Masih ingatkah kita dengan peristiwa-peristiwa yang menjadi sorotan publik? Cobalah sesekali kita hitung berapa peristiwa yang viral di masyarakat. Mulai dari yang sederhana sampai yang tak sederhana.Â
Viral terbukti mampu membuat peristiwa sederhana menjadi fenomena yang luar biasa, membuat peristiwa kelas lokal diperbicangkan orang satu negara, atau bahkan menjadi obrolan sementara dunia.
Sebagai contoh, bermacam-macam fenomena viral silih berganti dan terbukti mampu menarik perhatian masyarakat dari yang paling simpel seperti fenomena anak-anak berdiri di pinggir jalan menunggu bunyi "telolet" bus, sampai dengan yang rumit seperti viral bunyi "nego-negoan" di telepon antara pejabat negara dengan pejabat perusahaan.
Ya begitulah realita yang ada, peristiwa apapun bisa saja tiba-tiba viral dan menjadi obrolan publik di tengah banjirnya pengguna media sosial. Media sosial bak samudra yang mampu menampung apa saja yang dibawa arus sungai.Â
Pengguna media sosial bisa menghanyutkan "apapun" di sana. Media sosial sebagai jejaring sosial online menjadi sarana berkumpul, bersosialisasi, berbagi pesan, beropini, mengirim gambar dan video, serta konten-konten lainnya.
Memang, fitur kompllit media sosial terbukti bisa menjadi daya tarik tersendiri serta mampu membuat jutaan orang bersedia bergabung dan terhubung satu sama lain.Â
Sehingga peristiwa yang "unik" dan  peristiwa yang "menggemparkan" berpotensi untuk viral dan menjadi sorotan jutaan mata dan dibagikan jutaan kali.
Lantas, melihat banyaknya fenomena viral, tahukah kamu bahwa menjadi viral sebenarnya bisa lebih dari hanya sebatas menjadi sorotan publik? Mari pahami sedikit lebih jauh.
Dalam ilmu pemasaran, fenomena viral ternyata juga didalami dan menjadi salah satu proses komunikasi dengan pasar yang disebut sebagai Viral Marketing.Â