Mohon tunggu...
Faiza Danish Ara Putri
Faiza Danish Ara Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menempuh Studi S1 Farmasi di Universitas Airlangga

I write sometimes.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Menilik Kekuatan Soft Power Korea Selatan melalui Kasus Daring Penggemar K-Pop

6 Juli 2022   06:08 Diperbarui: 6 Juli 2022   06:21 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era modern yang diprakarsai oleh kecepatan laju globalisasi dan teknologi ini, soft power adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk menyebarkan paham dan ideologi dari suatu kelompok, terutama negara. Penggunaan hard power yang mengedepankan kekuatan kasar dan paksaan tidak lagi diandalkan oleh suatu negeri dalam mengedarkan cara pandangnya.

Soft power sendiri menurut Joseph Nye (2008), merupakan sebuah kekuatan emosional yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat memahami pemikiran pengirim. Dalam konteks negara, soft power biasanya digunakan secara terang-terangan untuk pertukaran budaya dan pembahasan humaniora. Namun, unsur vital lainnya seperti politik dan ekonomi juga dapat "diselipkan" di dalamnya. Penggunaan soft power oleh negara bukanlah sesuatu yang asing di abad ke-21. Implementasinya dapat dilihat masyarakat umum di berbagai kalangan. Salah satu negara yang secara aktif menggunakan soft power adalah Korea Selatan melalui industri hiburannya: K-Pop.

K-Pop merupakan kependekan dari Korean Pop yang berisikan lagu-lagu trendi dan populer. Istilah K-Pop dipopulerkan sejak dekade 90-an melalui agensi-agensi yang telah berdiri sejak generasi pertama, seperti SM dan YG. Saat ini, eksistensi K-Pop semakin melejit lewat kehadiran girl group dan boy group dengan berbagai variasi konsep. Nama-nama besar seperti BTS dan Blackpink sudah tidak asing lagi di telinga pendengar, bahkan beberapa dari orang awam pun yang aktif bersosial media mengenal mereka. Melalui K-Pop, suatu citra khusus terhadap Korea Selatan untuk publik internasional terbentuk tanpa disadari.

Berdasarkan informasi dari The Diplomat, gagasan umum yang hendak disebarkan Korea Selatan melalui K-Pop adalah ikatan emosional yang erat dan positif antara para idol dan penggemarnya, di mana K-Pop berperan sebagai inspirasi atau harapan. Oleh karena itu, meski skandal atau tuduhan yang—bahkan—melibatkan ranah politik menerpa para idol, K-Pop tetap berdiri tegak. Kekuatan soft power milik Korea Selatan ini telah terbukti keabsahannya di berbagai negara, salah satunya di Indonesia.

Di Indonesia, soft power melalui K-Pop memiliki dampak yang sangat signifikan, terutama di kalangan remaja dan dewasa awal. Efek yang paling terlihat secara gamblang adalah perubahan preferensi kaum milenial dan gen z. Secara tidak langsung, fans K-Pop yang tergabung dalam sebuah fandom telah menerapkan nilai budaya Korea Selatan dalam kesehariannya; memeragakan adab Korea (contoh: membungkuk untuk berterima kasih) dan menyesuaikan diri dengan kultur Korea ketika berinteraksi dengan sesama fans (contoh: menggunakan istilah Bahasa Korea). Di samping itu, pengadopsian visi para idola di kalangan penggemar juga mempengaruhi cara pandang penyuka K-Pop dan masyarakat umum terhadap mereka.

Bagi para penggemar, keinginan dan harapan milik para idolanya adalah hal yang sangat penting untuk dipahami dan diteladani. Jumlah fans yang aktif membela artis kesukaannya, baik secara daring maupun luring, dari hinaan para haters tidak sedikit.

Salah satu contoh nyata dari kekuatan soft power K-Pop dapat dilihat melalui kasus Safa, seorang hater dari member NCT DREAM: Jaemin dan Renjun (terutama Jaemin), yang dirudung oleh para solo stan (fans individual) kedua idol tersebut. Kasus ini terjadi di media sosial Twitter pada malam hari tanggal 18 Mei 2022. Akun Twitter Safa (@ljnmyboy) yang berisi ujaran kebencian terhadap Jaemin dan Renjun ditemukan oleh para penggemar sebelum menghilang tertera dalam tangkapan layar sebagai berikut.

Sumber: @ljnmyboy melalui tangkapan layar @littlerawwrr via Twitter. 
Sumber: @ljnmyboy melalui tangkapan layar @littlerawwrr via Twitter. 
Sumber: @ljnmyboy melalui tangkapan layar @littlerawwrr via Twitter. 
Sumber: @ljnmyboy melalui tangkapan layar @littlerawwrr via Twitter. 

Adu argumen tertulis kemudian bereskalasi menjadi adu argumen verbal melalui fitur space. Sayangnya, alih-alih menyadarkan Safa, diskusi tersebut justru berubah menjadi rudungan sepihak yang dilakukan oleh beberapa pihak berumur lebih tua.

Dilansir dari akun Ara's Wifey (@oolatte) sebagai salah satu saksi, benar adanya bahwa Safa menghina kedua anggota NCT DREAM, terutama Jaemin, hingga diperkarakan lewat space karena masalah pribadinya dengan salah satu mutual-nya (akun yang mem-follow akun pengguna dan di-followback olehnya):


Sumber: @oolatte via Twitter. 
Sumber: @oolatte via Twitter. 
Namun, keabsahan informasi dan korelasinya dengan kebencian Safa terhadap kedua idol tersebut tidak dapat dibuktikan karena akunnya telah hilang. Motif dari hinaan yang ditujukan kepada Jaemin dan Renjun menjadi tidak jelas, tetapi jika dicerna hanya melalui cuitan Safa, ketidaksukaannya terhadap sifat Jaemin dan Renjun kepada idolanya—anggota NCT DREAM lainnya: Jeno—lah yang menjadi penyebab utama.

Sebelum kasus ini bereskalasi lebih lanjut pada tanggal 18 Mei, salah satu akun penggemar, Saaa (@littlerawwrr), sudah memergoki dan membagikan tangkapan layar dari ujaran kebencian yang dilontarkan Safa di atas. Beberapa penggemar Jaemin, Renjun, dan NCT DREAM pun sudah mengkritik hinaan Safa yang sangat tidak etis untuk ditujukan kepada pihak lain, salah satunya akun Rey (@SoftBearU) yang mengatakan bahwa alasan Safa tidak logis:

Sumber: @SoftBearU via Twitter. 
Sumber: @SoftBearU via Twitter. 
Sayangnya, ketika kasus ini semakin ramai dibicarakan pada 18 Mei lalu hingga diadakan diskusi verbal, beberapa solo stan yang tidak bisa menolerir perlakuan Safa atas idolanya justru lepas kendali. Mereka mengaku-aku sebagai perwakilan kedua idol dan mengecamnya dengan pasal pidana UU ITE serta pelaporan pada pihak berwajib jika ia tidak menulis surat permohonan maaf di atas materai. Tidak sampai di situ saja, pihak yang tidak terima bahkan sampai membawa nama partai (Golkar) dan instansi pemerintahan (TNI) serta mengancam akan menurunkan jabatan Ayah Safa:

 

Sumber: @oolatte via Twitter. 
Sumber: @oolatte via Twitter. 
Padahal secara hukum, hal tersebut tidak dapat dilakukan karena yang melapor bukanlah perwakilan sungguhan maupun korban utama dari ujaran kebencian sehingga tuntutannya tidak sah. Kekeliruan berpikir ini ditentang oleh banyak penggemar, salah satunya dapat dilihat dari cuitan Abila (@abilnka) yang berpendapat bahwa pihak berwenang tidak akan menindaklanjuti gugatan untuk kasus Safa: 

Sumber: @abilnka via Twitter. 
Sumber: @abilnka via Twitter. 
Kasus yang seharusnya menjadi urusan internal para fans NCT DREAM akhirnya tersebar ke ranah publik. Tanggapan dari berbagai kalangan pun sangat bervariatif. Dari sisi penggemar, banyak yang bersepakat bahwa kasus Safa ini justru menjadi aksi perundungan terhadapnya daripada fokus kepada masalah ujaran kebencian yang dilakukan. Akun Saaa melanjutkan cuitan dengan membagikan pendapatnya atas penyelenggaraan space kasus Safa yang dianggap tidak berguna dan justru malah dijadikan ajang pamer kekuasaan:

Sumber: @littlerawwrr via Twitter. 
Sumber: @littlerawwrr via Twitter. 
Lebih lanjut, akun Lyy (@parhjisung) juga menyampaikan opininya terhadap kasus. Menurutnya, problematika Safa seharusnya tidak terlalu dibesarkan karena artis akan selalu memiliki haters-nya masing-masing: 

Sumber: @parhjisung via Twitter. 
Sumber: @parhjisung via Twitter. 
Opini akun Lyy sekaligus membuktikan bahwa dalam pengimplementasian soft power melalui K-Pop, tidak semua fans akan serta-merta terpengaruh oleh rasa keterikatan dan emosi batinnya dengan citra yang dibangun oleh para idol. Sebagian besar penggemar masih dapat membatasi diri dengan kerasionalannya melalui cara report and block sebagai langkah defensif untuk mendukung idola dari hinaan alih-alih ribut tanpa kejelasan.

Dari penjabaran kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan soft power K-Pop bagi penggemar Indonesia sangatlah kuat. Beberapa fans bahkan berani bertingkah seolah mereka adalah subjek utama yang menerima ujaran kebencian ketika berargumen dengan hater. Jika dilihat dari pihak yang merudung Safa, internalisasi visi dan rasa keterkaitan atas hubungan erat antara penggemar dan idola melalui kehadiran emosi yang memang menjadi tujuan dari K-Pop berhasil, terlepas dari konteks negatifnya. Namun, jika dilihat dari reaksi mayoritas penggemar lain sebagai pihak ketiga, implementasi soft power dalam kasus ini masih terkalahkan oleh rasionalitas tiap individu.

Meski begitu, soft power melalui K-Pop tetap menjadi sebuah keuntungan yang spesifik untuk membangun citra positif Korea Selatan. Keefektifan dampak di kalangan masyarakat umum dibanding diplomasi biasa atau hard power inilah yang membuat Korea Selatan memakainya secara aktif untuk melancarkan misi pertukaran budaya di kancah internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun