Mohon tunggu...
Faiza Naufalia Azzahra
Faiza Naufalia Azzahra Mohon Tunggu... Lainnya - sejatinya kita hidup tidak untuk menyenangkan orang lain

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (21107030055)

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Sejarah Kesuksesan Batik Purwanti, Penghasil Batik yang Melegenda

7 April 2022   22:30 Diperbarui: 7 April 2022   22:43 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayat merupakan salah satu daerah penghasil batik, sebagian besar masyarakat Bayat bermatapencaharian yang berkaitan dengan batik, mulai dari produsen batik, pedagang batik, pemasok batik, buruh batik dan sebagainya. Batik yang berasal dari Bayat ini terkenal karena kehalusan dan proses pewarnaan yang sempurna. Bayat dikenal sebagai daerah penghasil batik sejak abad ke-17. Terdapat 20 sentra industri batik yang berada di kecamatan Bayat, UMKM batik ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk perekonomian kabupaten Klaten pada tahun 2002. Beberapa sentra produksi di kecamatan Bayat, antara lain batik cap di desa beluk, batik tulis di desa jarum dan desa kebon, dan batik tunik lurik di desa Tegalrejo. Salah satu usaha batik yang akan dibahas pada artikel ini adalah batik purwanti yang terletak di desa jarum.

Batik purwanti merupakan salah satu usaha batik yang berada di desa jarum Bayat yang cukup terkenal. Awal dari dibentuknya usaha batik purwanti ini karena munculnya keinginan dari pemilik batik ini untuk membangun suatu usaha yang sesuai dengan bakat masyarakat di wilayah jarum Bayat tersebut. Pemilik batik purwanti ini pun melihat adanya suatu peluang usaha yang lumayan menguntungkan yaitu batik, karena mayoritas masyarakat yang tinggal di sekitar daerah Bayat pada saat itu sebagian besar adalah pengrajin batik. Usaha batik purwanti ini mulai dirintis sekitar tahun 1968. Untuk penetapan nama batik purwanti sendiri ini pun diambil dari nama pendiri usaha batik ini yaitu ibu Purwanti.

Awal perkembangan batik purwanti ini tidak semulus sekarang banyak rintangan yang harus dihadapi pada saat itu, tetapi ibu purwanti terus berusaha dengan terus menciptakan desain desain batik yang sekarang banyak digemari oleh konsumen batik dari solo. Sekitar tahun 80-an batik yang dijual di batik purwanti biasanya batik mentah atau yang belum diwarnai sama sekali, hanya menampilkan corak batik saja. Lalu pada tahun 90-an batik purwanti pun mulai mengembangkan produksinya dengan menjual batik yang sudah diwarnai.

Di saat sedang jaya-jayanya rintangan kembali hadir dengan terjadinya krisis moneter yang menyebabkan kenaikan bahan baku yang diimpor dari luar negeri. Selain adanya masalah krisis moneter, pada saat itu juga terdapat suatu peristiwa bom bali yang menyebabkan para turis dari luar negeri enggan untuk datang ke Indonesia sehingga membuat konsumen batik purwanti pada saat itu turun secara drastis. Tetapi tak hanya menyerah begitu saja setelah itu batik purwanti ini terus mengembangkan koleksi-koleksi batik yang diproduksinya.

Lalu berlanjut pada tahun 2006 Susanna Dewijanarko yang merupakan anak dari ibu Purwanti ini memiliki keinginan untuk meneruskan usaha yang sudah lama ditekuni dalam keluarganya ini. Awalnya ia menekuni batik saat berada di Yogyakarta lalu pada tahun 2009 pun ia memutuskan untuk pindah ke Bayat agar bisa lebih fokus dalam mengembangkan usaha batik purwanti ini. Dan pada saat itu pula merupakan tahun dimana batik sedang laku di pasaran karena pemerintah mencanangkan batik kepada UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization). Karena program pemerintah tersebut membuat para mancanegara berbondong-bondong berkunjung datang ke Indonesia untuk melihat batik sehingga  konsumen batik purwanti pun naik dan membuat batik purwanti semakin berkembang.

Di batik purwanti ini terdapat beberapa jenis batik yang diproduksi seperti batik tulis, batik cap dan batik cap kombinasi. Selain jenis batik di sini juga terdapat motif khas yang merupakan kerjasama dari Universitas Gadjah Mada yang diberi nama Riris Pandan Moto Jarum. Terdapat sekitar 20 UKM batik yang terdapat di Bayat dan setiap UKM memiliki corak khas serta motif batik yang berbeda - beda.

Harga dari masing-masing batik pun berbeda-beda sesuai dengan lama pembuatan serta motif dari batik itu sendiri. Biasanya batik cap lebih murah daripada batik tulis karena proses pengerjaan batik tulis yang cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari pengerjaan batik cap. Batik cap yang diproduksi di batik purwanti ini biasanya dijual dengan harga sekitar Rp. 80.000 dan batik tulis seharga Rp 160.000.

Batik purwanti biasanya memproduksi 75 kain batik per harinya. Omzet yang biasanya diperoleh adalah sekitar 50 sampai 100 juta perbulan. Saat melakukan proses penjualan Mbak Dewi selalu melihat kondisi keuangan negara yang pasang surut. Usaha lain yang dilakukan agar perkembangan batik purwanti ini tetap eksis di pasaran yaitu selalu memposting batik terbaru di sosial media, terus berkreasi serta memberi pelayanan yang lebih bagus dan membina para pelanggan.

Pada tahun 90-an promosi yang dilakukan oleh batik purwanti hanyalah sebatas omongan dari mulut ke mulut dan wilayah promosinya masih sebatas di daerah bayat saja, hal ini terjadi karena perkembangan teknologi yang belum terlalu canggih pada saat itu. Tetapi pada jaman yang modern seperti saat ini  batik purwanti pun memanfaatkan sosial media yang cukup efektif dalam menyebarkan informasi secara cepat dan dianggap terjangkau untuk melakukan promosi. Biasanya batik purwanti ini melakukan promosi lewat media sosial facebook, instagram, BBM dan lain sebagainya.  Rintangan yang terdapat dalam usaha promosi biasanya adalah para reseller yang mengambil batik dari berbagai produsen batik.  Persaingan di sosial media sangatlah keras, karena dianggap tidak mampu menghandle sosial media sendiri akhirnya mbak dewi pun mencari solusi dengan mempekerjakan seorang admin yang akan mengurusi promosi lewat sosial media. Dan setelah bertahun - tahun merintis usaha batik ini akhirnya batik purwanti pun terkenal di berbagai daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun