"Levi?"
Tidak sanggup berkata-kata, Levi melangkah dari balik meja kerjanya. Ekspresinya sulit dijelaskan. Hange yang awalnya watados jadi was was. Apakah Levi marah? Tapi. Kalau iya. Itu akan jadi sangat menyeramkan. Apa ia sudah kelewatan batas?
"L-Levi? K-kau marah?"
Levi sudah mau sampai ke sofa. Hange memundurkan duduk.
"A-ahahaha. Kalau kau tidak suka, malam ini aku akan pindah dan cari hotel sendiri, Levi. Jangan marah yah. A-ahaha."
Levi akhirnya duduk di sofa. Tepat di sebelah Hange. Dekat sekali. Menatap si mata empat dengan sorot mata tajam yang bikin tegang.
"L-Levi? Oke oke aku minta maaf. Aku akan pergi sekarang jug--hmmfh!!"
Kalimat Hange Zoe terhenti karena tiba-tiba Levi memajukan tubuh dan membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman mendadak yang--entah bagaimana--terasa lembut. Hange tidak pernah ciuman dengan siapapun, tapi ia merasakan ketulusan Levi dari ciuman ini. Sensasi yang menyenangkan dan bikin dadanya hangat.
Hange Zoe yang tadi mulutnya tidak bisa direm jadi bisu. Ia menatap Levi tanpa berkedip. Sementara Levi berdeham sambil membuang muka. Ia tidak mau kelihatan bersemu.
"Ganti pemanggang rotiku dengan yang model terbaru, tugasmu bersih-bersih setiap pagi dan cuci piring setiap selesai Makan malam. Kalau kau setuju, tinggalah di apartemenku selama yang kau mau."
"..."