Begitu yang pernah aku katakan pada ibuku. Pada saat itu juga, aku bangkit dan tidak menyerah pada nasib. “Mengapa dari dahulu, aku tidak mendengarkan nasihat dari temanku, Rahma ya?” Pikirku seperti demikian.
Setelah pengumuman SNMPTN ada jeda waktu satu bulan menuju tes SBMPTN. Dalam jeda itu, aku mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk belajar. Belajar dari pengalaman, dalam tes SBMPTN ini aku tidak boleh gagal lagi. Dalam satu bulan ada empat minggu. Dua minggu aku belajar sendiri di rumah, dengan membuka buku paduan strategi lolos SBMPTN, terus membuka,membaca,memahami,dan mengerjakan soal-soal yang ada dalam buku itu. Dua minggunya lagi menjelang SBMPTN aku belajar di rumah Pak Agus bersama teman-teman.
Di rumah Pak Agus aku belajar mengenai strategi untuk menghadapi SBMPTN. Pak Agus mengibaratkan SBMPTN ini dengan sebuah kata ‘perang’. Mengapa demikian? Ya beliau mengibaratkan demikian karena mengetahui bahwa SBMPTN ini tidak mudah, layaknya sebuah musuh dalam peperangan yang harus dihadapi.
Beliau juga pernah berkata “Dalam peperangan itu yang ada hanya dua, kemenangan dan kekalahan. Jika kamu ingin menang makan persiapkan dirimu dengan sebaik mungkin”. Beliau merupakan sosok yang benar-benar aku idamkan, tidak hanya mengajarkan untuk terus belajar strategi perang.
Beliau mengajariku untuk meningkatkan kegiatan spiritual seperti beribadah, berpuasa sunnah dan kegiatan peningkatan spiritual lainnya. Beliau mengajarkan bukan hanya untuk urusan duniawi saja, urusan untuk bekal di akhirat-pun beliau ajarkan. Selama dua minggu aku di rumah Pak Agus, dan beliau terus mengajarkan strategi perang, peningkatan spiritual, dan berbagai motivasi beliau sampaikan kepadaku dan teman-teman lainnya. Tidak terasa lusa sudah mulai tes SBMPTN. Pak Agus memotivasi dan memberikan semangat “Jika kamu sudah berusaha, berikhtiar maka serahkan hasilnya pada Yang Maha Esa. Terima saja hasilnya karena itu merupakan jalan yang terbaik untukmu dari Yang Maha Esa”.
Sebelum tes SBMPTN, H-2 aku berpamitan dengan Pak Agus dan menuju rumahku sendiri. Jeda waktu H-2 itu dimanfaatkan untuk tenang atau hari tenang, begitu Pak Agus menyebutnya. H-2 di rumahku sendiri aku menerapkan apa yang telah Pak Agus motivasikan padaku, aku sangat tenang di rumahku sendiri dan tidak lupa untuk terus beribadah mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa semoga kesuksesan bisa aku dapatkan, dan tidak membuat keluargaku bersedih karena kecewa lagi terutama ibuku.
Waktu perang sudah tiba, aku harus siap menghadapi ini. Pada tanggal 16 Mei aku berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB sesudah beribadah, sarapan pagi, dan memohon do’a restu kepada keluarga agar diberikan kemudahan untuk menghadapi perang. Pukul 08.30 WIB aku sampai di tempat perang. Aku mempersiapkan segalanya
Di Jalan Perjuangan tempatku berperang atau menghadapi tes SBMPTN. Aku sudah mempersiapkan segalanya. Aku sudah sangat yakin menghadapi perang ini, tepat pukul 09.30 WIB lonceng kelas untuk tes berbunyi, itu tandanya aku harus siap dan bergegas masuk ke dalam kelas tersebut. Aku sudah duduk siap, tegap, dan rapi.
Pengawas ruangan membacakan tata tertib selama SBMPTN berlangsung, memeriksa persyaratan yang sudah ditentukan sebelumnya, dan membagikan selembar kertas putih kepadaku.
Aku mempersiapkan peralatan perang seperti Pensil dan Penghapus, dengan mengucapkan kalimat ‘Basmallah’ Aku-pun mulai berjuang menghadapi selembar kertas putih. Sampai menunjukkan pukul 12.00 WIB dan adzan berkumandang, aku selesai mengerjakan tes SBMPTN yang pertama dan bergegas untuk menuju masjid melaksanakan ibadah sholat dzuhur berjama’ah, sesudah berdo’a aku pergi ke kantin untuk membeli makanan.
Pukul 13.30 WIB lonceng kelas berbunyi kembali menunjukkan sesi perang tes SBMPTN yang kedua sudah dimulai. Singkat cerita pukul 15.30 WIB aku selesai mengerjakan sesi tes SBMPTN yang kedua. Dan sholat ashar berjama’ah setelah itu langsung pulang ke rumah. Jadi, tes SBMPTN yang pertama itu Tes Kemampuan Potensi Akademik (TKPA) dan tes yang kedua itu Tes Kemampuan Dasar (TKD) Soshum karena aku berasal dari jurusan IPS waktu SMA.