Mohon tunggu...
Faiz Romzi Ahmad
Faiz Romzi Ahmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam di Banten

Menulis adalah tanda bahwa kau pernah hidup

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Malcolm X: Dari Sosok Pendukung Segregasi Rasial Menjadi Aktivis Integrasi Sosial

20 Februari 2019   06:06 Diperbarui: 25 Februari 2019   05:47 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik antara Eiljah dengan Malcolm terjadi, klimaksnya saat pernyataan pers Malcolm yang dinilai tidak sesuai dengan kehendak organisasi, akhirnya ia pun diberikan sanksi oleh Eiljah berupa larangan berbicara di depan umum selama 90 hari.

Selama masa sanksinya Malcolm lebih memilih untuk keluar dari organisasi, alasan kuatnya adalah karena tafsir keagamaan Nation of Islam yang cenderung kaku dan eksklusif. Lalu  ia mendirikan Muslim Mosque sebagai wadah baru untuk memperjuangkan hak-hak sipil kulit hitam dan menyatakan bahwa Muslim Mosque fleksibel dan terbuka bagi kulit putih. Ia meyakini bahwa pendekatan organisasi barunya sebagai pemecah masalah ras di Amerika.

Tidak lama setelah mendirikan organisasi barunya Malcolm pergi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Selama di Mekkah ia menemukan semua warna kulit berinteraksi satu sama lain. 

Lalu ia menyikapi bahwa tidak semua kulit putih adalah setan. Ia melihat ada yang kontras dengan apa yang selama ini Nation of Islam kampanyekan di Amerika. Mekkah membuka cakrawala pemikirannya tentang persatuan antar etnis. Sikapnya dahulu yang mengiyakan tindakan segregasi rasial berubah. 

Perubahan pandangan Malcolm berasal dari realitas kehidupannya. Dari sosok pembenci kulit putih menjadi sosok yang siap bersatu dengan kulit putih. 

Dari fase-fase kehidupannya lah ia belajar dan memahami arti persatuan antar ras, karena paham segregasi rasial yang selama ini ia kampanyekan bukanlah pemecah masalah untuk kulit hitam. 

Bermuara dari perjalanan ibadahnya selama di Mekkah, ketika di Amerika ia membawa pesan damai, bahwa rasialisme, segregasi antara kulit hitam dengan kulit putih, tindakan rasisme dan ekstrimisme bukanlah solusi untuk mencapai pemenuhan hak, kesetaraan etnis, kebebasan dan kemerdekaan kulit hitam. 

Di Muslim Mosque ia aktif mengkampanyekan bahwa sikap sukuisme yang masih tinggi adalah hambatan untuk mencapai persatuan. Sebagai jawaban atas permasalahan yang terjadi adalah perlunya integrasi sosial, persatuan antar ras, kesetaraan hak  dan moderasi paham keagamaan.

Lawan politik Malcolm yang berada di organisasi lamanya Nation of Islam mendengar dan mengamati ada perubahan dan perbedaan paham pada diri Malcolm. 

Sikap Malcolm yang berubah dari sosok pendukung segregasi rasial  ke sosok yang lebih mementingkan integrasi sosial ialah suatu ancaman. Nation of Islam menganggap perbedaan paham itu harus di ekspresikan dengan cara teror dan pembunuhan. 

Malcolm diteror lalu dibunuh diatas mimbar saat ia mengkampanyekan pentingnya integrasi sosial kaumnya dengan kulit putih sebagai jawaban permasalahan rasial yang menimpa kulit hitam selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun