Mohon tunggu...
Faizatul Irbah
Faizatul Irbah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS

Penulis Buku Antologi Puisi "Gradasi Delapan Kuartal" Tahun 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ilmu Abstrak tetapi Penting Selain Filsafat, Apakah Itu?

27 Desember 2023   14:56 Diperbarui: 27 Desember 2023   15:01 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Faizatul Irbah dan Dr. Mohammad Rohmadi, M.Hum.

Mahasiswa dan Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Tidak semua ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan mata telanjang. Kita dapat melihat jenis kulit dan tulang manusia dalam biologi, kencangnya aliran air dalam keran yang diukur dengan ilmu fisika, dan beragam upacara adat yang tercatat dalam mataeri antropologi. Ada bidang ilmu yang tidak dapat dilihat secara kasat mata, misalnya ilmu filsafat yang hanya dipahami dengan logika, nalar, imajinasi, dan perasaan manusia. Namun, ada pula cabang ilmu tak berwujud selain filsafat yaitu linguistik.

Linguistik sebagai cabang dari ilmu bahasa mempelajari seluk beluk bahasa itu sendiri. Jika bahasa dapat dilihat secara nampak seperti dalam percakapan manusia dan hasil karya tulisan, linguistik yang sesungguhnya berada di dalamnya tidak seluruhnya demikian. Linguistik memiliki beberapa pembidangan. Salah satunya adalah pembidangan yang didasarkan pada hubungan dengan faktor di luar bahasa objek. Berdasarkan unsur tersebut, linguistik dibagi menjadi mikro linguistik dan makro linguistik. Mikro linguistik yang juga disebut sebagai linguistik struktural merupakan studi dasar linguistik karena mempelajari struktur internal bahasa, seperti pembidangan morfologi, semantik, sintaksis, fonologi, dan leksikologi. Sementara itu, makro linguistik atau yang juga dikenal sebagai linguistik fungsional, linguistik terapan, atau interdisipliner linguistik mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan faktor di luar bahasa.

Linguistik struktural dapat dilihat dan dipelajari secara nampak mata. Misalnya dalam fonologi, kita bisa melihat dan merasakan bagaimana seharusnya fonem /o/ diucapkan dengan bibir sedikit maju dan membentuk bulatan serta lidah diangkat dua pertiga dari lantai mulut mendekati langit-langit mulut dengan lidah yang aktif adalah bagian belakang. Hal tersebut dapat kita rasakan dan praktikkan pada alat ucap kita yang sebelumnya kita pelajari melalui anatomi atau gambar pembagian alat ucap, seperti gigi, lidah, gusi, dan pita suara. Dalam linguistik terapan, hasil kajiannya kita gunakan sehari-hari dalam berbagai bidang ilmu lain tanpa sadar. Linguistik digunakan untuk pembentukan dan penyusunan kata dalam kamus.

Lalu apa yang abstrak dari linguistik?

Ketika pertama kali mempelajari linguistik sebagai mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, saya kebingungan dalam mencari hakikat linguistik itu sendiri. "Mana yang sebenarnya disebut dengan 'linguistik' itu?" "Mana linguistik yang bukan merupakan fonologi, semantik, sintaksis, dan lainnya?" Sebelum mempelajari linguistik yang dapat dilihat contohnya secara nyata seperti tataran kalimat, pembentukan kata, dan pengucapan fon, mahasiswa harus memahami terlebih dahulu hakikat bahasa dan hal-hal mendasarnya.

Menjawab pertanyaan di atas, dalam struktur bahasa, seorang filsuf dan bapak Linguistik, Ferdinand de Saussure mengemukakan konsep langage, langue, dan parole. 

Wikipedia mengartikan langue sebagai konsep abstrak yang tersimpan dalam akal budi seseorang sebagai produk dan konvensi masyarakat. Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa langue atau bahasa itu sendiri merupakan produk ciptaan masyarakat dari hasil kesepakatan bersama. Kesepakatan tersebut berupa pembentukan bahasa masing-masing masyarakat, seperti kosakata, struktur dan pola gramatikal, serta penggabungan dan pemaknaan kalimat. Langue adalah keseluruhan kebiasaan (kata) yang diperoleh secara pasif dan diajarkan dalam masyarakat. Langue menjadi keseluruhan sistem tanda dalam bahasa. Berbeda dengan langage, langue merujuk pada satu bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Madura.

Sebagai kelanjutan dari langue, parole merupakan konkretisasi dari langue dalam kehidupan sehari-hari. Parole dapat dilihat dalam proses komunikasi baik dalam bahasa lisan maupun tulis meski sejatinya bahasa adalah ujaran. Parole menjadi realisasi langue, seperti ujaran pidato, percakapan telepon, dan tulisan cerita pendek.

Sementara langage merupakan konsep bahasa secara umum dan menjadi objek yang paling abstrak karena berwujud sistem bahasa secara universal. Langage merupakan perpaduan antara langue dan parole. Selain itu, langage memuat fungsi bahasa secara sosial maupun individual. Langage ialah sebuah sistem atau konsep yang bersifat heteroklit dan multibentuk. Lantas bagaimana wujud langage itu sendiri?

Ada yang lebih abstrak dari langage?

Kesulitan lain yang saya temui dalam pembelajaran awal linguistik umum adalah pemahaman bahwa bahasa bersifat arbitrer. Arbitrer berarti manasuka. Arbitrer dalam sifat bahasa berarti hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak ada hubungannya, tidak wajib, dapat berubah kapanpun. Tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi dapat "mengonsepi" atau melambangkan makna tertentu.

"Apa yang dimaksud dengan lambang bunyi? Apa yang dilambangkan oleh lambang bunyi? Makna apa yang dikonsepkan oleh lambang bunyi?"

Dalam sebuah bahasa, kita tidak dapat mengetahui siapa pencipta suatu kata. Misalnya, kita tidak dapat mengetahui siapa orang yang pertama kali menyebut pancaindra yang digunakan untuk melihat sebagai "mata" atau siapa yang menciptakan kata "kursi" yang merujuk pada sebuah benda terbuat dari kayu, besi, atau plastik dengan fungsi menopang tubuh ketika duduk?

Pemahaman di atas dapat diperjelas dengan konsep penanda dan petanda. Sekilas memang kedua kata tersebut memiliki arti yang sama dan saya kira salah satu dari keduanya adalah kata tidak baku. Namun, ternyata keduanya adalah kata baku dan memiliki makna yang berbeda.

Bahasa merupakan sesuatu yang dapat mewakili suatu hal lain dari yang abstrak menjadi konkret. Saussure menggunakan tiga istilah dalam konsep bahasa sebagai tanda yakni tanda (Inggris: sign, Perancis: signe), penanda (Inggris: signifier, Perancis: signifiant), dan petanda (Inggris: signified, Perancis: signifie). 

Tanda dibagi menjadi penanda dan petanda. Petanda adalah suatu unsur yang terlihat, terdengar, dan terasa pada objek. Dalam hal ini, penanda berarti "citra bunyi" atau rangkaian bunyi yang membentuk tanda dan dapat didengarkan. Petanda merupakan suatu konsep, makna, dan esensi dari penanda yang berasal dari segala pengalaman manusia.

Contoh penerapannya misal dengan bunyi "buku" sebagai penanda, kita mendapat petanda atau makna dari "buku" yakni "lembar kertas berjilid yang berisi tulisan ataupun masih kosong". Selain itu, kita telah menyepakati makna "anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari" sebagai petanda dari penanda "tangan".

Keabstrakan linguistik sebagai bagian dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari tidak akan disadari dan diketahui jika seseorang tidak mempelajari linguistik itu sendiri. Hal tersebut karena bahasa dapat digunakan untuk mengkaji bahasa itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun