Mohon tunggu...
Faiz Fuady
Faiz Fuady Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis biasanya melakukan eksplorasi traveler ke berbagai daerah di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gigihnya Seorang Sunan Muria dalam Menyebarkan Ajaran Agama Islam

28 September 2022   17:25 Diperbarui: 5 Oktober 2022   05:52 3957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam Hangat kepada pembaca,

Pada artikel ini kita akan membahas mengenai 

Raden Umar said atau yang lebih di kenal dengan sunan Muria adalah salah satu tokoh Walisongo termuda yang lahir pada sekitar tahun 1450. Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh, yang merupakan putri dari Syekh Maulanan Ishaq.

Dari beberapa catatan sejarah yang juga menyebutkan bahwa nama aslinya adalah Raden Prawoto dan Raden Amir. Kemudian Sunan Muria Menikahi Dewi Roro Noyorono, putri dari Ki Ageng Ngerang.

Pada beberapa sumber lainnya menyebutkan bahwa istri Sunan Muria bernama Dewi Sujinah, yang tidak lain adalah adik dari Sunan Kudus sekaligus putri Sunan Ngudung.

Dari pernikahan dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria dikaruniai anak laki-laki bernama Pangen Santri dan Sunan Ngadilangu.

Dalam penyebaran agama Islam sunan Muria berdakwah dengan merangkul tradisi dan budaya masyarakat setempat dan menyesuaikannya dengan ajaran Islam seperti bercocok tanam, kesenian, dan berdagang.

Salah satu tradisi yang diubah oleh Sunan Muria adalah bancakan (selamatan) yang diubah menjadi kenduri untuk mengirim doa kepada para leluhur melalui doa-doa Islam.

Selain berdakwah di daerah Gunung Muria, Sunan Muria juga memperluas dakwahnya di berbagai wilayah, seperti Kudus, Juwana, dan Tayu. Dalam berdakwah, Sunan Muria harus naik turun gunung yang tingginya sekitar 750 meter. Beliau berdakwah menggunakan sarana kesenian seperti ayahnya, Sunan Kalijaga.

Sunan Muria gemar bergaul dengan masyarakat kalangan bawah yang berada di pelosok-pelosok. 

Beliau lebih memilih untuk berdakwah di pedalaman karena beliau merasa masyarakat di pelosok tidak mendapatkan pengetahuan tentang ajaran Islam.

Hal itulah yang membuat masyarakat mudah menerima ajaran yang disampaikan oleh Sunan Muria, Sehingga penyebarannya dapat melesat dengan cepat di daerah Jawa.

Sunan Muria mengajarkan nilai-nilai moral seperti hidup sederhana, kedermawanan, dan bijaksana kepada masyarakat setempat dan yang paling di junjung Sunan Muria juga menjunjung tinggi toleransi terhadap tradisi Jawa yang sudah ada.

Lalu pada akhirnya Sunan Muria wafat pada tahun 1551 Masehi dan dimakamkan di atas puncak Gunung Muria Yang terletak di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah 

Sunan Muria memiliki banyak peninggalan yang berunsur atau bernuansa Islam. Dari Masjid Sunan Muria, situs air gentong, pari joto, pakis haji hingga bulusan dan kayu adem jati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun