Siang itu, ketika mendengar kabar ada Eksavator dan Tractor melakukan penggusuran jalan di belakang kampung. Semua pun berbondong-bondong kesana, tak terkecuali anak-anak sekolah yang kala itu baru pulang sekolah.
"Ayo kita lihat oto gusur." Ucap anak-anak sembari berlari menuju tempat penggusuran. Mereka seakan terlihat semangat menyaksikan alat berat yang sedang membongkar hutan itu. Ini karena terbilang pertama dan hal baru bagi mereka.
Jika anak-anak bersemangat kesana hanya melihat alat berat itu, lain lagi dengan para bapak dan ibu-ibu yang juga pergi ke sana. Mereka lebih melihat pada antusias pemerintah yang mengabuli keinginan mereka soal pembangunan jalan lingkar yang sudah mereka mimpikan sejak lama.
"Alhamdulillah, pengusuran jalan lingkar pulau Makian sudah dilakukan. Akhirnya akses kita semakin muda." Ujar seorang bapak yang berdiri mengamati tractor mengedus tanah.
Memang sebelumnya masyarakat di kecamatan Makian Barat jika hendak pergi melakukan pengurusan ke Kecamatan Induk, mereka harus menggunakan perahu ketinting untuk bisa sampai ke sana. Karena jarak jarak yang jauh juga tidak ada jalan darat yang menghubungkan satu desa ke desa yang lain untuk di lalui.
Pernah satu waktu dulu ketika saya dan dua orang teman berkesempatan mengikuti lombah cerdas cermat tingkat sekolah dasar, yang di laksanakan oleh pemerintah kecamatan pulau Makian. Untuk sampai ke sana, kami harus berbasah-basah menantang gelombang dengan perahu katinting.
Dengan di buatnya jalan lingkar pulau Makian, merdeka sudah masyarakat disini dari kesengsaraan. Tidak lagi berbasa-basa, atau teriak histeris di laut lepas tatkala perahu di terpah angin dan ombak-ombak.
Eksafator dan tractor itu terus bergerak, membabat pohon dan alang-alang, seketika semua jadi terang. Saking antusianya pengusuran itu, para warga disini merelakan pohon kelapa dan kenari yang masuk pada dena perencanaan pembangunan jalan di robohkan oleh eksavator dan tractor itu.
"Ini penantian yang lama, jadi tidak mengapa, asalkan jalan bisa di bangun." Ujar Diman kala itu.
Ketika kenari dan kelapa di robohkan, anak-anak berebutan untuk memetik buah kenari dan kelapa yang masih mengantung di ranting-rantingnya. Riak suara pun bersahutan, "Wuh kelapa muda eh.", "jangan ambil, ini saya punya." Mereka saling beradu memetik.
Setelah beberapa hari dilakukan penggusuran jalan di belakang desa kami selesai. Pengusuran itu lalu berlanjut ke desa tetangga, kemudian berlanjut lagi dari desa ke desa. Setelah sekitar tujuh bulan lamanya, pekerjaan itu akhirnya dinyatakan selesai.