Mempelajari bahasa Arab sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa asing pada umumnya. Akan ada selalu faktor yang ditemukan oleh seorang non native speaker dalam perjalanan memahami bahasa ini.Â
Kesulitan menghafal kosakata, materi yang dinilai sulit, hingga metode yang tidak sesuai sering dianggap sebagai faktor utama yang menghambat tercapainya kompetensi dasar dari mempelajari bahasa Arab. Bagi mereka yang sabar dan penuh kegigihan, menyerah bukanlah solusi terbaik dari permasalahan tersebut.Â
Adapun bagi sebagian kelompok lain, jalan keluar adalah dengan memilih berhenti dari aktivitas mempelajari bahasa Arab sambil berharap dapat menguasai atau setidaknya memahami ilmu ilmu syari tanpa harus disibukkan dengan kaidah kaidah bahasa yang terlampau rumit.
Jika dikelompokkan berdasarkan sumbernya, faktor kesuksesan belajar Bahasa Arab dapat dibagi ke dalam  dua kelompok. Pertama faktor yang berasal dari pengajar dan yang kedua bersumber dari pembelajar atau peserta didik. Artikel ini akan menjelaskan beberapa faktor yang erat kaitannya dengan seorang pengajar.Â
- Materi Ajar.
Materi ajar adalah salah satu unsur penting dalam mensukseskan kegiatan belajar mengajar bahasa asing. Pada umumnya suatu lembaga pendidikan akan menentukan materi ajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.Â
Sebagai contoh, jika tujuan lembaga adalah membuat murid muridnya memiliki kompetensi berkomunikasi bahasa Arab dengan fasih, maka  buku ajar yang cocok untuk dipakai adalah buku al arobiyah baina yadaik, durushul lughah li ghairi natiq atau yang semisalnya. Buku buku ini menampilkan percakapan yang sering dipakai oleh penutur asli bahasa Arab, sehingga sangat tepat jika dipelajari oleh non native speaker dan dipraktekkan dalam aktivitas sehari hari.
Adapun untuk menguasai kemampuan membaca kitab gundul, buku-buku seperti Jamiud Durush, Alfiyah Ibnu Malik, Audoh al-Masalik dan semisalnya dapat menjadi rujukan. Hal yang perlu menjadi perhatian bahwa setiap kitab memiliki tujuannya masing masing, sehingga sebuah keharusan bagi seorang pengajar untuk menguasai  prinsip dasar tersebut.
- Pemberian Tugas.
Untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi bahasa Arab yang baik, guru perlu memberikan tugas sebagai bentuk stimulus bagi peserta didik. Tugas yang bagus adalah dengan model berkelompok.Â
Contoh tugas secara berkelompok bisa dengan membuat kelompok yang terdiri dari 4 orang, lalu masing masing kelompok membuat naskah dialog bahasa Arab dengan tema yang sudah ditentukan, sambil dipraktekkan sebelum pertemuan di kelas.Â
Tujuan dari model tugas seperti ini ada 2 hal. Pertama melatih kemampuan membuat struktur kalimat bahasa Arab. Kedua, membuat peserta didik terbiasa melafalkan huruf-huruf bahasa Arab dengan benar.
- Mengoreksi Tugas.
Setelah para peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengoreksian. Aktifitas mengoreksi dapat meliputi berbagai aspek, mulai dari penulisan huruf, penggunaan kata atau mufrodat sesuai pada tempatnya dan ketepatan kaidah nahwu yang dipakai.Â
Dalam kegiatan ini guru tidak boleh bertoleransi atas kesalahan peserta didik sekecil apapun dalam arti kesalahan sedikit apapun harus disampaikan kepada peserta didik. Misalnya murid menulis kata (senang)
sedangkan seharusnya menggunakan titik, (solusi). Maka peserta didik harus diberitahu kesalahan tersebut dengan harapan agar ia menjadi lebih teliti dalam menulis kata.
- Kegiatan Tambahan di Luar Kelas.
Kesalahan yang umum terjadi dalam proses pengajaran-pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Arab adalah tidak adanya konsistensi dalam penggunaan bahasa Arab. bahasa Arab hanya digunakan di dalam kelas, sedangkan di luar kelas, para peserta didik dibebaskan menggunakan bahasa selain bahasa Arab.Â
Padahal, kekeliruan seperti ini jika dibiarkan , tidak akan memberikan kemajuan yang signifikan dalam pencapaian target. Maka untuk mengatasi hal ini, guru bisa mengadakan kegiatan tambahan di luar kelas.Â
Semisal mengajak murid duduk di taman sekolah sambil menunjuk beberapa benda di sekitar taman dan memberitahu mereka nama dari benda-benda tersebut dalam bahasa Arab. Kemudian satu persatu dari murid diminta untuk membuat struktur kalimat dari kata yang dipilih.Â
Kuncinya adalah semakin banyak kosakata yang dihafal maka kemampuan komunikasi akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya. Semakin sedikit kosa kata yang dimiliki, maka peserta didik akan semakin sulit menyampaikan gagasan dalam pikirannya. Saat peserta didik sudah terbiasa membuat kalimat dengan benar, dengan sendirinya dia akan tersadarkan untuk selalu menggunakan Bahasa Arab dimanapun berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H