Dalam dunia kerja, sebuah institusi maupun perusahaan pasti memiliki target. Dalam usaha mencapai target tersebut, institusi atau perusahaan memiliki struktur organisasi yang terdiri dari berbagai divisi dan departemen. Berbagai divisi dan departemen tersebut memiliki tugas masing-masing. Untuk mencapai target, maka diperlukan sinergi dan kerja sama antar berbagai divisi. Bahkan dalam satu divisi pun terdapat beberapa orang yang bekerja dan mempunyai tugas masing-masing.
Jika Anda sering melihat iklan lowongan kerja, banyak lowongan kerja yang memberikan kualifikasi terhadap calon karyawannya yaitu "bisa bekerja sama dalam tim". Sudah tidak asing lagi, sepertinya kegiatan kerja sama tidak bisa dipisahkan dalam lingkup perusahaan, institusi, maupun organisasi. Apa itu kerja sama? Seberapa penting kerja sama bagi sebuah perusahaan, institusi, maupun organisasi? Mari kita bahas!
Menurut Robert L. Clistrap dalam Roestiyah (2008, h. 15) menyatakan "Kerja sama adalah merupakan suatu kegiatan dalam berkelompok untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama". Dari pengertian tersebut bisa Anda ketahui bahwa kerja sama dilakukan oleh kelompok, atau minimal dilakukan oleh dua orang.
Kerja sama sangat penting bagi sebuah perusahaan, institusi, maupun organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Dengan kerja sama, perusahaan, institusi, maupun organisasi bisa menyelesaikan hal-hal sulit yang tidak bisa dilakukan oleh satu orang.
Contohnya dalam sebuah supermarket, terdapat bagian security yang berjaga pintu depan, terdapat bagian customer service untuk memberikan informasi yang pelanggan butuhkan, terdapat bagian staff atau pramuniaga untuk menata barang, terdapat bagian kasir untuk menerima pembayaran, terdapat bagian cleaning service untuk membersihkan toko. Tidak mungkin kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh satu orang.
Semakin besar perusahaan, institusi, maupun organisasi tersebut, semakin banyak pula divisi dan departemen yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin kecil perusahaan, institusi, maupun organisasi tersebut, maka semakin sedikit divisi dan departemen yang dibutuhkan.
Contohnya, minimarket terdapat bagian kasir yang menerima pembayaran juga merangkap sebagai customer service yang memberikan informasi ke pelanggan. Bagian staf pramuniaga untuk menata barang juga merangkap sebagai cleaning service untuk membersihkan toko.
Berbeda dengan perusahaan yang lebih besar misalnya supermarket. Supermarket membutuhkan bagian security, customer service, staf pramuniaga, kasir, dan cleaning service yang ditangani khusus oleh orang-orang yang berbeda. Contoh lebih lebih besar lagi yaitu mall. Mall memiliki lebih banyak divisi yaitu manajemen mall, administrasi mall, keamanan mall, human resource department mall, teknisi dan general affair, kebersihan mall, dan lain-lain.
Dengan semakin banyaknya divisi dan departemen, maka kebutuhan kemampuan bekerja sama juga semakin tinggi. Banyak hambatan-hambatan sulit yang bisa diselesaikan dengan kerja sama yang baik antar rekan kerja di berbagai divisi. Namun apa jadinya jika ternyata orang-orang yang diharuskan bisa bekerja sama ternyata tidak melakukannya dengan baik?
Yang terjadi adalah proses kegiatan disuatu perusahaan, institusi, maupun organisasi tersebut akan terhambat. Orang-orang yang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain atau rekan kerjanya justru akan menjadi masalah bagi perusahaan. Mengapa hal itu bisa terjadi dan apa yang menyebabkan orang-orang tersebut tidak bisa bekerja sama?
Kerja Sama, Sini Kerja Situ bersama
Jika Anda perhatikan di lingkungan kerja Anda, mungkin terdapat orang yang sulit diajak untuk kerja sama. Pernahkan Anda menemui orang seperti itu? Banyak faktor yang menyebabkan seseorang sulit untuk bekerja sama.
Bisa jadi orang itu memiliki masalah pribadi terhadap rekan kerjanya, bisa karena cara dia bekerja berbeda dengan cara rekan kerjanya bekerja, bisa karena dia merasa senior sehingga yang juniorlah yang menurutnya harus mengerjakannya, bisa juga karena memang cara kerjanya stagnan seperti itu dan kurang produktif.
Bahkan yang lebih parah lagi, ada orang yang membebankan pekerjaan yang seharusnya dia bisa kerjakan kepada rekan kerjanya. Setelah orang itu membebankan pekerjaannya ke rekan kerjanya, eh dia malah asyik bercanda bersama orang lain. Atau dikenal dengan istilah "kerja sama, sini kerja situ bersama".
Prinsip Senioritas dan Lama Waktu Bekerja
Dalam dunia kerja terdapat istilah senior dan junior. Senior adalah karyawan yang bekerja lebih lama sejak diterima di perusahaan tersebut daripada rekan kerjanya. Sedangkan junior adalah karyawan baru atau yang bekerja tidak lebih lama sejak diterima di perusahaan tersebut daripada rekan kerjanya. Walaupun tidak semua, tapi ada karyawan senior yang merasa bisa membebankan tugasnya kepada juniornya.
Alih-alih memberikan contoh kepada juniornya untuk bekerja secara produktif, justru karyawan senior tersebut mengalihkan pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan kepada juniornya. Setelah senior tersebut memberikan tugasnya kepada juniornya, senior tersebut malah bercanda dan bergurau dengan rekan kerjanya yang lain.
Di Indonesia, mungkin Anda sering menemui prinsip senioritas seperti itu. Atau bahkan Anda sendiri yang mengalaminya. Prinsip senioritas membuat suasanya di tempat kerja tidak nyaman bagi para juniornya. Bukan tidak mungkin hal ini akan membuat junior merasa tidak betah dan memilih resign. Sehingga perusahaan akan mencari karyawan baru lagi. Hal itu adalah sebuah kerugian bagi perusahaan mengingat biaya merekrut karyawan baru juga tidak murah.
Mencampuradukkan Masalah Pribadi dengan Pekerjaan
Perusahaan adalah organisasi yang di dalamnya terdapat banyak orang. Sudah pasti orang-orang tersebut memiliki latar belakang dan sifat-sifat yang berbeda. Banyak perbedaan-perbedaan yang harus diabaikan dan menyatukan visi misi untuk kepentingan perusahaan. Terkadang perbedaan tersebut memimbulkan perselisihan antar karyawan.
Jika hal tersebut terjadi, seharusnya sebagai karyawan memiliki sikap profesional. Sikap profesional adalah sikap fokus terhadap profesi atau pekerjaannya demi tercapainya tujuan perusahaan dan tidak mencampuradukkan permasalahan pribadi. Jika seorang karyawan berselisih dan mencampuradukkan masalah pribadi, maka akan mengganggu karyawan lain yang sedang bekerja.
Cara Kerja Stagnan Dan Kurang Produktif.
Cara kerja, adalah hal yang sangat penting di dunia kerja. Cara kerja menentukan hasil dari sebuah proses kerja. Karyawan berprestasi dan tidaknya terlihat dari perbedaan cara kerjanya. Cara kerja juga berpengaruh terhadap penilaian karyawan dan promosi jabatan.
Cara kerja merupakan hal yang sulit diidentifikasi oleh HRD ketika proses recruitment. Tidak jarang perusahaan merekrut karyawan yang secara administrasi bagus, secara attitude juga bagus, tetapi memiliki cara kerja yang buruk. Cara kerja yang buruk akan mengurangi produktivitas. Kurangnya produktivitas secara tidak langsung dapat merugikan perusahaan.
Menunda-nunda pekerjaan, banyak mengobrol dengan rekan kerja saat bekerja, sering terlambat datang bekerja, tidak membuat daftar tugas, tidak merapikan tempat kerja adalah beberapa contoh budaya kerja yang tidak produktif.
Salah satu budaya kerja tidak produktif yang sering tidak disadari adalah banyak mengobrol dengan rekan kerja. Mengobrol dengan rekan kerja memang menyenangkan. Bercerita tentang segala hal pribadi, berbagi pengalaman, merupakan suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Tetapi jika hal itu dilakukan saat jam kerja justru akan menyebabkan proses kerja yang kurang produktif atau biasa disebut "banyak bicara sedikit kerja".
Sebagai contoh di dalam ruang kerja satu tim administrasi terdapat lima orang. Tiga orang mengobrol santai saling bercerita pengalaman mereka. Pasti dua orang yang sebelumnya fokus dengan pekerjaan akan terganggu konsentrasinya. Dan hal itu juga akan mempengaruhi kinerja tim. Pernahkah Anda mengalami hal yang serupa?
Sudah saatnya budaya kerja yang kurang produktif di Indonesia dihilangkan. Bisa dimulai dari diri Anda sendiri. Produktivitas bisa dibentuk dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik di tempat kerja. Cara-cara untuk membangun kebiasaan baik bisa Anda baca di artikel berikut.
Cara Membangun Kebiasaan Baik Step by Step, Pasti Sukses
Kerja Sama Adalah Skill Orang Sukses
Apakah Anda tahu sepak bola? Atau Anda pernah melakukan olahraga yang membutuhkan tim? Tim yang juara adalah tim yang orang-orang didalamnya bisa bekerja sama dengan baik. Walaupun kemampuan individu baik, tetapi jika tidak bisa bekerja sama dengan tim, maka tim tidak akan bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dan sebaliknya, walaupun kemampuan individu biasa saja, tetapi dengan kerjasama tim yang baik maka akan bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Begitupun dengan perusahaan, institusi, maupun organisasi. Orang-orang didalamnya selain kemampuan individu yang dibutuhkan, kemampuan bekerja sama juga sangat penting. Perusahaan, institusi, maupun organisasi yang besar pasti mempunyai tim dengan kerja sama yang baik. Bisa bekerja sama dengan baik juga merupakan skill orang-orang sukses. Untuk itu, penting bagi Anda untuk memiliki kemampuan bekerja sama dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H