Mohon tunggu...
Faiz Romzi Ahmad
Faiz Romzi Ahmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam di Banten

Menulis adalah tanda bahwa kau pernah hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tulisan Dua Risalah Karya KH Mas Abdurrahman

25 November 2019   09:16 Diperbarui: 25 November 2019   09:27 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DUA RISALAH

Miftah Bab al-Islam fi Arkan al-Islam wa al-Iman dan Siqayat al-'Athsyan fi Tajwid al-Qur'an

Karya: KH. Mas Abdurahman al-Janakawi (Pendiri Mathla'ul Anwar)

Buku berukuran sedikit lebih besar dari buku saku ini dua naskah, yakni tentang rukun Islam dan rukun Iman sertta tentang cara membaca al-Quran (tajwid). Naskah pertama berjudul Miftah Bab al-Salam (hal 1-15), sedangkan naskah kedua berjudul Siqayat al-'Athsyan fi Tajwid al-Qur'an (hal 16-43). Sesuai penjelasan penuliskan pada baris penutup (hal 43), risalah terakhir yang membahas tentang tajwid merupakan terjemahan dari sebuah kitab berjudul Fathurrahman.

Tetapi KH Abdurrahman bin Jamal sepertinya melakukan penerjemahannya secara bebas dengan mengambil hal-hal penting dan inti dari kitab tersebut.

Seperti diduga, buku kecil yang ditulis dalam huruf Jawi berbahasa Sunda ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan bagi siswa madrasah dalam bidang tauhid dan tajwid yang memang masih langka saat itu.

1. Kitab Tauhid
Nama kitab Tauhid yang ditulis oleh K.H. Mas Abdurrahman adalah Mifth Bb al-Salm f Arkn al-Islm wal-mn. Kitab ini merupakan risalah pertama dari kitab Dua Rislah (dimulai dari halaman 1-15).Kitab Dua Rislah atau lebih dikenal dengan 'Aqaidini merupakan kitab wajib di Mathla'ul Anwar.

K.H. Mas Abdurahman beraliran Ash'ariyah, karena dalam kitab Dua Rislah selain membahas masalah-masalah fikih juga mengajarkan tentang sifat wajib bagi Allah 20, mustahil 20, jaiz 1 (h. 3-7).Kitab ini juga mengajarkan tentang sifat wajib bagi Rasul 4, mustahil 4, jaiz 1 (h. 10-11).Kitab ini berjumlah 15 halaman dan ditulis tanpa keterangan tahun.

Khusus mengenai penjelasan tentang 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz atas Allah; ditambah 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz atas Rasul sebagaimana terdapat dalam kitab Mifth Bb al-Salm f Arkn al-Islm wal-mn, sepertinya merupakan ringkasan dari kitab Tijan ad-urr karya Syekh Nawawi al-Bantani (1813-1897 M)atau merupakan ringkasan dari kitab Sansiyah karya tokoh Ahlussunnah 'Abdullah Muhammad bin Yusuf al-Sanusi (1427-1490 M) yang menjelaskan sifat Allah secara panjang lebar beserta dalil-dalil yang mendukungnya. Menurut al-Sanusi, Allah memiliki sifat wajib berjumlah 20, sifat mustahil berjumlah 20, dan 1 sifat jaiz.Kemudian ditambah 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz atas Rasul.

Sifat wajib bagi Allah yang 20 tersebut adalah Wujd (ada), Qidam (dahulu), Baqa' (kekal), Mukhlafatu li al-awdithi (berbeda dengan makhluk-Nya), Qiymuhu binafsihi (berdiri sendiri), Wadniyat (Esa), Qudrat (berkuasa), Irdat (berkehendak), 'Ilmu (mengetahui), ayt (hidup), Sama' (mendengar), Baar (melihat), Kalm (berfirman), Qdiran (berkuasa), Murdan (berkehendak), 'liman (mengetahui), ayyan (hidup), Sam'an (mendengar), Baran (melihat), Mutakalliman (berbicara).

Sifat wajib bagi Allah yang 20 dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: (1) Sifat Nafsiyah yaitu sifat Wujd; (2) Sifat Salbiyah terdiri dari 5 sifat, yaitu Qidam, Baqa', Mukhlafatu li al-awdithi, Qiymuhu binafsihi, Wadniyat; (3) Sifat Ma'ani terdiri dari 7 sifat, yaitu Qudrat, Irdat, 'Ilmu, ayt, Sama', Baar, Kalm; (4) Sifat Ma'nawiyah terdiri dari 7 sifat, yaitu Qdiran, Murdan, 'liman, ayyan, Sam'an, Baran, Mutakalliman.

Adapun sifat mustahil bagi Allah yang 20 adalah kebalikan dari sifat wajib, yaitu: 'Adm (tidak ada), udth (baru), Fan' (binasa), Mumthalatu lilawdithi (serupa dengan makhluknya), Muhtajun ila ghairihi (membutuhkan yang lain), Ta'addud (berbilang), 'Ajzun (lemah), Karhah (terpaksa), Jahlun (bodoh), Mautun (mati), Summun (tuli), 'Umyun (buta), Bukmun (bisu), 'jizan (lemah), Mukrahan (terpaksa), Jhilan (bodoh), Mayyitan (binasa), Aamma (tuli), A'm (buta), Abkama (bisu).Sedangkan sifat jaiz bagi Allah yang 1 adalah fafi'lu kulli mumkinin aw tarkuhu (melakukan sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya; dalilnya adalah adanya alam).

Sifat wajib bagi Rasul yang 4 tersebut adalah idq (jujur), Amnah (terpercaya), Tablgh (menyampaikan; transparan), dan Fanah (cerdas atau jenius).Adapun sifat mustahil bagi Rasul yang 4 adalah kebalikan dari sifat wajib, yaitu Kidhib (bohong), Khiynat (menyimpang), Kitman (menyembunyikan), dan Baldah (bodoh).

Sedangkan sifat jaiz bagi Rasul yang 1 adalah m huwa min al-a'ri al-bashariyah (sesuatu yang Rasul lakukan sebagian dari sifat-sifat kemanusiaan).

Dalam rumusan sifat Allah dan Rasul-Nya, yang berjumlah 50 (terdiri dari: 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz atas Allah; ditambah 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz atas Rasul) sebagaimana dijelaskan di atas, nampaknya mengandung pengulangan tradisi masa klasik Islam ketika terjadi perdebatan sengit untuk mempertahankan keesaan Allah.

Jika Mu'tazilah meniadakan sifat Allah yang terpisah dengan esensi-Nya, yang tak lain bertujuan agar tauhid Allah tidak tercemar oleh adanya hal-hal qadm selain dari pada-Nya. Sebaliknya, kalangan Ash'ariyah berusaha mempertahankan sifat tersebut dalam rangka menjaga keesaan-Nya. Bagi aliran kalam  Mu'tazilah, Tuhan tidak boleh mempunyai sifat; sedangkan bagi aliran kalam Ash'ariyah dan Mturdiyah Samarqand dan Bukhr, Tuhan mesti mempunyai sifat.

2. Kitab Tajwd
Nama kitab Tajwd yang ditulis oleh K.H. Mas Abdurrahman adalah Siqyat al-'Ashn f Tajwd al-Quran terjemahan dari kitabFat al-Ramn.Kitab ini merupakan risalah kedua dari kitab Dua Rislah (dimulai dari halaman 16-43).Kitab ini berjumlah 28 halaman, ditulis tanpa keterangan tahun.Sebagaimana namanya Siqyat al-'Ashn (artinya bejana untuk memberi minum yang haus), kitab ini menjelaskan tentang pentingnya belajar ilmu tajwd untuk mengetahui kode etik dan seni membaca al-Quran dengan baik dan benar (tartl).

Dalam kata pengantar kitab tersebut, K.H. Mas Abdurrahman mengatakan, ketahuilah siapapun yang mau membaca al-Quran hendaknya dengan menajwidkan (membaguskan) bacaan al-Qurannya, karena Allah SwT telah berfirman:

dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartl). (QS. al-Muzzammil [73]: 4).

Berkata sayyidina 'Ali raiya Allah 'anhu, adapun maknanya tartil adalah mengeluarkan semua huruf al-Quran dari makhraj-makhrajnya, mengosongkan, dan mewaalkan pada tempat-tempatnya, yaitu yang diberi nama tajwd.
Lalu beliau mengutip adth, Nabi saw bersabda:

Berapa banyak orang yang membaca al-Quran dan al-Quran melaknatnya.

Selanjutnya beliau mengutip perkataan Syekh Ibn al-Jazr:

Berpegang pada tajwd itu sebuah keharusan, barang siapa yang tidak menajwdkan al-Quran itu durhaka (dosa).

Oleh karena itu, mengerti ilmu tajwd hukumnya adalah wajib atas setiap orang yang akan membaca al-Quran, dan dikarenakan masih banyak orang tua yang seusia K.H. Mas Abdurrahman yang tidak mengerti ilmu tajwd maka beliau membuat risalah ilmu tajwd diberi nama Siqyat al-'Ashn f Tajwd al-Quran terjemah Fat al-Ramn.

Referensi bacaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun