Ada yang lebih abstrak dari langage?
Kesulitan lain yang saya temui dalam pembelajaran awal linguistik umum adalah pemahaman bahwa bahasa bersifat arbitrer. Arbitrer berarti manasuka. Arbitrer dalam sifat bahasa berarti hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak ada hubungannya, tidak wajib, dapat berubah kapanpun. Tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi dapat "mengonsepi" atau melambangkan makna tertentu.
"Apa yang dimaksud dengan lambang bunyi? Apa yang dilambangkan oleh lambang bunyi? Makna apa yang dikonsepkan oleh lambang bunyi?"
Dalam sebuah bahasa, kita tidak dapat mengetahui siapa pencipta suatu kata. Misalnya, kita tidak dapat mengetahui siapa orang yang pertama kali menyebut pancaindra yang digunakan untuk melihat sebagai "mata" atau siapa yang menciptakan kata "kursi" yang merujuk pada sebuah benda terbuat dari kayu, besi, atau plastik dengan fungsi menopang tubuh ketika duduk?
Pemahaman di atas dapat diperjelas dengan konsep penanda dan petanda. Sekilas memang kedua kata tersebut memiliki arti yang sama dan saya kira salah satu dari keduanya adalah kata tidak baku. Namun, ternyata keduanya adalah kata baku dan memiliki makna yang berbeda.
Bahasa merupakan sesuatu yang dapat mewakili suatu hal lain dari yang abstrak menjadi konkret. Saussure menggunakan tiga istilah dalam konsep bahasa sebagai tanda yakni tanda (Inggris: sign, Perancis: signe), penanda (Inggris: signifier, Perancis: signifiant), dan petanda (Inggris: signified, Perancis: signifie).Â
Tanda dibagi menjadi penanda dan petanda. Petanda adalah suatu unsur yang terlihat, terdengar, dan terasa pada objek. Dalam hal ini, penanda berarti "citra bunyi" atau rangkaian bunyi yang membentuk tanda dan dapat didengarkan. Petanda merupakan suatu konsep, makna, dan esensi dari penanda yang berasal dari segala pengalaman manusia.
Contoh penerapannya misal dengan bunyi "buku" sebagai penanda, kita mendapat petanda atau makna dari "buku" yakni "lembar kertas berjilid yang berisi tulisan ataupun masih kosong". Selain itu, kita telah menyepakati makna "anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari" sebagai petanda dari penanda "tangan".
Keabstrakan linguistik sebagai bagian dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari tidak akan disadari dan diketahui jika seseorang tidak mempelajari linguistik itu sendiri. Hal tersebut karena bahasa dapat digunakan untuk mengkaji bahasa itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H