Mohon tunggu...
MOCHAMMAD FAIZ ARDIANSYAH
MOCHAMMAD FAIZ ARDIANSYAH Mohon Tunggu... Freelancer - FREELANCER

Tertarik dengan sejarah, teknologi dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stunting: Ancaman yang Masih Menghantui Anak Indonesia

14 Juni 2023   13:03 Diperbarui: 14 Juni 2023   13:09 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 1 Juni kemarin, selain dikenal sebagai Hari Pancasila juga diketahui sebagai Hari Anak Internasional dan Hari Susu Sedunia. Food and Agriculture Organization (FAO), organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan Hari Susu Sedunia (World Milk Day) untuk mengakui pentingnya susu sebagai makanan di seluruh dunia. Sehingga sejak 2001, Hari Susu Sedunia diperingati pada 1 Juni. Di Indonesia sendiri melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 2182/KPTS/PD.420/5/2009, setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Susu Nusantara.

Hari Susu Sedunia pertama kali diperingati untuk memperingati sektor susu. Sejak saat itu, manfaat susu dan produk susu terus dipromosikan setiap tahun di seluruh dunia. Hari Susu Sedunia diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya minum susu untuk kesehatan, meningkatkan konsumsi susu untuk meningkatkan kualitas gizi bangsa, dan mendorong pengembangan industri sapi perah nasional, yang akan menghasilkan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

Karena langsung berasal dari sapi, susu dikenal memiliki emisi dan gas buang yang rendah. Selain memiliki tingkat karbon yang rendah dalam proses pembuatannya, produk susu dilaporkan membantu menghidupi satu miliar orang di seluruh dunia. Ada 600 juta orang yang hidup dari peternakan sapi perah, dan 400 juta lainnya bergantung pada pekerjaan penuh waktu untuk membantu industri susu.

Sementara Hari Anak Internasional atau International Children's Day, yang diperingati setiap tahun pada tanggal 1 Juni, adalah momen penting di mana kita menghormati anak-anak di seluruh dunia. Peringatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang hak-hak anak, mempromosikan kesejahteraan mereka, dan memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Hari Anak Internasional ini berawal dari Pendeta Dr. Charles Leonard, seorang pendeta dari Universalist Church of the Redeemer di Chelsea, Massachusetts, pada tahun 1857 yang mengadakan agenda tahunan berupa kebaktian khusus untuk anak-anak di gereja yang bernama Rose Day, di mana nantinya akan berganti nama menjadi Flower Sunday, sebelum nantinya ditetapkan sebagai Hari Anak Internasional.

Kemudian pada tahun 1925, perwakilan dari berbagai negara berkumpul di Jenewa, Swiss, untuk Konferensi Dunia tentang Kesejahteraan Anak.  Selanjutnya, pada tahun 1949, Federasi Demokrasi Internasional Wanita berkumpul di Rusia untuk mendirikan Hari Perlindungan Anak Internasional pertama, atau yang sekarang dikenal sebagai Hari Anak Internasional. Sejak itu, negara-negara di seluruh dunia merayakan Hari Anak Internasional pada 1 Juni 1950. Meskipun begitu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja menetapkan Hari Anak Internasional melalui Deklarasi Hak Anak tahun 1959.

Susu dan anak sangatlah berkaitan. Hal tersebut dikarenakan anak-anak diharuskan untuk mengonsumsi susu sebagai suplemen mereka dalam masa pertumbuhan sehingga dapat memenuhi gizi 4 sehat 5 sempurna. Meskipun demikian pada kenyataannya susu masih bisa dikonsumsi oleh manusia di semua umur. Menurut data yang dikumpulkan oleh firma konsultan susu CLAL, yang berbasis di Italia, Belarusia adalah negara dengan konsumsi susu per kapita tertinggi di dunia pada tahun 2021. Jumlah susu per kapita di negara ini mencapai 114,9 kg tahun lalu. Ukraina mengikuti dengan 114,11 kg, dan Selandia Baru dan Australia masing-masing mengonsumsi 109,03 kg dan 96,25 kg, masing-masing. Konsumsi susu per kapita di Inggris mencapai 92,07 kg, dan Kanada akan mengonsumsi 74,47 kg pada tahun 2021. Amerika Serikat menempati posisi ketujuh dengan konsumsi susu per kapita sebesar 63,08 kg, sedangkan India memiliki konsumsi susu per kapita sebesar 59,57 kg.

Khusus di Indonesia, stunting, atau kekurangan gizi, yang mengganggu pertumbuhan anak, masih menjadi masalah. Data WHO menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat kasus stunting balita (kerdil) tertinggi di Asia Tenggara, sebesar 36,4 persen. Erick Thohir, menteri BUMN, menyatakan bahwa konsumsi susu yang rendah di Indonesia adalah salah satu alasan mengapa angka stunting di Tanah Air masih tinggi. Faktanya, populasi Indonesia memiliki tingkat konsumsi susu yang paling rendah di antara negara-negara Asia-Pasifik lainnya. Bahkan di antara negara-negara ASEAN lainnya, populasi Indonesia memiliki tingkat konsumsi susu yang paling rendah.

Jika melihat data Badan Pusat Statistik (2021) yang dimiliki oleh Ditjen PKH, tingkat konsumsi ini memang cenderung fluktuatif, naik dan turun di tiap tahunnya. Di tahun 2017 misalnya, jumlah konsumsi susu nasional ada di tingkat 16,29 kg/kapita/tahun, meningkat menjadi 16,49 kg/kapita/tahun di tahun 2018, kemudian turun menjadi 16,23 kg/kapita/tahun di 2019. Angka tersebut, masih jauh dibanding negara-negara tetangga, seperti Malaysia (26,20 kg/kapita/tahun); Myanmar (26,7 kg/kapita/tahun); dan Thailand (22,2 kg/kapita/tahun).

Konsumsi susu masyarakat Indonesia rendah karena beberapa alasan. Salah satunya adalah bahwa susu harus diberikan kepada bayi dan anak-anak. Ini pastinya anggapan yang salah karena susu memiliki gizi yang lengkap. Tidak peduli usianya, tubuh manusia mendapatkan manfaat dari vitamin, mineral, dan protein yang terkandung dalam susu.

Jumlah peminum susu, terutama anak-anak, harus ditingkatkan agar Indonesia dapat mencapai tingkat konsumsi susu Menengah dan Tinggi. Dr. Jennifer Shu, seorang dokter anak dan penulis buku tentang pengasuhan anak, memberikan saran tentang cara membiasakan anak-anak untuk minum susu secara rutin. Pertama, mulai dengan jumlah kecil. Jennifer menyarankan enam ons susu untuk anak-anak dari usia satu hingga tiga tahun. Sebagai perbandingan, orang dewasa dan balita dapat mengonsumsi delapan ons susu. Beri anak satu atau dua sendok susu setiap hari sebelum mereka dapat menerima jumlah susu sebanyak itu. Pembiasaan, bukan jumlah, adalah kuncinya.

Kedua, berikan opsi. Jika Anda memberi anak susu dengan rasa stroberi atau coklat, mereka mungkin akan lebih terbuka untuk konsumsi susu. Ketiga, lakukan aktivitas yang melibatkan susu yang menyenangkan. Salah satu cara termudah untuk membuat susu adalah menggunakan gelas atau bejana yang disukai anak. Selain itu, susu dapat dihidangkan sebagai makanan tambahan, seperti sereal, daripada minuman. Jennifer mengatakan bahwa menjadi contoh yang baik bagi anak-anak adalah kunci untuk membiasakan mereka minum susu. Anak-anak akan lebih mudah menerima dan menerapkan kebiasaan minum susu jika mereka terbiasa melihat orang tua atau orang lain minum susu.

Anak-anak sebagai masa depan dan aset bangsa sudah seharusnya dijaga oleh kita. Masyarakat dan juga pemerintah sudah selayaknya memperhatikan anak-anak dengan cara memberikan akses yang mudah terhadap anak dalam mengonsumsi susu. Tentu, konsumsi susu harus tetap dalam pengawasan dan kadar yang telah ditetapkan oleh pihak terkait supaya susu yang diberikan kepada anak dapat tepat sasaran. Apabila anak telah memperoleh gizi 4 sehat 5 sempurna ke depan Indonesia akan mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun