Berbagi itu indah, mungkin begitu yang saya pahami. Terlebih berbagi pengalaman dan ilmu dengan masyarakat. Maka ketika mendapat kabar dan ajakan dari adik saya di kampus, bahwa mereka hendak menyusul rekan-rekan Hima PGSD yang lagi buat kegiatan langkah berbagi di salah satu desa yang ada di Jailolo. Saya lalu tanpa pikir dan timbang langsung menurutinya.
Siang itu, saya dan tiga orang junior saya akan berangkat ke Jailolo menyusul teman-teman lain yang sudah dulu berangkat kesana. Sesuai jadwal kapal, tepat pukul 15:00 wit kapal akan lepas dari dermaga. Maka tepat pukul 14:30 wit, setelah selesai mengemas barang bawaan saya dan Akbar kemudian bergegas menuju pelabuhan.
Sesampainya kami di pelabuhan, Imha, Mira dan Indri terlihat sudah menunggu di ruang tunggu. Mereka langsung mengarahkan kami untuk transaksi pembelian tiket sebab bunyi stum kapal telah dua kali di bunyikan.
"Kalian lama sekali kak." Ucap Imha saat kami menghampiri mereka.
"Iya, tadi lagi ada urusan di kampus." Jawab akbar sembari meletakkan ransel bawaannya.
"Akbar, kau seperti pinda rumah saja ya. Barang bawaanmu banyak benar." Ucap Mira dengan nada canda.
Mendegar ucapan Mira, tawa kami pun pecah mengurai suasana penat siang itu juga membuat penumpang lain menatap kami keheranan. Setelah memastikan semua barang bawaan tidak ketinggalan kami pun bergerak menuju kapal sesaat pengumuman pemberitahuan kapal yang kami tumpangi lepas dermaga.
Sampai di sisi kiri kapal, antrian naik pun di berlakulan. Satu persatu penumpang berjalan naik mengikuti tangga dengan lebarnya 60 cm yang diletakkan dihaluan kanan kapal. Setelah mendapat giliran, saya pun naik di ikuti Imha dan Mira juga Indri. Semntra Akbar masih di dermaga, dia terlihat seperti ragu untuk menjatukan pijakannya. Pasalnya kapal sesekali oleng membuat tangga pun ikut maju mundur tak beraturan.
"Lompat dan naik Bal, kau ini laki kok penakut." Ucap Indri
Sementara di samping kami, ada ABK yang juga turut mengarahkan Akbar.
"Saya hitung sampai tiga kau langsung lompat ya." ABK itu mengarahkan. Lalu sejurus kemudian Akbar langsung singgap dan sudah berada di haluan kapal.
Tepat didepan pintu dek 2 kapal kami duduk. Iya, di samping kami mengamati pemandangan saat perjalanan di situ itu juga kami dapat menikmati udara yang dengam bebas keluar masuk mengusir hawa panas. Selang berapa menit, mesin kapal di nyalahkan. Setelah nahkoda memastikan semua penumpan sudah naik, juga surat berlayar telah di kantongi maka tali pandara pun dilepaskan.
Kapal mulai berjalan, riuh suara dari pecah arus pun mulai terdengar di bawa kolong kapal. Sesekali kapal terasa naik turun saat menantang gelombang. Sementara terlihat di kejauhan, mendung menyelimuti pulau Halmahera. Melihat cuaca yang kurang bersahabat Imha terlihat mulai cemas.
"Santai saja, ini hanya gelombang pantai. Sebentar lagi lautnya suda tenang ketika kapal sudah mulai menjauh dari garis pantai." Ucapku mencoba mengurai kecemasan yang di rasakan.
"Iya, semoga saja kaka air laut tenang sampai di tempat tujuan." Ucap Imha
Kapal terus berjalan, melewati beberapa gugusan pulau juga perahu nelayan di sisi kiri dan kanan kapal. Â Air laut pun sudah mulai tenang saat kapal sudah benar-benar jauh dari garis pantai. Tidak ada lagi arus apalagi gelombang, hanya terlihat ada tumpukan sampah yang terapung membuat nahkoda menuntun haluan kapal coba menghindar dari tumpukan sampah itu. Melihat sampah-sampah yang mengapung itu, saya jadi ingat riset yang pernah saya buat beberapa tahun lalu saat saya masih jadi seorang kuli tinta di sebuah media online.
Dari riset itu, sampah adalah permasalahan yang paling sulit di selesaikan bukan hanya di pemerintah daerah melainkan pemerintah pusat juga. Dan tafsiran saya soal sampah yang beberapa tahun belum bisa di selesaikan terbukti sampai sekarang. Sampah adalah persoalan serius, dan jika persoalan ini dilimpahkan seluruhnya pada instansi terkait saya rasa persoalan ini tidak pernah selesai. Maka saatnya kita harus bergandeng tangan dengan mereka untuk sama-sama kita selesaikan persoalan yang masih menjadi pekerjaan rumah itu.
Sudah satu jam kami di dalam kapal. Dari informasi yang saya terima oleh penumpang lain, satu jam lagi kapal akan tiba ditempat tujuan. Saat Imha, Indri dan Mira memilih tidur, saya lalu mengajak Akbar duduk dihaluan kapal untuk sekedar bercerita lepas sembari menikmati pemandangan yang disajikan.
"Pengabdian itu baik Bal. Terlebih kepada masyarakat. Walau hanya sedikit yang kita kasih tapi itu lebih baik dari diam kita ke mereka." Ucap saya
"Iya kak, kita akan terus mendorong agar teman-teman selalu sedia berbagi dengan masyarakat kita."
"Iya, di tahun 2021 ini adalah yang perdana. Maka harus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Jadikan pekan pengabdian kita yang perdana ini sebagai budaya akademik yang nanti diwariskan oleh generasi kemudian. Intinya pengabdian adalah bagian dari ruh Mahasiswa PGSD Unkhair."
"Iya kak, semoga Tuhan selalu merahmati semua langka kita."
"Eh kak, ada lumbah-lumbah." Ucap dia dengan wajah bahagia sembari mengarahkan telunjuknya.
Maka dengan siggap aku mengamati dan melihat juga mengabadikan puluhan kawanan lumbah-lumbah yang melompat-lompat di selah perahu nelayan itu di ponsel saya.
***
Lambung kapal mulai menempel di dermaga Pelabuhan Jailolo setelah dua jam lebih mengarungi samudra. Setiap penumpang terlihat sudah mulai sibuk menenteng barang bawaannya. Begitu juga dengan kami berlima. Melihat Imha yang kesulitan, saya turut membantu menenteng barang bawaannya, Akbar berbagi barang dengan Mira. Sementara Indri terlihat santai karna barang bawaannya sedikit.
"Ada yang jemput kan. Saya baru pertama loh ke sini." Tanya saya sebelum turun.
"Iya kak, Bili si ketua panitia kegiatan nanti yang menyambut kita." Ucap Indri.
Kami lalu bergerak menuju tangga dan perlahan turun ke pelabuhan. Sampai di pelabuhan, orang-orang yang menyediakan jasa angkut mulai berebut tawar dengan para penumpang. Aku memilih menepih diikuti mereka berempat untuk sekedar sedikit menikmati sajian indah yang di tawar oleh rimbun magrove yang memanjang dengan nelayan yang sedang membuang jalan ditepihnya. Sembari menunggu si Bili datang, tak lupa kami berswa foto untuk mengabadikan jejak kami.
"Ayo foto, saya ingin membuat postingan dengan captions ad rindu untukmu Azzahra." Ucap saya yang langsung di sambut tawa.
Selang beberapa saat, si Bili datang. Dia langsung bantu menenteng barang bawaan dan menuntun kami menju tumpangan kami.
"Bili, ke Bobanehena berapa jam pakai bentor." Tanya Akbar.
"Oh, hanya sekitar 15 menit kak. Tidak sampai jam." Ucap Bili
"Wah dekat ya, ayo pak bentor bawa kami ke Desa Bobanehena." Seru saya dan kami pun lalu.
Bentor bergerak cepat, melewati monumen patung dengan corak seorang ibu menenteng saloi. Lalu bergerak menuju selatan melewati setiap desa dengan rumah yang berjejer rapi dengan rimbun pohon di depan. Bentor yang kami tumpangi terus melaju di lintasan lurus lalu sesaat belok dan masuk di jalan yang ukurannya sekitar satu setengah meter dan kami berhenti tepat di depan kantor desa Bobanehena. Rekan-rekan kami pun terlihat suda menuggu dan menyembut kedatangan kami.
"Wah, saya kira kaka tidak jadi kemari. Selamat datang kak." Ucap Ahmat sembari menyalami kami.
Iya, Ahmat adalah orang yang bertanggung jawab dalam kegiatan ini. Di samping sebagai wakil ketua Hima PGSD, dia ditugaskan oleh kampus untuk mengawal total seluruh program dan nasib rekan-rekannya.
"Iya, kebutulan kak di ajak sama Akbar. Dan kegiatan yang di usung juga sangat bagus jadi kak ke sini. Trus bagaiaman kabar kalian?."
"Iya kak, Alhamdulillah semua baik. Kedatangan kami di sini juga di sambut baik oleh pemerintah desa dan masyarakat disini."
"Wah syukurlah. Harapnya dengan begitu program yang di buat bisa berjalan baik ya."
"Iya kak, di sini berkat dukungan dari masyarakat beberapa program yang kami usung juga suda terealisasi."
Diselah diskusi kami, pak Sekdes datang menyambut kami dan mengarahkan tempat tinggal untuk kami berlima yang baru tiba. Sesuai arahan, Imha dan Mira tinggal serumah di komplek pekuburan yang letaknya di tepih pantai. Sementara Indri di arahkan tinggal bersebelahan dengan Ahmat di komplek ujung. Lalu saya dan Akbar di arahkan tinggal di rumanya pak Sekdes. Setelah penyambutan dan urusan tempat tinggal selesai, kami pun bubar saat hari mulai gelap.
***
Rasa syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada mereka adik-adik saya. Sebab sejatinya program pengabdian masyarakat oleh Hima PGSD itu telah di rencanakan dengan teman-teman saya sejak tahun 2016. Namun keterbatasan anggaran dan kuranggnya dukungan akhirnya program itu hanya mengendap di dalam angan kami.
Dan berkat kerja keras dan semangat yang tinggi akhirnya program itu dapat terealisasi di awal tahun 2021 tepat di bulan Maret yang dimotori oleh adik-adik kami. Dengan membawa sembilan program, kegiatan perdana tersebut rencananya di aksanakan selama dua Minggu.
Di hari ke lima sejak kedatangan saya disini tentu saya sangat berbahagia dan bangga. Pasalnya setiap kegiatan mendapat sambutan hangat oleh masyarakat sehingga satu persatu kegiatan itupun selesai di buat secara bersama.
Sekedar di ketahui, adapun sembilan program kerja yang di usung adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi Program Studi
2. Sosialisasi Pendidikan Profesi Guru
3. Pembuatan Apotik Hidup
4. Pembinaan dan pengajaran di Sekolah
5. Bakti Sosial
6. Pemutaran Film Inspirasi
7. Penghijauan
8. Kunjungan ke kedaton
9. Gerakan Literasi
Dari sembilan program itu, ada beberapa yang telah di laksanakan seperti.
1. Sosialisasi Program Studi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan profil dan administrasi PGSD di siswa/i yang suda duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah atas (SMA).
2. Sosialisasi PPG. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendidikan profesi guru sebagai sebuah langkah dalam menakar dan mewujudkan kualitas guru yang profesional dengan sasaran kepada guru-guru.
3. Pembuatan apotik hidup. Apotik hidup ini adalah kegiatan menanam tanaman obat-obatan dan bumbu dapur. Tujuan dari legiatan ini untuk kita sama-sama belajar dan berbagi cara bercocok tanam agar bisa mewujudkan kemandirian pangan.
4. Pembinaan dan pengajaran di sekolah bertujuan untuk melatih kecakapan dalm mengajar dan mendidik sebagai persiapan juga bekal ketika nanti mereka suda selesai.
5. Bakti Sosial, kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan kepekaan kepada mereka tentang hidup bergotong royong dalam lingkungan sosial.
6. Pemutaraan film inspiratif, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pencerahan dan motivasi untuk anak-anak dalam berpendidikan kepada anak-anak. Adapun film yang di putar adalah Laskar pelangi, jembatan pensil, sang pemimpin dan beberapa film inspiratif lain.
7. Kunjungan ke kedaton, ini bermaksud untuk mempelajari sejarah lokal dengan mengali nilai historis sehingga mampu mempertahankan identitas diri.
Sekali literasi dan penghijauan akhirnya tidak bisa di laksanakan karena kendala teknis. Namun bagi saya, capaian dalam merealisasikan tuju proker adalah sudah sangat luar biasa. Sebab berbagi tidak mengacu pada banyaknya, tapi seberapa sabar dan ikhlas kita mau berbuat.Â
Semoga kita selalu dan sedia menjaga keharmonisan hubungan kekeluargaan dan selalu sedia berbagi dalam segala hal. Tak lupa juga terima kasih yang sebesarnya untuk masyarakat Bobanehena yang telah baik dalam menyambut dan membantu segala program yang di buat.
Seperti saya bilang tadi, sejatinya berbagi itu indah. Maka jangan bosan-bosan berbagi dan kegiatan pengabdian perdana yang dilakukan beberapa waktu lalu itu menjadi acuan kegiatan pengabdian berikutnya. Sekaligus menjadi warisan yang selalu diwariskan kepada generasi selanjutnya agar pembelajaran, pengabdian dan penelitian sebagai tri dharma perguruan tinggi dapat terealisasi dengan baik.
"Berbagi itu indah, mari kita saling berbagi pengalaman, ilmu dan apapun."
(Hanya berbagi pengalaman, selamat membaca)
Ternate, 25 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H