Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tanpa Nama

26 Februari 2021   01:03 Diperbarui: 26 Februari 2021   01:09 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tahu, bahwa kenangan adalah bagian penting dalam semua ini. Maka aku juga telah bersiap untuk itu. Aku bangun tanpa sepengetahuannya. Iya, kenangan tentang pertemuan-pertemuan tanpa cakap, hanya isyarat mata dan tawar senyum yang bias. Potongan kenangan itu aku jahit setiap helainya lalu kumasukkannya dalam sebuah kapsul rapat yang setiap saat aku teguk sebagai penawar dahaga rindu dalam jiwaku.

Waktu terus bergerak, kian jauh dan semakin busuk. Dari petang kemudian senja yang kini datang sebagai persaksian pisah antar siang dan malam. Senja dengan cahaya jingganya merayapi angin, buih dan ombak juga awan gemawan. Semua berubah dalam kubangan cahaya ke emas-emasan.

Gugusan gunung itu juga berubah, dia kehitam-hitaman dan mulai samar-samar seperti siluet. Setalah matahari membenamkan diri, dan semuanya menjadi hitam barulah aku bangkit dengan perasaan mungkin yang semakin kuat dan kuat sekali. Aku mencintainya. Mencintai perempuan tanpa nama itu.
***
Dibawa cahaya bulan yang remang-remang. Dalam waktu yang sudah larut dan terlarut bagi semua. Hanya menyisakan beberapa ekor jangkrik yang bersiul di bawah jendela kamar Aku putuskan untuk menulis untukku, untukmu dan untuk semua.

"Untukmu perempuan tanpa nama yang aku cintai. Aku kini tidak lagi dalam kemungkinan, ini telah mungkin bahwa aku benar-benar mencintaimu. Dan terus mencintaimu sampai pada ketiadaan. Jika kau tanya aku tentang perihal aku mencintaimu. Maka aku tidak punya jawaban untuk itu, jelasnya bahwa aku mencintaimu karena sebuah pertemuan yang tidak direncanakan.

Sebuah pertemuan yang digerakkan oleh Tuhanmu juga Tuhanku yang kita juga tidak pernah duga sebelumnya. Tuhanku juga yang mengerakkan hatiku, sampai aku harus mencintaimu. Dan aku mencintaimu atas nama Tuhanku. Semoga Tuhanmu juga demikian, mengerakkan dalam gerakan yang sama persis sepertiku.

Aku mencintaimu bukan sebuah rencana, sebab aku tidak pernah merencanakan ini sebelumnya. Aku juga tidak pernah tahu kapan aku harus mencintaimu. Jelasnya bahwa aku kini telah mencintaimu dan selalu mencintaimu sampai nanti pun menjadi tiada. Dan cinta ini begitu kuat tertancap dibawa dasar jiwaku sampai aku tidak mampu mengukur seberapa kuat dia di sana.

Untukmu perempuan tanpa nama yang aku cintai. Mencintaimu adalah rahmat, merindukanmu adalah nikmat. Dan sudah aku bilang di awal, kau hadir menggeser seribu keraguan yang ada di alam pikirku untuk kembali membangun cinta yang murni, kau hadir menimbun seribu pilu di pundakku untuk kembali melukis senyum yang tulus, kau hadir mengobati luka yang mengaga dalam batinku untuk kembali percaya bahwa luka-luka itu adalah pelajaran tentang sabar dan ikhlas, dan kau juga hadir menawarkan satu kebahagiaan murni. Dengan cepat dan cepat sekali.

Untukmu perempuan tanpa nama yang aku cintai. Kita mungkin tidak begitu dekat, bertemu hanya saling tatap itu pun tanpa sengaja. Bahkan singkat dan sangat singkat kita saling temu. Tapi kau tahu, sekali begitu tidak ada keraguanku untuk mencintaimu. Isyarat mata dan bahasa dirimu yang begitu singkat meretas semuanya. Keraguan jadi cinta, perpisahan jadi rindu.

Untukmu perempuan tanpa nama yang aku cintai. Bukan karena kau tidak punya nama, lantas aku menyebutmu perempuan tanpa nama. Tapi sejujurnya, jauh sebelum namamu terngiang di telinga lalu mengikat di tempurung kepala, cintaku ke kamu lebih dulu tertancap dalam jiwaku. Dan atas nama cinta yang murni, aku yakini sebuah ketidaktauan akan jadi tahu.

Cinta itulah kini aku tahu namamu. Iya, Azzahra. Sebuah nama yang agung dan indah mengingatkanku pada salah satu sosok perempuan hebat dalam peradaban Islam. Aku harap, kelak kau sepertinya. Perempuan lurus dengan ruang pikir luas dengan hati yang mulia dan sangat mulia. Membangun bangsa yang luar biasa dengan penuh cinta dan kasih.

Untukmu perempuan tanpa nama yang aku cintai. Sekali aku telah tahu namamu yang indah dan sangat indah itu, namun aku tidak akan menyematkannya di sini. Bukan karena tidak ingin atau juga tidak penting. Tapi karena sangat ingin dan juga sangat penting maka aku hanya ingin menyematkan namamu di dinding jiwaku, agar kau juga namamu selalu abadi tanpa seorang tahu bahwa kau selalu ada di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun