Sakit merupakan hal yang biasa bagi manusia. Setiap orang pasti pernah merasakannya. Sakit tidak bisa di tentukan waktunya. Seperti halnya haus dan lapar, maka sakit pun harus segera di tindak lanjuti. Diobati tentunya.
Ditahun 2010/11, kami diberikan kesempatan melanjutkan pendidikan ke Luar Negeri. Menyadari akan tinggal lama di negeri orang, yang semuanya berbeda dengan Indonesia, kamipun menyiapkan banyak obat-obatan dari Indonesia, seperti minyak tawon, vitamin C, ponstan, vitamin E, lipgloss, sudah seperti mau kempinglah persiapannya. Karena sudah pasti di negara Perancis tidak ada yang jual obat-obat jenis itu.
Selama hidup di rantau, kami ber14 orang yang semuanya asal Indonesia, sangat menjaga kesehatan, menu makan selalu 4 sehat 5 sempurna, secara beras, buah, susu, daging harganya sangat terjangkau. Selain itu kami pun rajin berolahraga, kebetulan program kuliahnya mewajibkan semua mahasiswa mengambil satu jenis olahraga untuk ekstrakurikuler. Apakah selama setahun kami tidak pernah sakit?
Beberapa rekan kami pernah mengalaminya. Kejadian pertama terjadi pada Subhan, dosen salah satu perguruan tinggi di kota Bangka ini menderita penyakit gigi kambuhan. Udara dingin sering menyebabkan sakit giginya kambuh, padahal udara di Perancis Utara, dimusim panas saja dinginnya masih menusuk tulang. Untung saya bawa banyak persediaan Ponstan yang bisa sedikit mengurangi sakit giginya. Kenapa tidak kerumah sakit atau ke dokter spesialis gigi saja?
Disitulah masalahnya. Sakit giginya pak Subhan ini hilang timbul, sementara untuk berobat di sana harus dimulai dengan “buat janji” tidak boleh langsung datang terus berobat seperti di Indonesia. Kita harus reservasi minimal dengan telphone, setelah itu jadwal nya akan ditentukan kemudian, bisa satu hari, seminggu, bahkan lebih... lah sakit giginya emang bisa menunggu.
Datang aja langsung, Samperin gitu seperti di Indonesia. Tidak akan dibuka pintunya, Model bangunannya tertutup banget, pintunya tertutup rapat, kita pencet Bell kemudian melalui Microphone akan terdengar suara, kalau dia mengenal akan dibuka kalau tidak, balik kanan kita, apalagi saat itu bahasa Perancis kami masih agak parah (sekarang pun masih parah) Hahahaha
Ke Rumah Sakit Daerah, Kebetulan di Rumah Sakit Daerah kami tidak ada dokter giginya. Repotnya sakit di Luar negeri .....
Bandingkan dengan Indonesia, begitu terasa sakit bisa langsung datang kapan saja, kalau sudah tutup pun masih bisa di ketok tempat praktekya, jangan sampai pasien pulang dengan sia-sia.
Akhir cerita, setelah buat janji berobat gigi, Subhan datang ketempat prakteknya si dokter. Sampai disini belum berakhir penderitaannya pak Subhan, dokternya minta Rekam Medis. Apa lagi itu dok? Saya tidak punya, kata pak Subhan (di Indonesia pun saya belum pernah punya tuh rekam medis L). Kalau begitu kita periksa dari awal, kata sang dokter. Di senterin, dilihat, terus dikasih obat, selesai total waktunya kurang lebih 10 menit. Konsultasi atau sekedar basa-basi seperti di Indonesia? Tidak ada. Biayanya 30 Euro. Untungnya kita semua mahasiswa sudah di Tanggung asuransi kesehatan, jadi langsung di kalim ke Asuransi.
Ada lagi satu teman yang kecelakaan, dan harus rawap inap, tapi sepertinya tindakan medisnya bagus jadi tidak perlu di bahas pada Obrolan Freez minggu ini. Habis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H