Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran untuk Hari Ini

27 November 2023   09:17 Diperbarui: 27 November 2023   09:28 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru mengajar, ilustrasi/thinkstock

Di lapangan upacara, di bawah terik matahari, dengan keringat yang telah membasahi seluruh tubuh. Bisnu masih semangat mengarahkan siswanya.

"Membaca puisi itu harus menguasai naska, intonasi dan ekspresi. Saya kira tiga hal itu jadi dasar untuk kalian bawa terus."

Satu per satu siswanya dipanggil untuk mempraktikkan langsung ilmu yang telah diberikan. Tapi tidak semua mampuh, banyak yang masih mengejah, membaca datar dan terlalu cepat. Tapi air muka Bisnu selalu sama. Tetap tersenyum dan penuh kasih sayang.

"Tidak mengapa jika kalian belum bisa. Belajar itu seperti tangga, perlahan dan tidak harus cepat." Dia menjelaskan lagi, "ayo siapa lagi yang mau membaca?"

"Saya pak guru." Ujar Albotil bersemangat.

Dengan badan yang tegap dan tangan yang tegas menggenggam naska puisinya, Albotil membaca dengan suara lantang dan matang.

Guruku, engkau adalah raja tanpa mahkota
Laksana bulan, kau menyinari kami yang masih gelap dalam berfikir
Kau tuntun kami tanpa lelah
Tak pernah marah

Hanya senyum yang kau balas dari usilan kami
Guru, di balik lengan bajumu banyak cita-cita mengantung
Guru, kamu pahlawanku
.........
Lalu tepuk tangan bergemuru. Bisnu kembali mengarahkan para siswa-siswanya itu. "Nah, itu yang bapak maksud. Harus seperti Albotil yang sudah mampu mempraktikan tiga point tadi." Dia menyeruhkan kepada siswa untuk kembali memberi sanjungan tepuk tangan sekali lagi buat Albotil.

"Bapak yakin, kalian semua pasti bisa. Kalian hanya butuh ketekunan untuk terus belajar. Sekali waktu, kalian akan menjadi pembaca puisi yang hebat. Bapak yakin itu." Bisnu kembali menggugah mereka dengan motivasinya.

Lalu pembelajaran puisi diakhiri saat semua siswa telah membacakan puisi-puisi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun