Akankah kami perlu menggugat...
Semenjak kemudian Telinga dan mata kami..
Tak dapat mendengar serta melihat..
Akan berbeda itu anugerah...
Serta persatuan itu indah...
Bu, masa engkau akan biarkan perahu ini hancur..
Terbentur atau terkikis hingga lebur..
Apalagi jikalau sampai dibocorkan..
Oleh anak-anak yang dulu engkau besarkan, kini malah menghinakan...
Ibu sendiri serasa diperkosa kan..?
Oleh anak-anakmu yang Tidak tahu balas kasihan..
Bu, berilah kami tanggapan..
Akan Keadilan..
Supaya Tertuju pada segenap anak-anakmu..
Tiada hanya berdiam mayoritas..
Minoritas tertindas...
Kami sakau...
Ibu kan pernah berkisah..
Tentang langit ketika marah..
Pun kami, kini benar benar takut..
Jikalau perahu persada ini makinlah ciut...
Olehnya surat ini kutitipkan ketika mendung..
Supaya saatnya tiba..
Hanya ibulah yang kuasa air matanya menampung...
Dan disini kami setia menunggu kok..
Cerita-cerita akan cantik dan pamormu dulu...
Kisah Bahwa perahu Indonesia..
Pernah bernama nusantara jaya..
Damai karta raharja disana...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H