Hujan tangis bulan Maret
Hujan membawa air mata
Yang tercipta dari tangisan tinta
Di hari dimana sebuah nama
Membawa puisi menuju hadiratnya
Hanya engkau padmi,
Seorang yang rela
Mengecor hari tua
Demi mengenang masa bahagia
Bukan engkau
Jika keringat yang bercucuran
Ialah peluh kesah keluhmu
Engkau, Menggugah kami kembali
Akan lamanya tak ada panggilan rindu
Darimu, kami tahu
Yang ada itu,
Istana kepresidenan
Bukan istana kerakyatan
Patutnya Kami malu
Dengan keberanianmu
Adukan semen pada kakimu itu
mewakilkan haru biru matamu
Disana, Engkau tidak membiarkan begitu saja,
pada pipimu, mengalir air duka
Padmi,
Dibawah terik semen
Engkau sungguh telah gugur
Hujan berselang haruslah kami panen
Supaya namamu terus tumbuh subur
Engkau telah membuat kami ingat
Dari kealpaan yang sukar kami angkat
Kami hanya berlalu lalang
Berkeringat untuk sendiri demi uang
Kendeng kini, atau kemudian
Pasti bakal mengalirkan kembali ratapan-ratapan
Pabrik semen mengandung dengan sempurna
Kesedihan pada rakyatnya
Hujan tangis bulan maret
Jangan sampai terulang lagi berikutnya menderet
Faith Liberta 22-3-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H