Â
3. Martabat Perwujudan
Dalam ajarannya, Al-Sinkili membagi perwujudan Tuhan menjadi tiga martabat:
Ahadiyah: keadaan di mana alam masih dalam ilmu Tuhan.
Wahdah: penciptaan hakikat Muhammad yang menjadi potensi bagi penciptaan alam.
Wahdiyah: tahap di mana alam mulai tercipta sebagai manifestasi dari hakikat Tuhan.
Sebagai tokoh moderat, Al-Sinkili berperan penting dalam menyebarkan pemikiran Islam di Aceh dan sekitarnya. Ia menghasilkan lebih dari 30 karya tulis yang mencakup berbagai aspek ajaran Islam, termasuk tauhid, akhlak, dan tasawuf45. Melalui karyanya, ia berusaha menyatukan berbagai aliran pemikiran dalam Islam dan memberikan panduan bagi umat untuk memahami ajaran agama dengan lebih baik.
Dengan pendekatan yang kompromis dan inklusif, Syekh Abdurrauf Al-Sinkili tidak hanya memperkuat pemahaman tasawuf di kalangan masyarakat Aceh tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan spiritualitas Islam di Indonesia pada abad ke-17.
4. JARINGAN MELAYU-INDONESIA AL-SINKILI
Al-Sinkili, sebagaimana telah dikemukakan, tampaknya sudah mulai mengajar ketika dia masih berada di Haramayn, tetapi saya tidak mendapatkan informasi mengenai murid-muridnya di sana. Baru setelah dia kembali ke Aceh, penulis dapat melacak jaringan murid-murid Melayu-Indonesianya. Murid-murid ini, pada gilirannya, juga bertanggungjawab atas tersebarnya ajaran-ajaran dan tarekat-tarekat al-Sinkili, terutama Tarekat Syathariyah, di banyak negeri Kepulauan Nusantara.
Tidak ragu lagi, jenis Tarekat Syathariyah-sering kali dikaitkan dengan jenis tasawuf di India-yang dikembangkan al-Sinkili di Nusantara, adalah jenis tarekat yang telah diperbarui para tokoh terkemuka dalam jaringan ulama, seperti Ahmad al-Syinnawi dan Ahmadal-Qusyasyi. Archer, dalam telaah klasiknya, menyebut Syathariyah yang diperkenalkan al-Sinkili sebagai "jalan ortodoks" Meski dalam silsilahnya al-Sinkili mengacu pada tarekat itu sebagai Syathariyah, dia juga menyebutnya Tarekat Qusyasyiyah. Tarekat Syathariyah juga dikenal sebagai Tarekat 'Isyqiyah di Iran clan sebagai Tarekat Bistamiyah di Turki Utsmaniyah, tetapi tidak umum dikenal sebagai Tarekat Qusyasyiyah. Karena itu, Tarekat Qusyasyiyah merupakan nama lain Tarekat Syathariyah yang telah diperbarui dan menjadi suatu fenomena Melayu-Indonesia yang unik. Ini dapat dianggap sebagai indikasi dari usaha al-Sinkili melepaskan tarekatnya dari citra Tarekat Syathariyah awal. Tarekat Qusyasyiyah terdapat di banyak bagian di Nusantara.