Mereka memanfaatkan sumber daya hutan seperti kayu, sungai, rotan, dan binatang buruan. Aktivitas mencari penghidupan dilakukan secara bersama-sama tanpa ada pembagian kelompok kerja lainnya. Pada sisi sosial budaya, masyarakat Talang Mamak bekerja sama dengan Pendatang Jawa untuk melakukan upacara adat dan juga mencari penghidupan bersama di hutan. Sehingga masyarakat Talang Mamak dikategorikan ke dalam Forest Dependent Community. Kedua yaitu Adapted Commercial Community, merupakan penyesuaian kelompok masyarakat dengan sumber penghidupan yang berkembang.Â
Masyarakat Pendatang Melayu melakukan penyesuaian dengan beralih nafkah, yaitu yang sebelumnya bekerja di kebun karet lalu beralih menjadi buruh kebun di suatu PT dan sebagian lainnya menjadi pedagang sawit dan juga karet. Karena dengan bekerja di PT mereka akan mendapat hasil yang jauh lebih tinggi dibanding usaha perkebunan milik pribadi. Sehingga Pendatang Melayu selalu mempertimbangkan untung rugi dari setiap usahanya.Â
Ketiga yaitu Modern Community, tipologi ini cocok untuk masyarakat Pendatang Jawa. Mereka memiliki sifat sosial yang terbuka dengan orang lain dan selalu berpartisipasi dengan lingkungannya. Hubungan Pendatang Jawa dengan masyarakat asli dapat terlihat pada kegiatan ekonomi seperti tukar menukar tenaga dalam bekerja, misalnya saat menanam padi hingga menuai padi.Â
Kategori modern ini cocok untuk merepresentasikan Pendatang Jawa karena penerapan pertaniannya bersifat tradisional namun diikuti dengan usaha tanam yang lebih modern. Hal tersebut ditandai dengan pemakaian pompa semprot untuk memberantas hama di sawah. Selain itu teknologi yang digunakan dalam bertani, yaitu menggunakan pola tanam jenis terasiring.
Perkembangan ekologi budaya yang dapat dilihat dari tiga komunitas ini sangat ditentukan oleh adaptasi ekologi budaya bercocok tanam. Perkebunan karet dan sawit sangat berpengaruh terhadap adaptasi terutama pada komunitas Pendatang Melayu bagi sumber penghidupannya. Sementara sumber daya hutan berperan penting bagi komunitas Talang Mamak dan Pendatang Jawa untuk sumber penghidupannya.Â
Saat manusia beradaptasi di suatu lingkungan, melalui kebudayaan yang dimilikinya, ia mampu membuat sebuah gagasan yang membentuk tingkah laku sebagai salah satu bentuk organisme yang menempati sebuah lingkungan atau dalam suatu ekosistem, sehingga melalui gagasan tersebut manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Daftar Pustaka
Amri, E. (1997). Perkembangan Teori Pertukaran, Struktural Fungsional, dan Ekologi Budaya: Implementasi dan Sumbangannya dalam Studi Antropologi Budaya. http://repository.unp.ac.id/id/eprint/804
Kristiawan, N. (2017). Pola Adaptasi Ekologi Budaya Tiga Komunitas di Jambi. Agraria Dan Pertahanan, 3(2), 1--12. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/jb.v3i2.124
Yulianto, F., & Kuswandika, S. (2015). Teori Ekologi Kebudayaan. Wordpress. https://kuliahsejarah.wordpress.com/2015/07/05/teori-ekologi-kebudayaan/, 25-08-2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H