Mohon tunggu...
Faiz Romzi Ahmad
Faiz Romzi Ahmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam di Banten

Menulis adalah tanda bahwa kau pernah hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

KH Mas Abdurrahman, Paulo Freire, dan Pendidikan Kaum Tertindas

5 Januari 2020   21:48 Diperbarui: 6 Januari 2020   09:33 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KH Mas Abdurrahman dan Madrasah untuk Kaum Tertindas

Jauh sebelum Paulo Freire ini mengemukakan teori, hal tersebut sudah diejawantahkan oleh KH Mas Abdurrahman bin Mas Jamal pada 1916 masehi yang menjadikan pendidikan berbasis madrasah sebagai alat perlawanan dalam melawan eksploitasi kolonial dan dominasi kebodohan.

Menurut KH Mas Abdurrahman, pendidikan yang dibuat oleh kolonial adalah kepentingan egoistis, pendidikan yang tidak membebaskan dan diperuntukkan hanya untuk sebagian saja umat manusia.

Berbeda dengan pendidikan kolonial, madrasah yang dinisiasi KH Mas Abdurrahman adalah sebagai entitas dari perjuangan kelas, yang engangkat derajat kaum lemah, kaum tak berdaya, kaum pinggiran, mustadhafin, dhuafa, masakin dengan mempermudah dan mendekatkan mereka semua umat manusia pada akses pendidikan. 

KH Mas Abdurrahman sadar betul akan kebutuhan kaum tertindas, ia menjadikan madrasah sebagai modal dasar dalam perjuangan menuju penyadaran (conscientization).

KH Mas Abdurrahman melakukan transfer of knowledge, transfer of value, transfer of skill pada masyarakat Menes dengan mendirikan madrasah Mathla'ul Anwar, ia menjadikan Mathla'ul Anwar sebagai sarana perjuangan bagi kebebasan mereka. 

Yang terpenting adalah KH Mas Abdurrahman meyakini bahwa pendidikan kaum lemah tidak dapat dikembangkan oleh kolonial, melainkan oleh dan bersama kaum lemah.

Kebebasan yang diimpikan oleh masyarakat Menes, seperti bebas dari eksploitasi kolonial dan dominasi kebodohan dilakukan oleh KH Mas Abdurrahman dengan mengolah secara kolektif Mathla'ul Anwar dan membuat masyarakat sekitar muncul satu kewajiban atau sense of belonging terhadap Mathla'ul Anwar.

Oleh : Faiz Romzi Ahmad, Penulis adalah warga Mathla'ul Anwar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun