Sudah pantaskah menjadi kompasianer pilihan..?
Pertanyaan ini muncul setelah saya mengetahui bahwa terpilih menjadi kompasianer pilihan. Kompasianer adalah sebutan bagi penulis di Kompasiana dan kompasianer pilihan adalah salah satu bentuk penghormatan Kompasiana terhadap para penulis yang rajin dan tulisan nya sangat menarik dan bermanfaat. Saya tidak menyangka mendapatkan penghargaan ini karena masih merasa harus banyak belajar lagi dan tulisan saya masih biasa-biasa saja tidak seperti yang lain. Tapi saya bangga terpilih menjadi kompasianer pilihan karena artinya Kompasiana memberikan saya semangat serta apresiasi untuk memacu saya lebih rajin lagi untuk menulis di Kompasiana.
Pertemuan saya dengan Kompasiana atau awal menulis di Kompasiana ialah berawal dari tugas mata kuliah Bimbangan konseling awal 2018 kemarin, dimana dosen saya bapak Muklis memberikan tugas menulis artikel Bimbangan konseling di Kompasiana. Awalnya banyak terpaksa dan harus belajar menulis dengan baik terutama saya lalu lama-lama saya menemukan kesenangan menulis setelah mendapat komentar-komentar membangun (positif) dari pembaca membuat saya terus giat menulis dan memikirkan hal-hal yang akan saya buat tulisan selanjutnya walaupun terkadang ide itu hilang begitu saja karena lupa ditulis dan anehnya ide itu selalu muncul di kamar mandi. Sampai saat ini saya sudah menulis 49 artikel dan diantara 23 Artikel pilihan dan Alhamdulillah nya ada 2 artikel utama. Karena menulis di Kompasiana juga saya mengerti akan perkataan salah satu dosen saya bahwa "bisa karena terbiasa, terbiasa karena terpaksa untuk selalu mengerjakan dan belajar sesuatu"
Pada kesempatan kali ini saya ingin mengingat kembali beberapa tulisan saya saat awal-awal menulis di Kompasiana, Yaitu antara lain :
Bimbingan dan konseling, Perlukah?
Ini adalah artikel pertama saya. Belum bisa menulis dengan baik dan bahasanya masih belepotan. Hehe. Tapi setelah saya baca-baca lagi ternyata saya memaparkan bimbingan dan konseling dengan cukup baik walaupun banyak sekali kekurangannya. Tapi saya sendiri sudah merasa senang dengan Artikel pertama ini karena mendapat beberapa dukungan dari teman dan juga keluarga untuk terus belajar agar lebih baik lagi. Harapan saya artikel ini kelak bisa bermanfaat bagi orang lain
Pacaran dulu baru menikah atau Ta'aruf lalu menikah.
Artikel ini bermula dari tugas UPKM (Unit Pengembangan Kreativitas Mahasantri) Halaqah Ilmiah untuk membuat sebuah artikel dan rasa ingin tau saya terhadap pendapat orang lain masalah proses menikah ini. Saya bahkan melakukan mini riset dengan melakukan chatting pribadi (PC) ke beberapa teman untuk menanyakan pendapat nya terkait "Pacaran dulu lalu Menikah atau ta'aruf lalu menikah". Respon dari beberapa teman saya beragam dan variatif membuat saya merasa cukup berhasil mini riset ini karena menurut saya ini hak pribadi setiap orang untuk memilih proses untuk menikah nya. Dalam artikel ini saya berusaha untuk objektif dan tidak menggiring opini pembaca bahwa pacaran itu hal yang buruk karena tergantung pribadi masing-masing dan ta'aruf jangan disalahartikan. Harapan penulis semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk orang lain yang membacanya.
Menikmati liburan satu hari di sumber maron, kabupaten malang
Artikel ini saya buat setelah melakukan liburan bersama anggota dan pengurus UPKM Halaqah ilmiah dan sebagai ajang untuk mempererat hubungan antara anggota dan pengurus serta refreshing dari hiruk pikuk tugas kuliah yang banyak. Sumber maron menjadi destinasi wisata tepat untuk para pengunjung dengan segala pesona yang ditawarkan. Jika penasaran silahkan baca artikel saya Hehe. Harapan saya artikel ini bisa bermanfaat dan menambah referensi liburan kalian semua.
Kediri, surganya nasi pecel nikmat