suara sendok bertarung dengan suara piring di meja makan keluargaku, obrolan ringan khas keluarga saat makan bersama menjadi bunga yang indah untuk saya sebagai bapak dari ketiga anakku. Perasaan indah nan penuh mesra melihat anak-anakku perlahan beranjak dewasa. Ketiga anakku kuberi nama, Muhammad, Alimul dan Khaqiqi. Kuberikan nama itu agar kelak ia mengerti mengapa ia lahir dan tujuan hidupnya untuk siapa.
anakku muhammad kemudian bertanya
"bapak apa ada salah satu hal yang paling indah saat bapak masih kecil yang tak bisa muhammad lihat di waktu sekarang?"
"ada, dulu pada waktu bapak masih kecil, sebelum bangunan-bangunan tinggi menjulang, menggerus pohon-pohon rindang, ada hewan nan cantik, hewan itu bernama kunang-kunang"
"hewan seperti apa itu kunang-kunang?"
"ia adalah hewan berbentuk kecil, terbang dan menyala, ia menyinari malam dengan cahayanya"
kemudian Alimul ganti bertanya
"apa itu alasan bapak menyukai kunang-kunang?"
"ya tentu, itu adalah pemandangan yang sangat indah, bercahaya didalam malam yang gelap. ia bak utusan yang dikirimkan Tuhan kepada manusia, agar manusia tidak tersesat dalam pekatnya malam saat ia berjalan menuju tujuan yang diharapkan"
"bapak, apakah kunang-kunang masih ada sampai sekarang?"
"mungkin masih ada, namun ditengah kota yang saat ini kita hidupi, hampir mustahil menemukannya. Mungkin lain kali bapak bisa ajak kalian untuk mengunjunginya di pedesaan"