Mohon tunggu...
Faiza NurRachman
Faiza NurRachman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UINSSC

mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Sosial di Era Globalisasi

18 Desember 2024   16:05 Diperbarui: 18 Desember 2024   16:05 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggaruh sosial merupakan proses terpengaruhnya perilaku orang lain oleh tindakan seorang individu atau kelompok, seseorang hampir selalu akan memilih opsi pertama, karena tekanan untuk menyesuaikan dapat sangat kuat dan membawa perubahan dalam perilaku yang tidak akan pernah terjadi sebelumnya.

Kelompok dan orang lain memainkan peran sentral dalam kehidupan, kelompok terdiri atas dua orang atau lebih (1) saling berinteraksi, (2) memersepsi diri mereka sebagai bagian dari kelompok, dan (3) saling tergantung sehingga kejadian yang mempengaruhi salah satu anggota kelompok akan memengaruhi anggota lain, dan perilaku dari para anggotanya memiliki konsekuensi penting bagi keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya.
Kelompok mengembangkan dan mempertahankan norma, harapan terkait perilaku yang tepat dengan kelompok tersebut. Lebih jauh lagi, kita memahami bahwa tidak mematuhi norma kelompok dapat menyebabkan penolakan dari anggota kelompok lain dalam bentuk pengabaian hingga sepenuhnyya ditolak atau dikeluarkkan dari kelompok tersebut. Oleh karena itu, seseorang patuh dan memenuhi harapan kelompok.[1]

Bentuk-Bentuk Pengaruh Sosial
Dalam pengaruh sosial yang terjadi didalam masyarakat terdabat berbagai macam bentuk pengaruh sosial, yaitu:

1.      Konformitas
Secara sadar atau tidak individu dalam kehidupan mengikuti peraturan yang ada dalamlingkungan sosialnya. Seperti saat memilih pakaian, seseorang cenderung mengikuti trend pakaian yang ada dalam masyarakat. Sebenarnya bisa saja orang tersebut memilih pakaian menurut pilihannya sendiri, namun ia lebih memilih pakaian yang sesuai atau yang sedang trend dalam lingkungan, hal inilah yang disebun konformitas. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya aga sesuai dengan norma sosial. Misalnya ketika seseorang berada dalam suatu kelompok, ia akan cenderung mengikuti norma sosial yang berlaku dalam kelompok tersebut. Norma sosial merupakan aturan yang mengatur bagaimana individu berlaku.
Norma sosial ada 2 yaitu injuctive norms dan descriptive norms. Injuctive norms dinyatakan secara tegas, tertulis dan memiliki sanksi apabila tidak dilakukan seperti kepemilikan KTM ( Kartu Tanda Mahasiswa). Sedangkan descriptive norms tidak dinyatakan secara tegas dan tertulis seperti pada saat menjenguk orang sakit membawa buah-buahan.

Faktor yang memperngaruhi konformitass yaitu:
a.    Alasan pribadi seperti menambah pengalaman, membangun rasa percaya diri.
b.    Ketenangan individu memang suka berkelahi meski tahu membuat terluka.
c.    Keterpaksaan dengan alasan merasa was-was jika nanti dipukul.
d.   Ketidaksetujuan.
e.    Ketidakawanan, ingin membantu teman yang dipukul siswa lain.[2]

Konformitas dibagi menjadi 2 yaitu:
a.       Konformitas compliance yaitu individu berperilaku berdasarkan tekanan dalam kelompok. Meski sebenarnya hal itu bertentangan dengan keinginan individu. Hal ini dimaksudkan agar individu diterima dalam kelompok derta menghindari penolakan.
b.    Konformitas acceptance yaitu tingkah laku dan keyakinan individu berdasarkan tekanan kelompok yang diterimanya. Konformitas terjadi karena kelompok memiliki informasi sangat penting yang tidak miliki individu.Tidak semua individu melakukan konformitas terhadap norma kelompok.
Ada faktor-faktor tertentu yang menentukan sejauh mana individu melakukan konformitas atau justru malah menolaknya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi konformitas, yaitu:
a.       Kohevisitas kelompok adalah sejauh mana kita tertarik terhadap sesuatu kelompok sosial tertentu dan ingin menjadi bagian dari kelompok sosial tersebutt.
b.      Besar kelompok menunjukan betapa banyak orang yang berperilaku dengan norma tertentu yang ada dalam kelompok sehingga banyak yang mau mengikutinya.
c.    Norma yang bersifat injuctive cenderung di abaikan, sedangkan norma yang bersifat descriptive cenderung diikuti.

2.      Complience
Complience adalah perilaku yang terjadi sebagai respons dari tekanan sosial langsung.
Ada beberapa teknik khusus untuk mencapai complience, diantaranya sebagai berikut:
1.      Teknik foot-in the-door :seorang tenaga penjualan datang kerumah anda untuk meminta anda untuk menerima sebuah sempel kecil. Anda setuju, dan berfikir bahwa anda tidak akan rugi apa-apa. Beberapa waktu kemudian, datanglah permintaan lain yang lebih besar karena telah menyetujui permintaan pertama, anda mengalami kesulitan untuk menolak permintaan kedua tersebut.
 Dalam kasus tersebut, sang tenaga penjualan menggunakan strategi yang anda telah terbukti yang disebut oleh psikolog sosial sebagai teknik foot-in-the-door. Anda meminta seseorang untuk menyetujui permintaan kecil, kemudian meminta orang tersebut untuk patuh pada permintaan lain yang lebih penting. Terbukti bahwa complience dengan permintaan yang lebih penting meningkat secara signifikasikan ketika seseorang telah terlebih dahulu setuju dengan permintaan yang lebih kecil.
2.      Teknik door- in-the- -face: dalam tehnik ini, seorang penggalang  dana meminta konstribusi sebesar 500 dolar. Anda menolak  sambil tertawa dan memberitahunya bahwa jumlah tersebut jauh di atas kemampuan anda. Kemudia, ia meminta kontribusi sebesar 10 dolar saja. Apa yang anda lakukan? Jika anda sama seperti kebanyakan orang, anda mungkin akan jauh lebih rela dibandingkan jika sang penggalang dana tersebut belem pernah mengajukan permintaan kontribusi yang besar sebelim nya. Dalam taktik yang disebut dengan teknik door-in-the-face, seseorang membuat permintaan yang besar, berharap agak ditolak, dan mengikuti dengan permintaan yang lebih kecil. Strategi yang merupakan kebalikan dari pendekatan foot -in-the-door, telah terbukti efektif.
Teknik ini banyak digunakan. Mungkin anda pernah mencobanya beberapa kali dengan meminta orang tua anda untuk meningkatkan uang saku dalam jumlah yang cukup besar sebelum kemudian meminta dalam jumlah yang lebih kecil. Demikian pula penulis untuk acara televisi terkadang mewarnai naskah mereka dengan hal-hal yang mereka tahu akan dipotong oleh badan sensor dengan berharap bahwa frasa kunci yang lain akan tetap terjaga.
3.      Teknik tha's-not-all: dalam tehnik ini, seorang petugas penjualan memberikan penawaran kepada anda dalam harga yang telah diturunkan. Namun, setelah penawaran pertama, petugas penjualan tersebut menawarkan insentif, diskon, atau bonus untuk penawaran tersebut.
4.      Sampel yang tidak sepenuhnya gratis: jika anda pernah menerima sampel gratis, perlu diingat bahwa sampel tersebut datang bersama suatu biaya psikologis. Meskipun mereka mungkin tidak menyebutkan istilah tersebut, para tenaga penjualan yang memberikan sampel kepada konsumen potensial melakukan hal ini untuk mendesak norma timbal-balik. Norma timbal-balik adalah standar sosial yang diterima dengan baik yang menyebutkan bahwa kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan kita.

3.      Obedience
Obedience adalah perubahan dalam perilaku sebagai respons terhadap perintah orang lain. meskipun obedience jauh kurang umum dibandingkan konformitas dan compliense, hal tersebut terjadi dalam beberapa macam hubungan tertentu. Misalnya: kita dapat memperlihatkan obedience kepada atasan kita, guru kita, atau orang tua hanya karena kekuatan yang mereka miliki untuk memberikan imbalan atau menjatuhkan hukuman

Pengaruh sosial di era globalisasi memberikan dampak yang kompleks, mencakup aspek positif maupun tantangan bagi kehidupan masyarakat. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang untuk memperluas wawasan, mempererat hubungan antarbangsa, serta mendorong kemajuan dalam berbagai bidang melalui pertukaran informasi, budaya, dan teknologi. Di sisi lain, tantangan seperti homogenisasi budaya, erosi identitas lokal, dan meningkatnya ketimpangan sosial menjadi masalah yang harus diatasi.  

Untuk memanfaatkan peluang yang ada sekaligus meminimalkan dampak negatif, diperlukan kesadaran kolektif dan pendekatan yang bijak dalam menghadapi perubahan. Masyarakat harus mampu menjaga keseimbangan antara keterbukaan terhadap pengaruh global dan pelestarian nilai-nilai lokal, serta memanfaatkan teknologi secara bijak agar interaksi sosial yang terbangun tetap konstruktif dan inklusif. Dengan demikian, globalisasi dapat menjadi alat untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan berdaya saing di era modern

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun