Anak-anak Palestina yang dibunuh oleh Israel selama bertahun-tahun---termasuk tahun lalu---telah dilupakan oleh dunia. Menurut laporan, setidaknya 56 orang anak terbunuh oleh Israel pada tahun 2018. Di Gaza, 49 anak-anak dibunuh oleh Israel dalam kegiatan yang berkaitan dengan protes Great March of Return. Amunisi langsung digunakan oleh Israel dalam 73 persen dari kematian yang didokumentasikan oleh DCIP, yang juga mencatat "140 kasus anak-anak Palestina yang ditahan oleh pasukan Palestina."
Beberapa pekan lalu, seorang remaja Palestina ditembak oleh tentara Israel dan terluka parah ketika ia berusaha melarikan diri dari upaya penahanan mereka, terlepas dari kenyataan bahwa ia sudah diborgol dan dipasangi penutup mata. Osama Hajahjeh termasuk di antara sekelompok pemuda Palestina yang ditangkap karena melemparkan batu ke arah tentara Israel di desa Tepi Barat, Tuqu'.
Awal bulan April 2019, pasukan Israel juga menangkap Zein Idris, bocah lelaki Palestina berusia 9 tahun, di sekolahnya di kota Hebron Tepi Barat dan menahannya di pangkalan militer terdekat selama kurang dari satu jam.
Sebuah klip video yang direkam oleh juru kampanye hak asasi manusia Aref Jaber menunjukkan para tentara Israel di dalam sekolah dasar yang berusaha untuk menangkap Zein Idris dan adik lelakinya Taim yang berusia 7 tahun, ketika kepala sekolah dan para guru berupaya menghentikan penangkapan itu.
Pada satu titik, seorang prajurit mengancam akan mematahkan lengan seorang guru jika dia tidak melepaskan Zein. Zein akhirnya dibawa pergi ke sebuah kendaraan militer dan ditahan di sebuah pangkalan militer terdekat selama kurang dari satu jam, menurut sekolah tersebut.
Osama dan Zein hanyalah dua dari ribuan anak-anak Palestina yang telah ditahan, terluka, atau bahkan dibunuh oleh angkatan bersenjata Israel selama bertahun-tahun karena melemparkan batu. "Menangkap anak-anak di sini menjadi tindakan yang normal," kata Jaber, seorang aktivis hak asasi manusia, kepada CNN.
Tetapi penahanan terhadap anak-anak jauh dari tindakan yang "normal."
"Situasi di lapangan di Wilayah Pendudukan Palestina, dengan lebih dari lima dekade pendudukan militer Israel, adalah krisis hak asasi manusia yang terus-menerus dengan dampak parah pada hak-hak anak, yang menjadi korban pembunuhan di luar hukum, penahanan sewenang-wenang, dan kebijakan hukuman kolektif seperti penghancuran rumah," Saleh Higazi, wakil direktur regional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara di Amnesty International, dilansir Vox, Minggu (28/4).