Mohon tunggu...
FAISHOL AMIR
FAISHOL AMIR Mohon Tunggu... Administrasi - Statistisi Muda BPS Kabupaten Situbondo Jawa Timur

Statistisi Muda BPS Kabupaten Situbondo Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Digitalisasi Sensus

31 Januari 2020   16:10 Diperbarui: 31 Januari 2020   16:20 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pidato kenegaraan di gedung MPR-DPR pada tanggal 16 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa data adalah jenis kekayaan baru bangsa Indonesia yang lebih berharga dari minyak (www.kompas.com). Bahkan untuk menegaskan pentingnya data, presiden menandatangani Perpres Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia. Intisari dari Perpres tersebut tentang tata kelola data pemerintahan untuk menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan serta mudah diakses dan dibagipakaikan antar instansi pusat dan daerah. Yang menarik disimak dari Perpres ini adalah kemudahan akses data dan saling sinergi antar sistem elektronik yang terkait dengan data.

Era Revolusi Industri 4.0

Perkembangan jaman menuntut kita untuk selalu menyesuaikan diri dengan berbagai macam perubahan. Mulai dari gaya hidup, budaya, ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Saat ini kita telah memasuki awal era revolusi industri 4.0 yang merupakan penggabungan teknologi otomatisasi dan teknologi cyber. Penggunaan internet dan gadget merupakan ciri khas masyarakat saat ini. Kepraktisan dan kemudahan semacam syarat mutlak untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan di berbagai aspek kehidupan. Katakanlah kebutuhan belanja barang, sarana angkutan, makanan, bahkan pendidikan bisa dipenuhi hanya dengan menjentikkan jemari pada layar gadget kita. Begitu pula dengan kebutuhan data. Dalam hal ini kita fokus pada data BPS.

Dulu sebelum perpustakaan digital dan website resmi BPS diluncurkan, konsumen data harus datang ke kantor BPS mencari data yang dibutuhkan melalui konsultasi langsung atau pubilikasi-publikasi yang tercetak dalam bentuk buku. Namun saat ini data-data tersebut bisa dengan mudah diakses melalui gadget (baca: smartphone atau android) kita tanpa dipungut biaya sepeserpun. Baik melalui website resmi BPS maupun dalam bentuk aplikasi android yang tersedia di Playstore. Seperti aplikasi wedang suji hasil karya BPS Provinsi Jatim yang menampilkan data, tabel, grafik dan infografis berbagai survei dan sensus yang dilaksanakan di Jawa Timur. Tentu ini sebuah terobosan bagus. Aspek kemudahan memperoleh data telah terpenuhi. Namun inovasi harus terus dilakukan. Kebutuhan konsumen data terus meningkat. Mereka butuh data yang real time, mutakhir, lebih beragam dan objektif.

BPS pun menjawab tantangan tersebut. Sebagai contoh, sejak tahun 2017, BPS bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan didukung oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN); Badan Informasi dan Geospasial (BIG); serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mulai menerapkan metode baru estimasi perhitungan luas panen yang dikenal dengan Kerangka Sampel Area (KSA).

Metode ini mengkombinasikan teknik statistik dengan luas lahan baku sawah hasil citra satelit, informasi geospasial dan aplikasi android. Informasi tentang fase pertumbuhan tanaman padi, luas panen, luas puso dan lahan bukan sawah disajikan secara real time, akurat dan objektif dan bisa didapatkan hanya dengan bantuan gadget. Saat ini bahkan KSA juga telah diterapkan pada tanaman jagung sejak April 2019. Hasilnya, keakuratan data KSA dipuji banyak pihak dan lebih menggambarkan kondisi nyata data luas tanaman padi dan jagung di Indonesia.

Beberapa survei yang lain pun telah menggunakan sarana gadget dan dukungan internet untuk melakukan proses pendataan atau pencacahan. Yang terbaru, kegiatan Pemetaan dan Pemutakhiran Muatan Wilayah Kerja Statistik (Wilkersatat) SP2020. Menariknya, kegiataan pemetaan ini mampu menyajikan batas-batas Satuan Lingkungan Setempat (SLS; RT RW contohnya) secara akurat dan nyata dengan mengandalkan tampilan visual citra satelit/ maps google. Bahkan dilengkapi dengan landmark batas-batas SLS dan bangunan infrastruktur penting yang tercakup dalam kegiataan pemetaan ini. Hasil kegiatan pemetaan ini akan menjadi petunjuk dasar perencanaan Sensus Penduduk 2020

SP2020, Sensus Digital

Tak salah kiranya jika Sensus Penduduk 2020 mendatang dikatakan sebagai sensus digital. Terobosan inovasi yang sangat menarik yaitu hadirnya sensus online. Ya, responden diberi kesempatan mengisi sendiri kuesioner sensus yang tersaji dalam 16 macam pertanyaan yang bisa diisi/ jawab secara langsung melalui gadget masing-masing. Ini sangat membantu bagi mereka yang sangat sibuk dengan rutinitas harian, tingkat mobilitas yang tinggi dan tak sempat bertemu dengan petugas sensus nantinya.

Kegitan Sensus Online SP2020 sendiri akan berlangsung mulai bulan Februari sampai maret 2020. Bagi penduduk yang belum bisa mengikuti Senus Online akan didata secara langsung pada bulan Juli 2020. Metode sensus 2020 nantinya menggunakan metode kombinasi yakni menggunakan data Dukcapil sebagai sumber data utama (register-based) dan mengandalkan sensus mandiri melalui web sebagai moda pendataan mandiri. masyarakat dapat mengupdate data kependudukan sendiri dengan computer-assisted web interviewing (CAWI).

Akhirnya kita semua harus mempersiapkan diri menghadapi Sensus Penduduk 2020. Perubahan metode pendataan, bagi kaum milenial diartikan kemudahan karena bisa dilakukan secara online, sejatinya bertujuan demi menghasilkan satu data kependudukan Indonesia untuk keperluan proyeksi penduduk, indikator SDGs, dan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan. Tentu ini butuh dukungan dari seluruh pihak, baik BPS maupun stakeholder terkait dan masyarakat pada umumnya. Selamat datang Sensus Penduduk 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun