Mohon tunggu...
Faizal Chandra
Faizal Chandra Mohon Tunggu... Relawan - Guru Matematika

terus belajar dan terus belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Seorang Introvert dan Penggemar "One Piece" (Bagian 2)

16 Maret 2018   10:14 Diperbarui: 16 Maret 2018   10:22 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah Bel pulang berbunyi, Rama dan Dasha keluar kelas dan mengumpulkan teman temanya tadi, Adi, Chan dan juga Rizal. "baiklah,teman-teman mari bantu anis unuk menangkap orang yang mengambil Komik kesayangannya...!"kata Rama.

     Semua temanya mengikuti Rama dengan rasa penasaran, hingga mereka sampai di depan kamar mandi pria yang letaknya tak jauh dari kelas 10-IPA 3. "kepung dia..!"kata Rama, menunjuk ke arah seorang siswa laki laki kelas 10-IPA 3 dengan tinggi 178 cm.

     "Nanda..!!?"sentak Chan keheranan. "tapi kan dia rambutnya tidak keriting ataupun bergelombang?"

    "astaga..kau masih berfikir rambut pelaku bergelombang?, sehelai rambut yang bergelombang itu milik pelaku, rambut pelaku tidak bergelombang ataupun keriting, tapi rambutnya waktu itu tertekan Helm cukup lama di kepalanya saat dia menaiki motor ke sekolah, makanya saat melepas helm, rambut yang tadinya lurus, karena tertekan helm menjadi sedikit membengkok atau bergelombang. Dan tiada lain selain Nanda..!" Rama mulai mengungkap deduksinya.

     "Hei sialan..! jangan asal menuduh kau..!"ujar Nanda jengkel.

     "iya Fian, hal itu memang masuk akal, tapi itu tak cukup membuktikan bahwa dialah orang yang mengambilnya.."ujar Adi menyahut.

      "biar kujelaskan satu persatu fakta yang berhubungan dengan deduksiku. Pertama, novel hilang pagi hari sebelum Adi datang,artinya pelaku datang pagi-pagi, dan kemungkinan besar siswa yang datang di pagi hari yang dingin ini adalah untuk piket."Rama melanjutkan.

     "kedua, Ada jejak kaki berlumpur di lantai, kemarin tidak hujan, tapi hujan baru turun tadi pagi, itu memperkuat dugaan bahwa dia datang di pagi hari. Dan jarak tiap jejak cukup lebar, artinya langkah pelaku cukup lebar lebih lebar dari jejak ku, itu menunjukan tubuhnya yang jangkung.."

     "ketiga, helai rambut yang cukup panjang untuk laki laki, tapi cukup pendek untuk perempuan. Berbau jel rambut laki-laki, jadi helai rambut itu adalah milik laki-laki berambut panjang. Awalnya aku mengira rambutnya bergelombang, tapi aku salah, rambutnya yang bengkok diakibatkan tekanan helm yang lama. Artinya dia berkendara naik motor mengenakan helm, dan karena rumahnya cukup jauh, dia juga cukup lama mengenakan helm tersebut sehingga timbulah lekukan di rambut." Rama mengutarakan Deduksinya panjang lebar di hadapan temanya dan seorang tersangka.

     "jadi, untuk itu semua kau bertanya kepada Iqbal dan Hendra tentang jadwal piket, nama, jenis kelamin, dan tinggi badan, serta jarak rumah dan kendaraan?"tanya Rizal.

     "Benar sekali sahabatku..!"katanya, "semua cocok dan hanya cocok denganmu Nanda.!"

     "Hei yang benar saja..! lalu dari mana kau bisa mengambil kesimpulan bahwa pelakunya dari 10-IPA 3..?!!menuduh tanpa bukti adalah Fitnah..!"Nanda bersikeras mengelak dengan semua fakta yang tersaji di hadapanya.

     "orang yang mengambil pastinya melihat Novel itu di meja Guru kelas 10-IPA 2, dan orang yang melihatnya pastilah orang yang lewat depan kelas 10-IPA 2, dan orang yang lewat depan 10-IPA 2 hanyalah orang yang menuju ke kelas 10-IPA 3 dan 10-IPA 4, karena setelah kedua kelas itu jalan buntu, tak munkin ada orang yang datang dari arah sebaliknya di waktu sepagi itu, dengan begitu bisa dipastikan pelakunya adalah antara kelas 10-IPA 3 dan 10-IPA 4. 

Kelas 10-IPA 4 tidak memiliki bukti yang mendukung atas tuduhan ku, semua fakta hanya cocok dengan kau, dan kau tidak bisa mengelak, buktinya ada di bawah kakimu !"Nanda diam tak bergerak sambil memelototi sepatunya,  "jika kau masih mengelak, kami punya foto jejak kakimu, dan pasti sama dengan motif alas sepatumu. Di..sudah kau foto kan?"lanjut Rama.

     "ah..te...tentu.."

     Nanda tak bisa berkata apa-apa, dia tak berani mengangkat kakinya, wajanya penuh keringat, matanya tak berkedip dengan ekspresi gelisah, bingung, dan takut yang bercampur aduk.

     "sekarang aku beri tiga pilihan.."ujar Rama, "pertama kuseret kau ke kelasku dimana anak-anak masih ada di dalamnya, lalu mengutarakan semua deduksiku tadi dan fakta bahwa kau mencuri, kedua, kulaporkan kau ke guru BK, dan ketiga....mengakulah dengan jujur dan kembalikan Komik One Piece yang kau ambil itu kepada Adi."ujar Rama tegas.

     "baiklah-baiklah..!!tolong jangan laporkan aku ke BK, atau jangan lakukan apapun yang membuatku malu..!"ujar Nanda.

     "kau yang mempermalukan dirimu sendiri.."tukas Rama kasar.

     "baiklah..!maaf, aku memang mengambilnya, aku adalah pengemar berat One Piece, dan saat aku lewat depan kelas kalian, aku melihat Komik itu, karena malu untuk meminjam dan aku melihat tak ada siapapun waktu itu, aku mengambilnya secara diam-diam. Tapi akan ku kembalikan padamu, tolong maafkan aku..!!"Nanda mengambil Komik itu dari tasnya dan menyerahkanya ke Adi.

     Tangan Anis mendorong Komik yang disodorkan kepadanya. "tak apa kawan, aku juga penggemar berat One Piece, aku tahu bagaimana perasaanmu, kau bisa meminjamnya dulu, tak perlu malu, kita kan sama-sama One Piece Fans "ujar Adi tersenyum dan mengulurkan tangnya ke Nanda.

    Nanda dengan penuh rasa terimakasih menjabat tangan Anis.dia juga meminta maaf kepada Rama, Chan, Rizal, dan Dasha. Kini Nanda berteman dengan mereka, dan Nanda kagum dengan Ketelitian analisa Rama, bagai seorang Detektif.

     "sekali lagi kuucapkan terimakasih padamu Rama, kau memang hebat.."kata Adi setelah Nanda Pergi dan masalah terselesaikan.

     "hahaha iya. ngomong ngomong, novel tadi cetakan terbaru ya?kau tidak membelinya juga kan?pemberian dari seseorang?"

     "eh..bagaimana kau tahu?"

     "ya tadi kan kau bilang itu Komik cetakan jepang dan edisi yang terbaru , dan ada tanda tangan sang creator One Piece Eiichiro Oda. Oda adalah orang yang sibuk, lalu bagaimana kau bisa mendaptkan tanda tangannya dan pastinya kamu tidak datang langsung kesana..?"kata Rama.

      "ka..kau benar, ini pemberian Kakakku, dia sekarang sedang kuliah di Jepang, dia juga merupakan seorang One Piece Fans ,dialah yang memeberikan Komik itu pada kepadaku sebagai hadiah ulang tahun, beruntungnya Oda-sensei melakukan sesi tanda tangan dan kakakku mendapatkan tanda tangannya . Aku tidak tahu kalau kau tahu banyak tentang One Piece, kau seorang One Piece Fans juga kan?"ujar Adi.

     "hahaha tentu, aku menyukai Dunia anime dan  manga karena sangat menarik dan menghibur, lebih baik menonton Anime dan baca Manga daripada menonton sinetron gak jelas, aku seringnya nonton Anime saat sabtu dan minggu bersama teman-temanku, kalau animenya selesai aku biasanya baca Cerpennya temanku Aliffiandika."

     "Al...Aliffiandika sang Pembuat Cerpen yang terkenal dengan Genre Sci-fi nya?kau sahabatnya..? dia juga seorang One Piece Fans, aku juga sering membaca cerpennya." Chan terkejut.

     "jangan terkejut, kau akan lebih terkejut lagi jika kukatakan gadis ini adalah sepupunya."katanya sambil menuding Dasha.

     "Eeeh..?!!benarkah itu Dasha.?"

     "iya, tentu saja dia adalah anak dari kakak ibuku."jawab Dasha.

      "bahkan.Rumah kak Aliffiandika tidak jauh dari rumahku."

       "Kak..? hahaha, padahal usianya sama dengan kita, tetapi dia sudah Kelas 12 soalnya dia anak Akselerasi."

     "sudah sudah, mari kita pulang, oh iya..aku harus mengembalikan buku paket dan beberapa novel yang aku pinjam di perpustakaan, ayo Dasha..."kata Rama membuyarkan keterkejutan teman-temanya.

    Mereka pun pulang, sementara Rama dan Dasha berjalan ke perpustakaan, tiba tiba dari belakang mereka.

      "oi Rama..!!"Chan berlari menyusul mereka berdua, "tu..tunggu.."

      "Eh Chan, lho bukanya kau pulang bersama Adi dan Rizal.?"tanya Rama.

      "oh..mereka duluan, aku ingin meminta satu hal pada kalian.."

      "apa itu..?"Dasha bertanya.

      "bolehkah aku bergabung dengan klub kalian..?"

      "hahaha, Tentu saja, mengapa tidak. Klub kita ini terbuka, malah semakin banyak anggota semakin cepat kita menyelesaikan kasus."ujar Rama dengan tersenyum.

      Fian pun tersenyum mendengarnya "terimakasih teman teman...kalian keren.."

      "hahaha, ada ada saja"sahut Dasha.

      "e..kalian kalo diingat ingat kalian berdua dekat sekali ya kemana-mana bersama, seper.."

      "eeeh...i..itu..kami ini teman sejak kami masih SD, ma..makanya kami sangat akrab..hehe"jawab Dasha sambil disertai ekspresi gugup, "benarkan..?"lanjutnya sambil menyikut dada Rama 'buk..'

      "uhuk.., ah iya..benar, kami memang sudah akrab dari kecil,aku dan Riana membentuk klub detektif sejak kelas beberapa bulan lalu saat kami kebingungan mencari ekskul apa yang cocok dengan kami."

      "oh..."Chan tersenyum mencurigakan, "ngomong ngomong, kenapa kalian membentuk klub detektif? Pasti tidak hanya karena kebingungan mencari ekskul yang pas saja, pasti ada hal yang lain?"

     "Haha tentu bukan hanya karena kebingungan saja, kami membentuk klub detektif ini karena kami ingin memecahkan masalah-masalah dan juga misteri yang ada di sekolah, dan juga kami juga belum memikirkan nama klubnya?"

     "Hehehe, kalau masalah nama kita bisa bicarakan lain kali..".

     Di depan gerbang, Chan pulang kearah kiri, sementara Rama dan Dasha berjalan ke arah kanan. "Aku duluan, sampai jumpa besok.."ujar Chan.

    "ya..hati hati."kata Rama dan Dasha bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun