Selepas bangun pagi kita mengerjap-ngerjap mata dan mencari gawai. Melihat pemberitahuan berjaga-jaga untuk banyak kemungkinan.Â
Selepas bersiap-siap gawai tak luput dari genggaman. Ada yang digunakan untuk bekerja, belajar, atau kegiatan lainnya.Â
Begitu pun seharian dan hingga malam nanti, gawai agak susah terlepas dari kehidupan masyarakat modern.
Lantas, mari kita korelasikan gawai dengan literasi, sebuah kata yang kian viral di dunia pendidikan dan menggantikan kata "melek" dalam berbagai bidang, seperti finansial, kesehatan, dan budaya. Gawai adalah sebuah alat yang sesuai dengan zaman kita.Â
Dulu alat seperti tombak batu sesuai pada zaman batu, kuali sesuai dengan zaman logam, dan kini gawai. Kini dengan gawai kita dapat mencapai banyak hal secara digital. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan gawai sebagai "Salah satu alat untuk mencapai tujuan literasi".
Semakin dewasa, semakin variatif pula dunia yang kita geluti, pun demikian dengan pendalaman literasi sangat sesuai dengan pekerjaan dan minat. Namun, perlu kita refleksikan lagi, benar atau tidak literasi yang kita lakukan itu.
Telepon pintar atau laptop adalah gawai, sebuah alat, yang memang harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan literasi. Maka langkah-langkah yang kita gunakan perlu untuk kita telaah ulang.
1. Telusuri
Langkah pertama adalah telusuri. Pada langkah ini, diperlukan kepiawaian kita untuk memilih dan memilah kata yang bisa digunakan untuk mencari informasi yang penting dan menarik. Kata kunci atau keyword yang dimasukkan adalah kunci pembuka gerbang-gerbang informasi dan referensi.Â
Hanya dengan menggunakan kombinasi, gerbang informasi yang terbuka akan berbeda. Gunakanlah kata yang terbesit pertama kali lalu cobalah dengan variasi kata lain untuk memperoleh hasil yang maksimal.Â
Penelusuran ini akan membuat gawai atau situs mendapatkan masukan algoritma. Semakin intensif, semakin sering informasi sejenis atau selingkup tersaji di layar.
2. Seleksi
Langkah kedua adalah seleksi. Sajian informasi di layar perlu kita pilih. Jangan sampai terjebak pada menu-menu sajian yang menjebak atau berisi hal yang tidak benar. Dunia digital sangat bergantung pada algoritma yang didapatkan oleh penggunanya. Pun demikian, jangan pernah memasukkan informasi pribadi, seperti alamat dan nomor telepon pada situs yang tidak dapat dipercaya.
3. Selami
Langkah ketiga adalah selami. Informasi yang sudah kita seleksi kita selami lebih lanjut. Segala macam informasi kini mudah tersedia dengan variasi yang luar biasa. Jika tidak cukup dengan satu sumber, maka penyelaman referensi yang termaktub dalam bahan bacaan tersebut.Â
Banyak orang yang mengatakan Wikipedia adalah sumber yang tidak kredibel karena sifatnya yang terbuka. Guru dan dosen pun banyak yang anti jika peserta didik mengutipnya.Â
Namun, sebagai literat digital marilah kita ubah pola pikir tersebut dengan mengeksplorasi dan mengajak peserta didik untuk membaca referensi yang ada di dalamnya.
4. Verifikasi
Langkah keempat adalah verifikasi. Verifikasi perlu dilakukan supaya apa yang kita baca tidak menjerumuskan orang lain. Bahan literasi perlu diverifikasi kesahihannya. Jangan sampai apa yang kita baca justru menjerumuskan diri dan orang lain.Â
Gunakan portal berita yang sejenis, atau artikel-artikel ilmiah dari sumber yang benar-benar kredibel. Pikatan bahasa-bahasa yang persuasi dan penuh sensasi adalah hal yang perlu kita waspadai.
5. Berbagi
Langkah kelima adalah berbagi. Langkah ini jangan sampai tidak dilakukan oleh literat digital. Menuliskan kembali apa yang dipahami dari laman atau bacaan digital kemudian merajutnya menjadi untaian kata-kata adalah sebuah hal yang teramat penting. Minimal, kita bisa menggunakan takarir pada Instagram atau kicauan dalam Twitter.Â
Jika tidak, tuliskan ke dalam catatan atau jurnal pribadi. Menceritakan kembali atau menuliskan tanggapan setelah membaca, terlebih menjadikannya sebagai sumber dalam artikel atau jenis tulisan lain adalah wujud tertinggi dari literasi.Â
Tulisan kita akan kekal sebagai jejak digital intelektualitas dan perjuangan kita dalam melawan kekurangan informasi pada diri. Juga perlu diingat bahwa membaca tidak sekadar untuk diri, tetapi untuk kita bagi kepada dunia.
Marilah kita tarik simpulan bahwa gawai kian jelas menjadi penting. Jika dulu orang memerlukan waktu untuk menerima bahan literasi, untuk menanggapinya juga perlu menunggu dimuat, tetapi kini tidak.Â
Pada satu waktu kita dapat melanggan koran, membaca banyak sumber, mengunduh banyak berkas ekstensi .pdf, menyaksikan video alir, adalah hal yang dapat dilakukan secara cepat. Namun, kita harus ingat, kecepatan memperoleh bahan literasi secara digital harus diimbangi dengan kesiapan memproduksi tulisan yang kian cepat. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI