Kapal merupakan alat transportasi yang sudah digunakan sejak zaman dahulu kala, bahkan dizaman nabi nuh pun kapal sudah dibangun dan digunakan. Seiring perkembangan zaman kapal menjadi alat tranportasi untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ketempat lain. Kapal adalah alat angkut yang efektif dan efisin dalam memindahkan barang dalam jumlah besar. Tercatat hampir 90% kebutuhan barang didunia di pindahkan lewat laut.
Tapi tahukah anda bahwa dalam perjalanannya tekhnologi kapal selalu berkembang dengan pesat seiring dengan tuntutan keselamatan dan keamanan pelayaran serta untuk menjaga lingkungan laut dari pencemaran maka perubahan besar terjadi sejak abad ke 19.
Saat saya berkunjung ke museum US Coast Guard di daerah pantai Virginia, banyak hal didalam museum ini yang menarik perhatian saya. Saya acungkan dua jempol untuk penegelola museum ini sebab banyak sekali peralatan sejarah yang digunakan oleh kapal pada zaman dahulu dan masih tersimpan rapi didalam museum ini. Kemudian hal lain yang tidak kalah menariknya adalah sebuah kotak kaca hitam yang di lukis peralatan kapal zaman dahulu, dan ada saklar lampu yang apabila kita nyalakan maka akan terlihat peralatan dengan kegunaan yang sama yang digunakan zaman sekarang. Ada 8 perubahan besar yang terjadi pada kapal setelah abad 19 yaitu:
- Peralatan Navigasi. Pada zaman dahulu penentuan posisi kapal masih menggunakan baringan benda angkasa. Posisi kapal didapat dari membaring benda darat dan benda angkasa, minimal menggunakan alat yang bernama sextant. Kemudian dilakukan perhitungan manual dengan bantuan table almanac nautika. Saya pernah mencoba menggunakan cara penentuan posisi menggunakan sextant, lama sekali, hampir 30 menit dan hasilnya belum tentu benar. Kemudian para pelaut zaman dahulu juga bisa membaring benda darat, seperti tanjung menggunakan azimuth circle, kemudian di garis di peta untuk mencari titik potongnya, dan didapat posisi kapal. Cara seperti ini sekarang sudah mulai ditinggalkan karena semua kapal sudah menggunakan peralatan satelit GPS (Global Positioning System) dan AIS (Automatic Identification System) yang dapat menentukan posisi kapal lebih cepat dan tepat.
- Alat Perkiraan Cuaca. Pada zaman dahulu dikapal tidak memiliki peralatan elektronik yang bisa menerima perkiraan cuaca secara on-time melainkan menggunakan mesin telegraph. Berita cuaca dikirmkan dari darat ke kapal menggunkan morse. Sehingga pelaut harus mengambil resiko berhadapan dengan cuaca buruk karena ketinggalan informasi cuaca terbaru. Sekarang perlatan perkiraan cuaca di atas kapal sudah menggunakan satelit, ada Navigation telex (navtex), ada Inmarsat yang terkoneksi dengan internet yang memberikan berita cuaca lebih cepat. Umpama ada Low (taifun) terjadi disuatu wilayah. Kapal kapal yang ada dalam jarak puluhan bahkan ratusan mil sudah ada pemberitahuan, sehingga kapten kapal bisa antisipasi.
- Design kapal. Dahulu kala design kapal hanya menggunakan layar, dengan bahan kayu. Sehingga pelayaran menjadi lama serta akomodasi didalam kapal masih belum layak untuk dihuni. Kemudian palka-palka untuk ruang muat kapal lebih kecil sehingga hanya sedikit muatan yang bisa terangkut. Saat ini design kapal sudah mengikuti peraturan International SOLAS (Safety of Life at Sea) lengkap mengatur bagaimana design kapal.
- Transportasi Pantai. Kalau pada abad ke 19 kapal lebih banyak digunakan untuk pelayaran pantai. Maka sekarang pelayaran sudah melintasi samudera dan benua.
- Tenaga penggerak (propulsion). Selain menggunakan layar pada zaman dahulu pun sudah banyak kapal dagang yang menggunakan tenaga uap (turbin) sebagai penggerak utama. Tapi belakangan tekhnologi mesin uap sudah mulai ditinggalkan, salah satu penyebab utama adalah efisiensi ruang muat kapal. Mesin uap membutuhkan ruangan yang besar tenaga yang banyak, sedangkan ruang dan tenaga (manusia) merupakan komponen biaya bagi perusahaan, oleh karena itu mesin sekarang lebih kecil dan tidak membutuhkan banyak Anak Buah Kapal (ABK). Oia sekadar informasi kapal container milik perusahaan Maersk yang kapalnya dengan panjang hingga 300meter hanya diawaki oleh sekitar 25orang saja, bandingkan dengan kapal induk (mother ship) dengan panjang yang hampir sama ABKnya hingga ribuan jumlahnya.
- Latihan. Sejak kemunculan peraturan dari International Maritim Organization (IMO) semua ABK yang akan bekerja dikapal serta yang sudah bekerja dikapal wajib mengikuti pelatihan secara regular dalam jangka waktu tertentu, dimana zaman dahulu itu belum ada peraturan yang mewajibkan pelaut mengikuti kegiatan pelatihan. Adapun pelatihan yang wajib dimiliki seorang ABK kapal (minimal) antara lain, Pemadaman kebakaran, cara menyelamatkan diri dilaut, menghadapi keamanan kapal, peralatan navigasi dan dinas jaga.
- Peraturan. Kejadian tenggelamnya Titanik ditahun 1912 merupakan tonggak sejarah munculnya peraturan keselamatan pelayaran yang mewajibkan semua kapal berlayar mematuhinya. Banyaknya korban akibat tidak adanya peralatan dan SOP yang mendorong masyarakat dunia meratifikasi peraturan tersebut untuk mencegah terjadinya kejadian serupa, termasuk Indonesia. Kalua dulu misalnya seseorang yang ingin bekerja dikapal hanya cukup menggunakan buku pelaut dari syahbandar, tidak perlu sertifikat penunjang lain. Tapi sekaran sudah tidak bisa, karena peraturannya sudah ada.
- Komunikasi. Munculnya terkhnologi internet juga berdampak pada pola komunikasi di kapal. Perlahan kapal kapal sudah wajib memasang tekhnologi satelit untuk mempercepat jalur komunikasi dengan pemilik dan instansi pemerintah terkait. Baik untuk berkirim berita dan informasi dari pihak kapal dan atau ke pihak darat dan sebaliknya. Sementara abad ke 19 masih menggunakan semaphore atau komunikasi radio yang banyak sekali hambatannya terutama jarak. Saat berada jauh ditengah laut sudah pasti komunikasi akan terputus. Kemudahan dalam berkomunikasi ini pula yang membuat kebiasaan-kebiasaan dalam dunia pelayaran menjadi berubah.Â
Sangat menyenangkan dapat mengunjungi museum maritime milik US Coast Guard yang ada di Pantai Virginia Amerika ini jadi tambah pengetahuan dan tambah ide untuk terus meletastarikan budaya maritime beserta sejarahnya kepada generasi penerus.
Museum ini tidak hanya berisi 8 evolusi transportasi laut. Didalamnya juga ada beragam peralatan yang digunakan oleh Kapal-kapal US Coast Guard saat melakukan penyelamatan dilaut, distribusi barang, transfer tenaga medis ditengah laut dari kapal-ke kapal dsb. Luar biasa deh…
Semoga  di Indonesia bisa membuat juga yang seperti ini ya…
*Capt.Faizal, DESS berkunjung ke Amerika pada tahun 2015 selama 4 bulan dalam rangka mengikuti Pelatihan IMO Course perwakilan dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H