Mohon tunggu...
Faishol Adib
Faishol Adib Mohon Tunggu... Penulis - Profiless

Person without Profile

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan ke Jepara

11 November 2021   07:53 Diperbarui: 11 November 2021   07:57 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Santri Menghormati Tamu/dokpri

Bagun jam 02:15 WIB, lalu menyiapkan segala perbekalan. Saya bersama istri mulai berangkat jam 03:15 WIB menuju Jepara untuk mengunjungi Akmal yang mondok di Pondok Pesantren Amtsilati. 

Mungkin karena tadi malam hujan lebat, kaca mobil bagian luar seringkali tertutup embun. Akibatnya saya sering menyalakan wiper untuk menyeka embun di bagian kaca. Perjalanan menjadi agak tersendat dengan kondisi kaca yang terus mengembun. Kecepatan hanya berkisar 50 km/jam. 

Apalagi, saya masih ngantuk karena tadi malam tidak bisa tidur nyenyak. Badan gatal. Saya tidak bisa langsung tidur. Mungkin baru satu jam setelah rebahan baru tertidur.

Kecepatan pun tidak bisa dipaksanakan untuk melaju cepat. Sempat berhenti di Klaten. Saya merasa kedinginan karena tidak mengenakan jaket. Saat berhenti, saya mencoba menyelimuti tubuh, lalu perjalanan saya lanjutkan.

Kami berhenti lagi di SPBU Kertonatan Surakarta, lokasinya sebelum masuk Tol Colomadu. Rasa kantuk tak bisa tertahankan. Saat berhenti di pom bensin itu, saya tidur sambil mendengarkan alunan musik dangdut di SPBU itu. 

15 menit tidur sudah cukup membuat mata segar. Setelah sholat subuh, perjalanan kami lanjutkan tanpa rasa kantuk lagi. Selang beberapa saat memasuki Tol, nampak kabut cukup tebal yang mengharuskan lampu mobil dinyalakan. Perjalanan lancar tanpa berhenti hingga kami tiba di Demak jam 07:30 WIB saat kami menemukan Warung Soto Khas Semarang.

Saat sarapan, saya berpikir akan tiba di Pondok Pesantren Amstilati terlalu cepat bila setelah sarapan langsung meluncur ke sana. Saya pun menelpon seorang kakak kelas waktu mondok di Krapyak. 

Namanya Muhammad Miftah yang saat ini menjadi bagian dari keluarga besar Pondok Pesantren Balekambang, Jepara. Alhamdulillah ada di rumah dan kami pun meluncur ke pondok tersebut.

Pondok Pesantren Roudhatul Mubtadiin Balekambang berdiri sejak 1884 M, menjadi salah satu pondok tertua di Jawa Tengah, mungkin juga di Indonesia. Sempat vakum saat zaman pra-kemerdekaan karena untuk menghindari serangan kaum kompeni, lalu aktif kembali hingga sekarang.

Pondok tersebut memiliki lembaga sekolah formal dari tingkat MI, MTs, MA, SMK, hingga Politeknik dan Ma'had Aly Jurusan Hadits. Saat memasuki area pondok itu, kami melihat santri-santri yang sepertinya masih tingkat MI. Tubunya kecil, tentu saja. Kami pun jadi ingat Akmal yang sebentar lagi akan kami sambangi.

Saat Santri Menghormati Tamu/dokpri
Saat Santri Menghormati Tamu/dokpri

Ada yang menarik saat kami pamitan pulang dan melintasi komplek pondok. Saat mobil kami berjalan dengan pelan, para santri yang sedang berjalan melewati jalan itu tiba-tiba berhenti menghadapkan tubuhnya ke mobil kami. 

Itu terjadi pada kelompok santri lain yang sedang berjalan. Kami pun menduga, ini bagian dari akhlaq santri yang diajarkan di pondok itu untuk berhenti dan menghormati tamu yang sedang berpapasan dengan mereka.

Setelah melewati kompleks pondok, mobil mulai saya pacu dengan cukup kencang. Kami mengejar waktu untuk bisa sampai di Pondok Amtsilati jam 11:30 WIB agar saya bisa mengikuti sholat jum'at. Kami melewati jalan alternatif yang bila berpapasan mobil harus pelan agar tidak tersenggol. Kondisi jalan juga naik turun dan berbelok.

Alhamdulillah kami bisa tiba di Pondok Amtsilati tepat jam 11:30 WIB. Saya buru-buru wudhu lalu menuju Gedung Pesanggarahan yang menjadi tempat sholat jum'at santri Amtsilati. 

Sebelum memasuki gedung itu, dari kejauahn saya mengintip tangga asrama Akmal, untu melihat apakah Akmal akan melewati gang di mana saya menunggu.

Setelah menunggu 30 menit, dari kejauahan Akmal turun dari tangga lalu berlari menuju Gedung Pesanggrahan dengan mengambil jalur yang lain di mana saya berdiri menunggunya. Berharap bila melintasi jalur di mana saya berdiri, saya ingin memberi kejutan karena dia tidak tahu kalau hari ini akan kami kunjungi.

Tepat jam 12:00 WIB, saya memasuki Gedung Pesanggrahan sambil mencari Akmal dan masih berharap memberi kejutan. Saya melihatnya, sedang duduk di tangga gedung. 

Saat tidak memperhatikannya, ternyata Akmal berjalan dan melewati saya. Karena kepala saya tutupi dengan sakjadah, Akmal tidak tahu kalau saya duduk tepat di sampingnya. Tangan Akmal pun saya pegang dan Akmal langsung memanggil saya: "Ayah!"

Tulisan ini pertama kali tayang pada tanggal 5 November 2021 di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun