Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

E-Commerce, Tempat bertemunya Kurir dan pembeli

18 Januari 2022   14:27 Diperbarui: 18 Januari 2022   14:34 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Paket (Sumber: pexels.com)

Essay ini akan saya mulai dengan sedikit cerpen mini berikut ini.

Berawal dari kegemaran saya membaca buku, sampai pada akhirnya hobi tersebut berlanjut menjadi kegiatan baru yang sampai saat ini saya lakukan, yaitu hobi mengoleksi buku. Hobi ini bisa dibilang segampang membalikkan telapak tangan. Hal itu dikarenakan hobi ini saya mulai sejak masih kuliah di Yogyakarta. Sebagai kota pelajar, hobi mengoleksi buku tersebut sangat terdukung oleh suasana jogja yang romantis-akademis. Kalau kata Mas Joko Pinurbo, Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan, maka akan saya tambahkan satu bahwa Jogja juga terbuat dari buku. Sudut-sudut kota Jogja bagi saya adalah deretan rak buku karena begitu banyak toko buku buku dari skala rumahan hingga mall besar.

Keadaan pun berubah dengan seiring berputarnya waktu. Setelah sembilan tahun berjibaku menyelesaikan studi disana, akhirnya saya kembali ke Kudus. Berada di kota asal tentu tidak ada yang saya rasakan selain bahagia. Tetapi, ada satu hal yang  cukup membuat saya gelisah sejak kembali ke kampung halaman, yaitu hobi mengoleksi buku yang saya jalani. Ternyata hobi tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan lagi. 

Bagi saya yang lahir di kota ini, Kudus juga seperti kata mas Joko Pinurbo terbuat dari rindu, pulang dan angkringan. Tapi sayangnya, ia tak terbuat dari buku. Faktanya memang mencari toko buku tak segampang mencari warung soto kerbau dan pabrik rokok kretek. Hanya ada satu atau dua toko buku disini, itupun dengan koleksi buku yang sangat minim dengan harga yang relatif mahal.

Pada akhirnya "Benih yang baik tak memilih tanah". Kecerdikan mengoleksi buku saya mulai diuji. Sebagai jalan keluar, maka beli buku online adalah satu satunya cara untuk menumpahkan hasrat terhadap buku. Hobi mengoleksi buku saya pada akhirnya tersalurkan kembali. Sampai-sampai, saya memiliki hobi baru yang unik karena beli buku online, yaitu menunggu kurir JNE datang ke rumah membawakan buku-buku yang saya beli. Sampai saat ini, hobi belanja buku online saya masih terus berjalan, kurir JNE pun masih wira-wiri ke rumah mengantarkan buku-buku yang saya buru.

Kurang lebih begitulah ceritanya, titik.

Kolaborasi Harga Mati

Selanjutnya, sebagai penulis yang mendalami bidang manajemen, serta berangkat dari sedikit cerita diatas, saya akan mengulas bagaimana pentingnya UMKM untuk berkolaborasi dengan perusahaan jasa pengiriman barang di era teknologi seperti saat ini.

Pada era seperti sekarang dimana jarak bisa dengan mudah dilipat dengan kemajuan teknologi dan internet, maka dunia bisnis pun mengalami persaingan yang sangat berat. Ilustrasi sederhananya, ketika belum ada sistem jaringan seperti saat ini, satu toko baju hanya bersaing dengan toko baju lainnya yang ada di daerah itu untuk mendaapatkan pelanggan yang tak memiliki banyak pilihan untuk membeli pakaian. Sedangkan di era yang sudah seperti yang kita rasakan saat ini, satu toko baju bisa bersaing dengan ribuan bahkan ratusan ribu toko baju lainnya yang ada di kota bahkan negara lain. Pelanggan sudah mempunyai daya tawar yang tinggi dengan banyaknya pilihan yang mereka miliki. Dengan adanya persaingan seperti itu, pelaku bisnis yang tidak mengikuti "role of the game" sudah pasti akan kalah bersaing.

Bagi pelaku UMKM yang bersedia mengikuti perubahan, dengan adanya E-commerce menjadi peluang yang sangat besar karena mereka bisa dengan mudah menjangkau pasar yang lebih luas. Bisa dikatakan semua orang yang memiliki gadget adalah pelanggan potensial mereka. Semua barang yang mereka tawarkan bisa dilihat dengan mudah oleh calon pembeli. Sehingga, hal penting yang tersisa adalah bagaimana pelaku UMKM mampu mengonversi banyaknya pembeli potensial tersebut menjadi prilaku pembelian aktual dengan bersaing dalam hal pemberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Dengan semakin kuatnya daya tawar pelanggan terseebut, potensi luasnya jangkauan pasar harus dimanfaatkan oleh pelaku UMKM dengan cara bersaing memberikan nilai pelanggan yang terbaik karena hal ini adalah salah satu kunci persaingan. Pelaku UMKM harus mampu meredisain bisnisnya agar selaras dengan tren, serta memastikan produknya bisa dirasakan nilainya oleh pelanggan dimanapun ia berada.

Lantas, sudah sadarkah kita bahwa  di era E-commerce seperti sekarang, jasa pengiriman (kurir) ternyata merupakan pihak yang mengantongi kunci berupa nilai pelanggan tersebut? Peran kurir begitu penting ibarat pembuluh darah yang menyuplai oksigen ke seluruh organ tubuh. Di era E-commerce, kinerja kurir yang baik akan memberikan udara segar bagi penjual dan pembeli. Hal ini sangat tidak berlebihan karena faktanya, penjual dan pembeli sama-sama menggantungkan nasibnya pada kurir.  

Sebagai bahan elaborasi, berikut ini adalah tiga pertanyaan yang bisa menunjukkan pentingnya UMKM untuk berkolaborasi dengan jasa pengiriman. Tiga pertanyaan ini tidak asal-asal tentunya. Pertanyaan-pertanyaan  ini adalah pertanyaan vital yang bisa digunakan untuk analisis suatu  bisnis. Biasanya, tiga pertanyaan ini digunakan untuk mempertajam analisis lima kekuatan (five forces) yang populerkan oleh Michael Porter dalam strategi bisnis. Tiga pertanyaan ini akan saya jawab dengan sudut pandang saya sebagai "penikmat beli buku online".

1. Apa yang menyebabkan profitabilitas saat ini? Apa yang menopangnya?

Bagi orang yang gila buku seperti saya, menghabiskan uang untuk membeli buku barangkali lebih tidak sia-sia daripada dibelikan sepasang baju. Artinya terdapat peluang keuntungan bagi penjual buku dalam diri saya. Di era digital apalagi di tengah pandemi seperti saat ini, hasrat untuk memiliki buku  baru saya tumpahkan melalui belanja online. Selain karena lebih lengkap, keberadaan toko buku di kota tempat tinggal saya memang terbilang langka. Dengan melihat adanya tipe pelanggan seperti saya, maka sumber besar keuntungan di era digital seperti saat ini ada pada E-Commerce. Saya yakin diluar sana juga banyak sekali pelanggan dengan passion yang berbeda dan berharap kebutuhannya bisa dipenuhi dengan belanja online.

2. Apa yang berubah? Bagaimana kecenderungan profitabilitas untuk bergeser?

Dengan semakin seringnya belanja online, hal yang saya rasa berbeda adalah pelayanan pasca pembelian barang. ketika saya membeli secara langsung buku di toko, maka setelah membayar semua selesai. Tinggal tugas berikutnya adalah bercengkrama dengan buku tersebut. Sedangkan belanja di marketplace sunggguh berbeda. Setelah kilk check out dan membayarnya, saya masih harus degdegan dan menggantungkan kepuasan saya kepada respon cepat penjual dan gerak cepat jasa pengiriman barang. Artinya, saya bisa saja kecewa jika penjual tidak cepat tanggap dan/atau salah memilih kurir yang tepat. Jadi, terdapat potensi kehilangan pelanggan bagi penjual yang tidak memperhatikan kepuasan pelanggan pasca check out.

3. Apakah faktor-faktor pembatas yang harus dihadapi untuk mendapatkan lebih banyak nilai yang diciptakan?

Mengetahui bahwa paketan hasil sudah sampai rumah dengan selamat dan tepat waktu adalah nilai lebih ketika berbelanja online. Begitupun sebaliknya, ketika barang yang sudah sangat kita inginkan tidak sampai-sampai atau rusak, kesal  dan kecewa adalah harga mati. Artinya, hal seperti ini bisa menjadi hambatan bagi para penjual di marketplace. Maka, memilih partner jasa pengiriman barang yang tepat adalah salah satu kunci bagi rating penjual melalui kepuasan pelanggan.

Dari elaborasi tiga pertanyaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar tidak lagi sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dalam prakteknya, E-commerce memang tidak mempertemukan penjual  dan pembeli. Justru faktanya,  jual beli online tersebut malah mempertemukan para kurir dan pembeli. Dengan realita tersebut, maka kepuasan pelanggan saat ini tidak hanya digantungkan kepada pelayanan penjual, tetapi juga kepada jasa kurir yang mengantarkan barang pesanan.

Ketika pelanggan sudah menilai "pengiriman tepat waktu dan barang sesuai pesanan", maka dapat disimpulkan proses jual beli online tersebut sudah selesai dengan baik. Artinya, penjual sudah melayani dan memberikan barang sesuai pesanan, kurir sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, dan pembeli terpuaskan.

Gandeng tangan antara UMKM dan perusahaan jasa pengiriman logistik seperti JNE harus semakin erat di era E-commerce seperti saat ini. UMKM harus semakin kreatif dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang semakin banyak. Sedangkan jasa pengiriman logistik harus semakin banyak dan menjangkau keseluruh pelosok negeri agar semakin banyak UMKM yang terbantu. Dengan kolaborasi yang baik diantara keduanya, potensi meningkatnya daya beli dan perputaran ekonomi masyarakat akan semakin tinggi.   

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun