tetapi dengan dedikasinya dalam bidang lukisan dan obsesinya menjadi seorang seniman ia menjadi sukses. Ia dengan semangatnya meminta ajaran orang lain. Dan akhirnya lukisan-lukisannya dipamerkan di Museum Seni Modern New York.

Kesimpulan

Semua anak mampu cerdas, dalam bidang apapun baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dengan kita melihat bakat minat anak dan cara mengolah bakat yang benar maka anak akan cerdas. Disinilah peran orang tua dan guru sangat penting bagi anak, karena tanpa adanya dukungan dan motivasinya anak akan kesulitan mengembangkan bakat minatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun