Dari semua faktor tersebut, ada satu faktor penting yang dapat di-copy oleh Indonesia, yaitu mindset untuk berkembang. Ini adalah faktor dasar untuk mengembangkan dunia pertanian, karena sejatinya banyak dari petani kita yang kurang mau berkembang dan hanya melakukan pekerjaan sampai pada apa yang biasa mereka lakukan, contohnya petani biasanya hanya menanam, memupuk, dan terakhir memanen, tanpa ada pengembangan lainnya di sektor off-farm. Padahal, off-farm adalah sektor dengan profit margin yang paling besar.
Bayangkan saja ketika petani Indonesia dapat secara holistik menanam, memanen, hingga pasca panen, entah itu hanya distribusi atau bahkan sampai ke pengolahan produk pertanian, mereka akan mendapatkan keuntungan di atas pendapatan normal yang didapatkan pada tiap musim panen.
Kendala terbesar untuk melakukan keberlangsungan pertanian off-farm dan pengolahan pasca panen adalah skill dan daya inisiatif petani. Hal ini dimaklumi karena kebanyakan petani Indonesia adalah petani yang sudah memasuki masa tua, bukan generasi muda dengan segara ekspektasi tinggi dan ide-ide baru yang terkadang militan.
Memaksa generasi muda untuk terjun di dunia pertanian bukanlah solusi terbaik. Toh ketika itu dilakukan, mereka hanya akan bertahan satu sampai dua tahun. Hal yang dibutuhkan adalah keberlangsungan, bukan hanya sekadar “nyemplung” sesaat.
Solusi utama atas masalah ini adalah ... full text in here.
Oleh: Bayu R. Pratama, Lulusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Universitas Negeri Semarang. Saat ini penulis dan beberapa pihak sedang dalam tahap pembentukan TaniKids untuk edukasi pertanian anak-anak.
Mari bersama membangun bangsa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H