Mohon tunggu...
Faiz Hamdani
Faiz Hamdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Ahmad Dahan

saya adalah mahasiswa semester awal di salah satu universitas di Yogyakarta, sebagai mahasiswa saya sering mengikuti dan tertarik dengan kegiatan sosial, politik, sastra, dan komunikasi massa.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kegagalan dan Keberhasilan dalam Perjalanan Hidup adalah Bentuk Cinta Tuhan

6 Januari 2023   20:56 Diperbarui: 9 Januari 2023   21:00 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangkit kembali, sebuah kalimat yang mudah diucapkan tapi sulit direalisasikan. Sama halnya dengan patah hati saat kita disakiti seseorang, kita bisa memaafkan tapi tidak mungkin lupa atas sakit serta trauma yang diberikan. Sering disuatu kesempatan kita menginginkan sesuatu yang menurut kita baik tapi tidak terjadi karena ada banyak hal yang membuatnya terlihat mustahil. 

Keinginan yang bertolak belakang dengan orang disekitar termasuk yang membuat mustahil, tidak adanya suport system dari orang terdekat juga faktor kecil gagalnya sebuah keinginan menjadi nyata. Sebenarnya, mau atau tidaknya keinginan tercapai tergantung bagaimana kita berusaha mendapatkanya, sekalipun gagal, proses usaha yang diberikan mungkin yang akan menjadi nilai lebih saat Tuhan menunjukan bentuk cinta-Nya.

Tuhan adalah pemberi rencana terbaik, siapa tahu Tuhan memberimu suatu keinginan bukan untuk kamu capai, tapi untuk menjadi pelajaran dan membuat lebih kuat. Ada sebuah istilah jika “Tuhan tidak mungkin meningkalkan ciptaan-Nya tatkala berjalan di dunia ini, karena Tuhan dzat yang Maha Mencintai”. Bisa diartikan Tuhan selalu bertanggung jawab terhadap ciptaan-Nya dengan bagaimanapu. Tuhan mungkin sudah merangkai sedemikian rupa kehidupan seseorang, makanya setiap manusia punya jalan dan tantangan yang berbeda-beda. 

Banyak orang yang jalan hidupnya banyak kesengsaraan dan banyak juga orang yang hidup dengan penuh kemudahan dan kemewahan. Tapi semuanya kembali pada rencana Tuhan, bahwa Tuhan menciptakan cobaan dan kemudahan atas tujuan tertentu. Cobaan atau tantangan yang berat otomatis membuat seseorang itu akan menjadi lebih kuat tanpa direcanakan sendiri, dan orang yang sedang merasakan kemudahan dan kemewahan banyak yang terbuaikan.

Memang kadang saat apa yang kita harapkan tidak tercapai,  malah kita berprasangka buruk pada Tuhan, merasa Tuhan tidak memperhatikan dan meninggalkan kita. Dalam sebuah artikel lama terdapat sebuah kutipan “Tuhan membawa ku sejauh ini bukan untuk meninggalkan ku” sempat ragu tentang artikel itu, berjalannya waktu dan setelah banyaknya hal yang dirasa gagal ternyata disitu mulai paham dengan rencana alam semesta bahwa setiap kesedihan pasti ada kebahagiaan lain. 

Cara indah dari Tuhan dalam memberikan kasih sayang pada makhluk-Nya baru disadar saat dimana semua orang, bahkan seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini seolah-olah tidak berpihak pada diri sendiri dan bimbang siapa lagi yang bisa disandari selain Tuhan. Kesendirian yang membawa pada kemesraan yang Maha sendiri, Tuhan membawa kita kepada pelukan rindu-Nya dengan cara-cara yang sudah dikehendaki.

Di dunia ini tidak ada manusia gagal, yang ada jika semua orang bersandar pada Tuhan mungkin hanya ada dua golongan manusia di dunia ini, manusia bersyukur dan manusia menyesal. Golongan manusia bersyukur adalah manusia yang selalu mau berusaha mencoba setelah gagal dan bersedih, karena setelah terpuruk atas kegagalan biasanya golongan ini lebih bisa menghargai sebuah proses. Ke dua adalah golongan manusia menyesal,  jangan sampai menjadi manusia menyesal, karena pada golongan ini orang-orang yang sebenarnya sangat disayang Tuhan, tapi mereka tidak bisa merasakan nikmat yang diberikan. 

Merasa dirinya sebagai paling utama dalam setiap keberhasilan dan selalu menyalahkan orang lain atau bahkan Tuhan saat mendapat kegagalan. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bangkit selagi kita punya Tuhan, orang lain punya pandanganya masing-masing, kita punya keinginan yang selalu ingin dicapai, tapi Tuhan punya lipatan kanvas takdir yang sudah terencana indah untuk citaan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun