Adapun sifat mustahil bagi Allah yang 20 adalah kebalikan dari sifat wajib, yaitu: 'Adm (tidak ada), udth (baru), Fan' (binasa), Mumthalatu lilawdithi (serupa dengan makhluknya), Muhtajun ila ghairihi (membutuhkan yang lain), Ta'addud (berbilang), 'Ajzun (lemah), Karhah (terpaksa), Jahlun (bodoh), Mautun (mati), Summun (tuli), 'Umyun (buta), Bukmun (bisu), 'jizan (lemah), Mukrahan (terpaksa), Jhilan (bodoh), Mayyitan (binasa), Aamma (tuli), A'm (buta), Abkama (bisu).Sedangkan sifat jaiz bagi Allah yang 1 adalah fafi'lu kulli mumkinin aw tarkuhu (melakukan sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya; dalilnya adalah adanya alam).
Sifat wajib bagi Rasul yang 4 tersebut adalah idq (jujur), Amnah (terpercaya), Tablgh (menyampaikan; transparan), dan Fanah (cerdas atau jenius).Adapun sifat mustahil bagi Rasul yang 4 adalah kebalikan dari sifat wajib, yaitu Kidhib (bohong), Khiynat (menyimpang), Kitman (menyembunyikan), dan Baldah (bodoh).
Sedangkan sifat jaiz bagi Rasul yang 1 adalah m huwa min al-a'ri al-bashariyah (sesuatu yang Rasul lakukan sebagian dari sifat-sifat kemanusiaan).
Dalam rumusan sifat Allah dan Rasul-Nya, yang berjumlah 50 (terdiri dari: 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz atas Allah; ditambah 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz atas Rasul) sebagaimana dijelaskan di atas, nampaknya mengandung pengulangan tradisi masa klasik Islam ketika terjadi perdebatan sengit untuk mempertahankan keesaan Allah.
Jika Mu'tazilah meniadakan sifat Allah yang terpisah dengan esensi-Nya, yang tak lain bertujuan agar tauhid Allah tidak tercemar oleh adanya hal-hal qadm selain dari pada-Nya. Sebaliknya, kalangan Ash'ariyah berusaha mempertahankan sifat tersebut dalam rangka menjaga keesaan-Nya. Bagi aliran kalam  Mu'tazilah, Tuhan tidak boleh mempunyai sifat; sedangkan bagi aliran kalam Ash'ariyah dan Mturdiyah Samarqand dan Bukhr, Tuhan mesti mempunyai sifat.
2. Kitab Tajwd
Nama kitab Tajwd yang ditulis oleh K.H. Mas Abdurrahman adalah Siqyat al-'Ashn f Tajwd al-Quran terjemahan dari kitabFat al-Ramn.Kitab ini merupakan risalah kedua dari kitab Dua Rislah (dimulai dari halaman 16-43).Kitab ini berjumlah 28 halaman, ditulis tanpa keterangan tahun.Sebagaimana namanya Siqyat al-'Ashn (artinya bejana untuk memberi minum yang haus), kitab ini menjelaskan tentang pentingnya belajar ilmu tajwd untuk mengetahui kode etik dan seni membaca al-Quran dengan baik dan benar (tartl).
Dalam kata pengantar kitab tersebut, K.H. Mas Abdurrahman mengatakan, ketahuilah siapapun yang mau membaca al-Quran hendaknya dengan menajwidkan (membaguskan) bacaan al-Qurannya, karena Allah SwT telah berfirman:
dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartl). (QS. al-Muzzammil [73]: 4).
Berkata sayyidina 'Ali raiya Allah 'anhu, adapun maknanya tartil adalah mengeluarkan semua huruf al-Quran dari makhraj-makhrajnya, mengosongkan, dan mewaalkan pada tempat-tempatnya, yaitu yang diberi nama tajwd.
Lalu beliau mengutip adth, Nabi saw bersabda:
Berapa banyak orang yang membaca al-Quran dan al-Quran melaknatnya.
Selanjutnya beliau mengutip perkataan Syekh Ibn al-Jazr: