Berdasarkan pemetaan, beberapa kawasan pesisir Bali Utara, seperti Pantai Lovina, menunjukkan tingkat erosi yang tinggi akibat peningkatan aktivitas pembangunan di garis pantai. Hal ini diperparah oleh kurangnya vegetasi pelindung dan dampak perubahan iklim. Akibatnya, garis pantai bergeser hingga beberapa meter setiap tahunnya, mengancam infrastruktur dan hunian di sekitarnya.
2. Pencemaran Lingkungan
Kualitas air di wilayah pesisir Bali Utara mengalami penurunan, terutama di sekitar kawasan wisata. Limbah domestik dan aktivitas kapal wisata berkontribusi terhadap pencemaran laut, yang berdampak pada terumbu karang dan biota laut. Selain itu, kurangnya pengelolaan limbah plastik menyebabkan akumulasi sampah di sepanjang garis pantai.
3. Intrusi Air Laut
Desa-desa pesisir yang bergantung pada air tanah mengalami peningkatan intrusi air laut, yang mengancam ketersediaan air bersih bagi masyarakat setempat. Kondisi ini memaksa warga untuk mencari sumber air alternatif, yang sering kali memerlukan biaya tambahan.
4. Perubahan Keanekaragaman Hayati
Terumbu karang di beberapa titik telah mengalami degradasi hingga 30%, mengancam habitat ikan dan kelangsungan hidup nelayan tradisional. Spesies-spesies penting seperti kerapu dan napoleon juga menunjukkan penurunan populasi akibat tekanan perikanan berlebih.
5. Dampak Sosial-Ekonomi
Pencemaran dan degradasi lingkungan tidak hanya memengaruhi ekosistem, tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Nelayan menghadapi penurunan hasil tangkapan, sementara pelaku pariwisata mulai kehilangan daya tarik destinasi mereka karena kondisi pantai yang memburuk.
Rekomendasi Strategis
Pendekatan ICZM menghasilkan beberapa rekomendasi untuk mitigasi risiko lingkungan di Bali Utara: