Indonesia merupakan negara yang ada di kawasan Asia, tepatnya di regional Asia Tenggara. Indonesia menganut prinsip politik luar negeri 'bebas dan aktif'. Politik luar negeri Indonesia yang dikenal dengan prinsip bebas dan aktif yang merupakan landasan penting dalam interaksi internasional negara Indonesia. Prinsip ini pertama kali dicetuskan oleh Mohammad Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia, dan telah menjadi doktrin dalam kebijakan luar negeri Indonesia sejak awal berdirinya negara. Makna kata bebas dan aktif ini adalah Indonesia merupakan negara yang 'bebas' atau independen yang dapat diartikan Indonesia tidak bergabung dengan blok manapun atau biasa disebut Non-Blok. Lalu kata 'aktif' diartikan bahwa Indonesia berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas global. Ini termasuk keterlibatan dalam diplomasi, mediasi konflik, dan partisipasi dalam organisasi internasional. Karakteristik prinsip ini adalah :Â
- Independensi : Indonesia berusaha untuk tidak terpengaruh oleh kekuatan luar dan berkomitmen pada prinsip non-interferensi terhadap urusan dalam negeri negara lain.
- Promosi Perdamaian : Fokus pada penyelesaian konflik secara damai dan mendukung inisiatif yang mempromosikan stabilitas regional dan global.
Lalu apakah Indonesia merespon konflik Rusia dan Ukraina secara tepat sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yaitu bebas dan aktif?
Kronologi Konflik Rusia vs Ukraina
Sebelum kita memasuki pembahasan mengenai respon Indonesia, kita cari tahu bagaimana latar belakang terjadinya konflik ini terelbih dahulu. Konflik ini dimulai dengan adanya ketegangan politik dan keinginan masyarakat untuk bergabung dengan barat, hingga terjadinya persitiwa Revolusi Euromaidan. Pada 2014, protes besar-besaran di Ukraina menentang pemerintahan pro-Rusia Viktor Yanukovych, yang berujung pada penggulingannya. Revolusi ini membuka jalan bagi keinginan Ukraina untuk lebih dekat dengan Uni Eropa dan NATO, yang dianggap sebagai ancaman oleh Rusia. Setelah peristiwa Euromaidan, terjadilah Aneksasi Krimea. Dalam kekosongan kekuasaan setelah kejatuhan Yanukovych, Rusia mencaplok Krimea. Tindakan ini didukung oleh referendum yang dianggap ilegal oleh banyak negara.
Rusia melihat kondisi terkini dari Ukraina yang lepas dari pengaruhnya dan malah ingin bergabung dengan blok barat, hal ini menciptakan kekhawatiran geopolitik untuk Rusia. Salah satu penyebab utama ketegangan adalah keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Rusia melihat hal ini sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya, khawatir akan penempatan senjata NATO di perbatasannya. Bahkan Rusia memberikan dukungan terhadap gerakan separatis di wilayah timur Ukraina (Donetsk dan Luhansk), yang memperburuk situasi dan menciptakan konflik bersenjata yang berkepanjangan.
Hubungan Indonesia dan Rusia
Hubungan Indonesia dan Rusia sangat erat, dimulai dari awal kemerdekaan Indonesia, hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia sudah terbentuk. Rusia saat masih tergabung dengan Uni Soviet sering membantu Indonesia dengan alutsista dan banyak kerja sama antara kedua negara ini. Stadion Gelora Bung Karno juga dibantu Rusia saat masa pembangunannya, lalu Tugu Tani merupakan hadiah dari Uni Soviet untuk Indonesia, dan Kedekatan persaudaraan Indonesia dengan Rusia tercermin dari banyaknya lagu Indonesia pada era Soekarno yang diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia, seperti lagu "Rayuan Pulau Kelapa" dan "Naik Delman". Dari situ kita tahu bahwa hubungan Indonesia dan Rusia sangat erat, dan memiliki sejarah yang panjang.
Respon Indonesia terhadap Konflik Rusia vs Ukraina dalam Forum Internasional
Pada 7 April 2022, Indonesia memilih abstain dalam pemungutan suara untuk menangguhkan status Rusia di Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Pemungutan suara ini dilakukan atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh tentara Rusia di Ukraina. Indonesia memilih abstain karena menilai Majelis Umum PBB perlu bersikap hati-hati dan tidak mencabut hak sah anggotanya sebelum memiliki seluruh fakta yang ada. Selanjutnya PBB melakukan sidang pada tanggal 24 Februari 2023 dengan mengeluarkan resolusi Resolusi PBB ini menyerukan perdamaian sesegera mungkin. Resolusi ini menegaskan kembali dukungan untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina, menolak klaim Rusia atas bagian-bagian wilayah Ukraina yang diduduki. Indonesia menyetujui resolusi tersebut, hal ini membuktikan bahwa Indonesia tidak selalu mendukung Rusia. Namun Indonesia tidak pernah menunjukkan sikap permusuhan terhadap Rusia, bahkan Indonesia tetap menjaga hubungan baiknya kepada Rusia, hal ini menjadikan posisi Indonesia dalam konflik ini adalah netral dan tidak memihak. Indonesia juga menawarkan diri untuk menjadi mediator untuk kedua negara ini bisa berkomunikasi dan berdiskusi untuk menemukan solusi permasalahan. Hal ini terjadi pada forum KTT G7 di Hiroshima, Jepang.
Pada artikel ini saya menggunakan Perspektif Liberalisme dalam menganalisis respon dari Indonesia untuk konflik Rusia dan Ukraina.Â
Perspektif Liberalisme
Liberalisme menekankan kerjasama internasional, demokrasi, dan posisi hukum. Indonesia berusaha untuk menjaga pendekatan netral dan diplomatis. Hal ini dibuktikan bahwa Indonesia juga menjalankan komitmennya terhadap multilateralisme dengan ikut ambil suara dalam konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia tidak mendukung Rusia dalam invasinya di wilayah Ukraina, namun juga tidak secara terang-terangan mengecam dan memberikan pandangan negatif ke Rusia. Bahkan Presiden Republik Indonesia kala itu Bapak Joko Widodo menegaskan siap untuk menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina, hal itu disampaikan pada forum KTT G7 Â di Hiroshima, Jepang.
Kesimpulannya, respon Indonesia sudah tepat karena sudah sesuai dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yaitu bebas dan aktif yang diimplementasikan pada aktifnya Indonesia pada Forum Internasional untuk mendukung perdamaian antara Rusia dan Ukraina melalui jalur mediasi. Lalu Indonesia berhasil mempertahankan posisi netralnya dalam konflik ini, karena Indonesia tidak berpihak pada satu sisi saja.
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H