Banyak dari masyarakat yang mengartikan temperamen sebagai suatu bentuk emosi kemarahan yang tinggi. Dimana intensitas kemarahan seseorang mudah terpancing dengan masalah yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Namun pada pengertian yang sebenarnya, temperamen adalahgaya perilaku dan cara berespons yang sifatnya individual. Sesuai hubungannya dengan emosi, tempramen mendeskripsikan perbedaan individual mengenai cepat atau lambatnya kemunculan emosi, seberapa kuatnya, seberapa lamanya, dan seberapa cepat menghilangnya (Campos 2009).
Klasifikasi Temperamen menurut chess dan Thomas :
1.Anak bertemperamen mudah adalah anak yang pada umumnya memiliki suasana hati yang positif, cepat membangun rutinitas pada masa bayi dan mudah beradaptasi dengan pengalaman-pengalaman baru.
2.Anak bertemperamen sulit adalah anak yang bereaksi secara negatif dan sering menangis, melibatkan diri pada rutinitas sehari-hari tanpa teratur, dan lambat menerima hal-halbaru.
3.Anak bertemperamen lambat memiliki tingkat aktivitaas rendah, agak negatif, dan memperlihatkan suasana hati yang intensitasnya rendah.
Klasifikasi menurut Rothbath dan Bates menyebutkan tiga dimensi luas yang mewakili temuan para peneliti mengenai ciri-ciri struktur tempeamen : ekstraversi/semangat menggebu, aktivitas negatif, dan kendali yang diupayakan (pengaturan-diri).
Dalam pandangan Rothbath, “model teoritis awal mengenai temperamen berfokus pada bagaimana kita digerakkan ollh emosi-emosi positif dan negatif atau level ketergugahan (arousal), sehingga aksi-aksi kita didorong oleh kecenderungan-kecendurungan ini.” strategi yang baik dalam usaha klasifikasi temperamen bayi adalah dengan memandang temperamen anak sebagai berdimensi majemuk (Bates, 2008).
Kagan menyatakan bahwa anak-anak memiliki warisan fisiologis yang menjadi biasa bagi mereka untuk memiliki jenis temperamen tertentu.
Pengaruh Biologis. Para ahli telah mengaitkan karakteristik fisiologis terhadap sejumlah temperamen yang berbeda-beda. Secara khusus, tempramen inhibisi dikaitkan dengan suatu pola fisiologis yang unik yang meliputi tinggi dan stabilitasnya kecepatan detak jantung, tingginya tingkat hormon kortisol, dan tingginya aktivias lobus frontal di bagian otak kanan.
Studi mengenai anak kembar dan anak adopsi menyatakan bahwa faktor keturunan cukup mempengaruhi perbedaan temperaman dalam sekelompok orang. Temperamen dapat berevolusi apabila pengalaman anak digabungkan kedalam jaringan ersepsi diri dan prefensi prilaku yang menandai kepribadian anak tersebut.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian temperamen bukanlah suatu emosi kemarahan yang mudah muncul seperti halnya yang banyak diungkapkan oleh masyarakat. Melainkan temperamen adalah gaya perilaku dan cara berespons yang sifatnya individual. Meskipun bersifat individual, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Jadi, tidak benar jika dikatakan temperamen itu hanyalah sebatas kemarahan.
Source : John W. Santrock, LIFE-SPAN Development jilid I edisi ke-13, 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H