Mohon tunggu...
Faiz Izza
Faiz Izza Mohon Tunggu... -

Menjadi penting ketika kepentingan lain ikut berbicara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pukis Talok

3 November 2018   21:31 Diperbarui: 3 November 2018   21:46 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pedagang kaki lima yang terletak pada pasar Talok di Yogyakarta, di sepanjang jalan rel kereta pedagang ini berjualan makanan pasaran, yang dimana makanan ini menjadi favorit pengunjung pasar.

Ada pedagang makanan pasar kue pukis namanya, sebut saja cak sabar. (03,11,2018)

Pagi hari setelah tergelincir nya matahari berdatanglah para konsumen untuk membeli kebutuhan pasar, tidak lupa juga konsumen ini membeli jajanan pasar yg menjadi kebutuhan skunder menurut para konsumen namun bisa menjadi primer ketika produk ini menjadi pemuas bagi para konsumen.

Suatu hari, Sabtu November 2018 cak sabar di datangi banyak para konsumen, mereka bergantian berbicara untuk menyalurkan pesanan nya. Kue pukis memang enak di nikmati saat panas, itulah keandalan produsen untuk memasarkan produk barang nya, meskipun membutuhkan SOP kurang lebih 5 menit dari setiap proses mengkukusnya. 

"Cak saya 10.000 ya banyakin rasa kejunya "

"Cak saya pesen nanti saya ambil 20.000 coklat keju blueberry ya"

"Cak saya 3000 coklat saja ya"

Bergantian terus menerus, cak sabarhamya bisa berkata "iya, iya, iya".

Setiap masa pembuatanya cak sabar selalu melafadzkan kalimat " Astagfirullah hal adzim" Karena kesabaran nya itu membuat para konsumen senang , meskipun kadang ada makian dari pelanggan sendiri karena SOp nya yg cukup lama.

Salut saya atas cak sabar, karena bekal Istigfar nya konsumen setiap hari Berdatangan tanpa rasa bosan.

Itulah keandalan sistem pemasaran yg dimiliki cak sabar. Istigfar Istigfar dan Hamdallah

(Konsumen Pukis Talok, 03 November 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun