Tetapi fakta lapangan berlainan, nominasi pencalonan dilakukan sebatas popularitas calon. Bahkan dewasa hari ini harus menunggu survei, tetapi survei diatur orang, sosial media pun (TikTok, Twitter, dsb) diatur orang. Terpaksalah partai politik surrender kepada calon yang ditetapkan oleh market mechanisme. Sehingga tak ada yang namanya kepemimpinan.
Leadership itu tidak sama dengan popularitas. Popularitas itu berbeda, dalam sosiologi popularitas adalah seberapa besar seseorang akan ide, tempat, atau konsep lain yang disukai atau diberikan status oleh orang lain.
Oleh karenanya mohon maaf, maling bisa populer, pelawak bisa populer, joget-jogetpun juga bisa populer. Tapi mereka itu bukan pemimpin, pemimpin itu lahir dari partai politik, penggodokan bertahun-tahun diorganisasi partai itulah yang namanya demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H