Perundungan atau Bullying kerap kali terjadi di beberapa lingkungan seperti keluarga, sekolah, kelompok pertemanan, lingkungan tempat tinggal, dan sosial media. Bullying bukan hanya penyiksaan secara fisik, namun bisa juga secara verbal dan behavioral seperti dikucilkan, diejek terus menerus, dipalak, dan diabaikan oleh lingkungan sekitarnya.
Salah satu kasus bullying yang sempat menjadi pemberitaan di Indonesia dimana seorang siswa sekolah dasar mengakhiri hidupnya lantaran tak tahan diejek oleh teman sekolahnya karena tidak memiliki ayah, ada pula kasus dimana seorang remaja laki-laki berusia 12 tahun, yang merupakan penjual jalangkote di-bully oleh delapan orang pemuda dengan cara di takut-takuti, dipukul, dan didorong hingga dirinya, sepeda, dan semua dagangannya jatuh ke aspal (Mandegani, 2020).
 Hal ini membuktikan bahwa bullying tidak hanya berdampak pada luka fisik, tetapi juga berdampak terhadap kesehatan mental korbannya. Perilaku bullying bisa berdampak buruk, misalnya terjadi perubahan perilaku seperti minder, tertutup, menjadi mudah sakit, merasa terisolasi dari pergaulan, akademik merosot, kurang bersemangat, bahkan memiliki perasaan takut gagal ketika terlibat dalam hubungan sosial.
Korban bullying seringkali tidak mampu memberi tahu orang sekitarnya bahwa dia mengalami perundungan karena yang menjadi pelaku dari perundungan itu sendiri adalah orang-orang yang ada di sekitarnya atau seringkali terjadi ketika korban mencoba untuk berbicara, orang sekitarnya malah menganggap remeh apa yang dialami oleh korban tersebut. Hal itu membuat korban berpikir bahwa mencoba mencari pertolongan kepada orang sekitarnya merupakan upaya yang sia-sia. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang sekitar untuk membantu korban bullying, antara lain:
1. Kumpulkan barang bukti
Jika Anda menyaksikan bullying, kumpulkan barang bukti yang dapat digunakan untuk membuktikan tindakan bullying tersebut. Barang bukti tersebut dapat berupa rekaman video atau audio, pesan teks, atau foto. Pastikan Anda menyimpannya di tempat aman dan memberitahu pihak yang berwenang atau orang yang dapat membantu korban.
2. Cari bantuan
Jangan ragu untuk mencari bantuan dari orang lain jika Anda menyaksikan bullying. Anda dapat meminta bantuan dari teman, guru, atau orang tua korban. Bantuan dari orang lain dapat membantu korban merasa didukung dan tidak sendirian.
3. Dampingi korban
Jika Anda menyaksikan korban bullying, dampingi korban dan berikan dukungan. Anda dapat membantu korban untuk merasa aman dan terlindungi. Dengan memberikan dukungan, korban dapat merasa didengar dan dihargai.
4. Alihkan perhatian pelaku bullying atau korbannya
Jika Anda menyaksikan bullying, cobalah untuk mengalihkan perhatian pelaku bullying atau korbannya. Anda dapat mengajak korbannya untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan atau mengajak pelaku bullying untuk berbicara tentang hal lain. Hal ini dapat membantu mengurangi ketegangan dan mencegah terjadinya tindakan bullying.
5. Mencari dukungan dan bantuan dari orang lain
Mencari dukungan dan bantuan dari orang lain juga dapat membantu korban bullying. Korban dapat mencari dukungan dari teman, guru, atau orang tua. Dukungan dari orang lain dapat membantu korban merasa didukung dan tidak sendirian.
Dalam mengatasi bullying, peran orang sekitar sangat penting. Orang sekitar dapat membantu korban dengan cara kumpulkan barang bukti, cari bantuan, dampingi korban, alihkan perhatian pelaku bullying atau korbannya, dan mencari dukungan dan bantuan dari orang lain. Dengan melakukan hal-hal tersebut, orang sekitar dapat membantu korban untuk mengatasi dampak psikologis dari bullying dan memulihkan kesehatan mentalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H