Mohon tunggu...
Faiz Abdalla
Faiz Abdalla Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pelajar NU Gresik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Visi Maritim, Visi Pesantren

26 Desember 2015   02:54 Diperbarui: 26 Desember 2015   03:12 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak masa Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, hingga Demak, Indonesia menjadi negara yang disegani di kawasan Asia. Kerajaan Sriwijaya semisal, telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan laut.

Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit. Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing, seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Kamboja, Anam, India, Filipina, dan Cina.

Kedua, alasan pembangunan nasional. Indonesia sebagai negara poros maritim dunia memiliki arti penting dalam konsepsi pembangunan nasional. Pembangunan Kelautan dan Kemaritiman merupakan salah satu agenda prioritas di dalam pembangunan nasional tahun 2015-2019.

Tentu, Indonesia sebagai negara kepulauan yang telah diakui oleh dunia sesuai kesepakatan UNCLOS 1982, perlu memanfaatkan keunggulan posisi geografis dan geostrategis yang didukung oleh keberagaman sumberdaya alam laut yang berlimpah. Segala sesuatu yang berkaitan dengan posisi dan kekayaan yang terkandung didalamnya harus dikelola sebagai modal yang strategis untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang berorientasi maritim.

Penting dicatat juga, ide poros maritim tidak lepas dari urgensi energi dari laut untuk kebutuhan energi di masa depan, semisal bio energi dari rumput laut dan bio energi dari ganggang. Potensi kelautan sudah terlalu lama didiamkan karena bangsa Indonesia terlena dengan kelimpahan minyak. Bangsa ini baru terkaget-kaget ketika minyak sudah nyaris habis.

Karena itu, poros maritim tidak hanya bicara soal tol laut dan pengamanan hasil ikan, melainkan juga soal pengembangan energi dari laut untuk kebutuhan energi di masa depan. Menariknya, energi dari laut tersebut merupakan energi non-konvensional ramah lingkungan yang didukung oleh dunia.

Peran Pesantren

Dalam upaya mewujudkan visi maritim sebagai visi keindonesiaa tersebut, peran pesantren tentu sangat diharapkan. Pesantren merupakan salah satu unsur penting dalam dinamika bangsa Indonesia. Komitmen keindonesiaan pesantren telah teruji dalam sejarah, sehingga pesantren diharapkan dapat mengekspos generasi muda dengan masalah kemaritiman melalui pendidikan pesantren.

Selain itu, Nadhlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di tanah air dikenal memiliki basis pengikut di kawasan pesisir, terutama di kawasan pesisir Pulau Jawa. Kawasan pesisir merupakan basis tradisional NU dari dulu sampai sekarang. Kaum nahdliyin di kawasan tersebut masih bergelut dengan kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan (Didik Fitrianto, NU Online, 2015).

Oleh sebab itu, peran pesantren tersebut hendaknya tidak hanya dimaknai sebagai upaya mengekspos generasi muda dengan masalah kemaritiman melalui pendidikan pesantren, melainkan juga sebagai upaya konkret untuk melindungi dan memberdayakan masyarakat NU di kawasan pesisir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun