Tak terasa, tinggal beberapa hari lagi bulan Ramadhan akan berlalu, bulan yang berkah ini akan meninggalkan kita. Dan kemudian saatnya kita menyambut bulan baru, yakni bulan syawal atau dikenal dengan idul fitri.
Idul fitri adalah hari raya umat islam, hari kemenangan umat islam. Dimana seluruh umat islam sedang berbahagia, penuh canda tawa dan juga sebagai ajang berkumpulnya seluruh keluarga.
Dalam agama islam hari raya ini merupakan hari yang fitri (dalam bahasa Arab berarti suci), dapat dimaknai sebagai manusia yang suci seperti bayi yang baru lahir tanpa adanya dosa pada dirinya.
Makanya dalam islam pada hari raya ini dianjurkan untuk saling bermaaf-maafan antar sesama, keluarga, tetangga, dan yang lainnya. Namun problematika yang terjadi adalah tradisi yang dari dulu sampai sekarang berjalan dan sempat jadi problematika masyarakat adalah membeli baju lebaran.
Sudah tidak asing lagi jika seluruh toko, pasar, butik, atau mall yang menjual sandang sedang membludak penuh ketika menjelang lebaran. Apalagi sekarang karena masih covid, dan tidak ingin keluar bisa lebih mudah belanja di ecomers kesayangan tanpa ribet tinggal klik dan tunggu pesanan datang.
Tak heran juga jika tukang eksepedisi banyak berlalu lalang dijalanan karena banyaknya paket yang harus diantar. Sebenarnya pentingkah membeli baju baru ketika lebaran ?. Pertama kita cari tahu dulu apa sih makna fitri yang sebenarnya. Makna fitri adalah suci, apa yang dimaksud suci disini ? apakah suci secara lahir atau batin ?
Makna suci dalam idul fitri tentu adalah dua-duanya yakni secara lahir dan batin. Secara lahir yakni badan suci dan secara lahir yakni hati juga harus suci. Adapun pakaian atau sesuatu yang baru sejatinya hanyalah symbol jika baru itu berarti suci. Padahal pakaian tidak barupun juga disebut suci apabila bersih dari kotoran dan tidak najis.
Menurut Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairomi dalam kitabnya Hasiyah al-Bujairami alal Khatib berkata: “ Idul Fitri bukanlah bagi orang yang menggunakan pakaian yang baru. Namun bagi orang yang ketaatannya bertambah. Idul Fitri bukanlah bagi orang yang berpenampilan dengan pakaian dan kendaraan.
Namun, Idul Fitri hanyalah bagi orang yang dosa-dosanya diampuni.” (Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairomi, Hasiyah al-Bujairami alal Khatib, juz 5, h. 412). Dari perkataan beliau dapat di simpulkan bahwa tidak adanya keharusan dalam berpakain baru. Yang terpenting adalah hati yang bersih dan bertambah taat, dan dosa yang yang melebur karena di ampuni.
Oleh karena itu pakaian baru hanyalah sebuah tradisi masyarakat guna untuk merayakan hari raya yang suci ini. Jadi jika punya rezeki yang lebih di sunnahkan membeli dan mengenakannya ketika lebaran. Namun, jika tidak ada rezeki tidak apa memakai pakaian yang lama yang penting bersih dan suci. Ingat ! pakaian hanyalah symbol, yang terpenting adalah hati.
Terimakasih sudah mau mapir dalam tulisan saya. Semoga bermanfaat :)
Salam kasih
Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H