Mohon tunggu...
Faiz AhmadIftikhar
Faiz AhmadIftikhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang dapat merubah dunia hanya dengan pena dan lembar kertas

Mahasiswa Uin Sunan Kalijaga- 21107030008

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peningkatan Jasa Ekosistem Hutan dan Laut di Papua dan Maluku

12 April 2022   10:15 Diperbarui: 12 April 2022   10:41 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Berdasarkan data yang dirilis Yayasan EcoNusa total luas hutan yang ada di Papuan dan maluku 44 persen dari 88.458.541 hektar hutan yang ada di Indonesia. Dimana didalam nya terdapat lebih dari 3000 spesies vertebrata dan 200.000 spesies invertebrata hidup di hutan hujan tropis ini. Mulai dari serangga, reptil, mamalia hingga burung, termasuk cenderawasih yang terkenal keindahannya.

Tanah Papua yang merupakan penyumbang 50 persen keanekaragaman hayati di Indonesia sehingga menjaga keberadaan hutan Papua berarti menjaga keanekaragaman hayati dan populasi seluruh OAP yang menggantungkan hidupnya dari sumberdaya alam dan jasa ekosistem hutan.      Pentingnya peningkatan jasa ekosistem hutan yang berada di papua harus segera ditingkatkan. 

Pengelolaan hutan dan sumberdaya hayati yang baik dapat menjamin kemandirian pangan, perbaikan gizi serta membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Saat ini ketersediaan pangan di Papua Barat bersumber dari produksi lokal dan pasokan dari luar Papua Barat. Jumlah pangan yang dipasok dari luar Papua Barat (Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara) berjumlah >80% dibandingkan pangan lokal. Fakta ini menggambarkan bahwa Papua Barat belum mendiri pangan.

Wilayah papua dan papua barat juga memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat beragam yang ada diwilayah perairan laut nya. Beberapa spesies kharismatik seperti ikan raja laut (Coelecanth), hiu paus, pari manta, penyu belimbing, dugong, hingga mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba dapat ditemukan di sini. Wilayah ini berkembang pesat dan menyediakan sumber makanan dan pendapatan bagi masyarakt yang tinggal di sepanjang pantainya.

Untuk menjaga itu, pemerintah Provinsi Papua Barat telah mendeklarasikan sebagai Provinsi Konservasi. Saat ini, Provinsi Papua Barat telah memiliki 9 kawasan konservasi di wilayah perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan SM Pulau Sabuda Tataruga (Pengelolaan KLHK), SAP Raja Ampat dan SAP Waigeo Sebelah Barat (Pengelolaan KKP), KKPD Kepulauan Raja Ampat, KKPD Jeen Womom, KKPD Kaimana, KKPD Teluk Berau dan Nusalasi, dan KKPD Teo Enebikia (Pengelolaan Pemerintah Provinsi Papua Barat) yang statusnya telah dicadangkan dan ditetapkan oleh Pemerintah. Total luas kawasan sekitar 4.397.000 Ha (Ditjen PRL, 2019) atau 18,9% dari total luas capaian kawasan konservasi nasional sebesar 24,14jt Ha.

Selain lokasi-lokasi yang telah dijadikan kawasan konservasi diatas, beberapa wilayah juga memiliki potensi keanekaragaman hayati yang perlu dijaga dan dikelola agar tetap lestari dan berkelanjutan sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Salah satu lokasi tersebut adalah di wilayah distrik Makbon, Kabupaten sorong dan Perairan di sekitarnya.

Potensi keanekaraaman hayati dipapua bukan hanya sebatas untuk ktersediaan pangan, melainkan dapat dimanfaat kan dibidang destinasi pariwisata. 

Masyarakat dari kota Sorong menjadikan wilayah ini sebagai tujuan berwisata. Beberapa objek wisata antara lain wisata pantai Kelurahan Makbon, wisata pantai di Pulau Um, wisata air terjun di Kampung Asbaken dan wisata mancing di Distrik Makbon serta wisata tracking mangrove di Kampung Baingkete.

Wilayah ini memiliki tiga ekosistem utama wilayah pesisir yaitu Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang yang merupakan habitat penting bagi sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting Jumlah jenis mangrove yang ditemukan wilayah ini sebanyak 6 jenis mangrove yaitu Avicennia alba, Brugueira sp, Ceriops tagal, Sonneratia sp, Rhizopora apiculata, dan Rhizopora mucronata dengan kondisi Kerapatan pohon mangrove berkisar 700 -- 1800 pohon/Ha dengan rata-rata masuk dalam kategori sedang. 

Sedangkan berdasarkan hasil analisis citra satelit, luas ekosistem mangrove adalah 354,91 Ha, dengan kondisi baik seluas 274,38 Ha (77%) dan kondisi rusak seluas 80,53 Ha (23%). Untuk jenis lamun yang ditemukan ada 8 jenis yaitu Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila minor, Thalassia hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Syringodium isoetifolium dan Enhalus acoroides. 

Berdasarkan persentase penutupan, kondisi ekosistem lamun memiliki nilai pada kisaran 28,44 -- 47,66% dan masuk pada kategori sedang. Untuk kondisi tutupan karang hidup di lokasi ini mencapai 46,22% atau masuk dalam kategori sedang (LPSPL Sorong, 2019)

Dengan potensi ekosistem pesisir tersebut, perairan ini menjadi habitat penting berbagai perikanan ekonomis penting seperti ikan pelagis (cakalang, tenggiri dan kembung), ikan Demersal (ikan kerapu dan kakap), Lobster dan Teripang. khusus untuk nelayan ikan pelagis kebanyakan berasal dari kota sorong.

 Sedangkan untuk selainnya merupakan masyarakat setempat. Namun, karena terbatasnya SDM di dinas kabupaten sehingga pencatatan potensi perikanan belum maksimal.

Pengelolaan keanekaragam hayati yang dapat dilakukan yakni perlindungan  pelestarian perlindungan ekosistem utama diwilayah pesisir dan laut yaitu mangrove , lamun dan karang. Ekosistem utama terebut penting bagi keberlangsungan sumberdaya perikanan karenamerupakan lokasi memijah/bertelur berbagai jenis ikan nilai ekonomis penting, tempat berkembang biak dan tempat pengasuhan sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan dan pelestarian

Pengelolaan keanekaragam hayati selanjutnya yaitu pengembangan ekowisata yang berbasis konservatif. Salah satu model pemanfaatan kawasan konservasi yang paling potensial selain produksi perikanan adalah pengembangan ekoswisata berbasis konservasi. 

Beberapa objek wisata antara lain wisata pantai Kelurahan Makbon, wisata pantai di Pulau Um, wisata air terjun di kampung Asbaken, wisata mancing di Distrik Makbon dan wisata tracking mangrove di kampung Baingkete. Kegiatan wisata lain yang berpotensi untuk dikembangkan adalah atraksi wisata pemantauan penyu bertelur, adopsi tukik, dan pengamatan dugong.
     

 Diharapkan peningkatan jasa ekosistem hutan & laut di Maluku & Papua dapat berjalan lancer agar dapat membantu orang asli papua dan dapat mendorong memperbaiki iklim didunia khusus nya di Indonesia.

Reference:
-https://kkp.go.id/djprl/lpsplsorong/artikel/27022-strategi-pengelolaan-keanekaragaman-hayati-di-pesisir-utara-bentang-kepala-burung-papua
-https://econusa.id/id/ecoblog/mengelola-hutan-menciptakan-peluang/
-https://econusa.id/id/defending-paradise/penyelamatan-hutan-papua-dan-maluku-tak-hanya-menyangkut-kelestarian-cenderawasih/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun