Mohon tunggu...
Faiza Thoifur
Faiza Thoifur Mohon Tunggu... -

Ibu 2 anak, pendidik di MI. Saat ini sedang suka menulis dan masih terus belajar, Insya Allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karakteristik Anak Pra TK

9 Agustus 2011   09:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:57 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Kemajuan yang pesat. Anak-anak usia 3 tahunan (pra TK) ini biasanya selalu mengejutkan para orang tua dengan perkembangannya yang menakjubkan yang dapat berlangsung dalam waktu singkat dan tak terduga. Perbedaan usia yang hanya 1 atau 2 bulan saja bisa memberikan perbedaan kemampuan yang cukup besar. Dalam waktu 1 bulan anak yang semula cengeng bisa menjadi lebih mandiri. 2. Aspek Psikomotornya lebih dominan. Anak-anak usia 3 tahunan (pra TK) memiliki kecenderungan untuk selalu bergerak dan bermain. Karena itu alangkah baiknya jika guru Play Group/PAUD dapat memadukan materi pembelajaran dengan kegiatan motorik ini. Belajar berhitung, mengenal warna, anggota badan, hingga pengenalan doa-doa bisa dilakukan sambil naik ayunan, berlainan, duduk santai di halaman. Dengan begitu, mereka dapat belajar sambil menyalurkan energinya untuk bergerak. Meski kelihatannya acuh tak acuh, sebenarnya anak pra TK selalu merekam apa yang mereka dengar dan lihat lho…? 3. Merekam dan bukan mengungkapkan. Anak-anak usia 3 tahunan (pra TK) memiliki kemampuan tinggi untuk merekam kedalam memori otaknya segala hal yang didengar dan dilihatnya setiap hari. Karena itu masa ini disebut masa Golden Age (masa emas perkembangan otak). Meski hafalan doa-doa diucapkan sambil lari-larian, tidur-tiduran, atau tanpa perhatian sekalipun, anak tetap merekamnya ke dalam otak. Sebaiknya guru Play Group/PAUD lebih banyak bercerita daripada bertanya untuk mengetes kemampuan anak, karena dalam diri mereka belum tumbuh keinginan untuk menyampaikan pendapat, mungkin juga mereka tahu jawabannya tapi malas menjawab. Jadi jangan jadikan tes lisan sebagai satu-satunya tes untuk mengetahui kemampuan anak. 4. Jarak pandang dekat. Anak-anak ini baru memiliki kemampuan pandang yang relatif dekat, tak lebih dari 2 m. Karena itu sebaiknya guru duduk di depan muridnya jangan terlalu jauh, murid membentuk setengah lingkaran dan guru duduk di tengah. Untuk papan tulis sebaiknya menggunakan white board dengan spidol warna merah atau warna-warna lain yang menyolok agar lebih menarik perhatianya. 5. Obyek pandang yang dekat. Jika guru menggambar obyek atau menunjukkan gambar, sebaiknya dalam ukuran besar. Ukuran folio sudah cukup menarik anak usia ini, apalagi di gambar dengan warna-warna yang menyolok. Misalnya mengenalkan nama buah, guru menggambar buah pisang di selembar kertas folio dengan warna kuning menyolok dan diberi mata, hidung, dan mulut, maka mereka akan antusias untuk melihatnya. 6. Banyak berceloteh. Celotehan anak usia ini sering terluncur tanpa ada kaitannya dengan topik yang disampaikan guru. Guru yang bijak sebaiknya menghentikan sebentar pembicaraan untuk mendengarkan mereka, karena tak banyak anak yang mampu dan berani menceritakan perasaannya melalui celoteh seperti itu. Daftar Pustaka: Istadi, Irawati, Istimewakan Setiap Anak, Jakarta: Pustaka Inti, 2004 Bleckman, Ruth, Pergaulan di Taman Kanak-kanak, Bandung: Remadja karya, 1987

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun